DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
NAMA: MIFTAHUL JANNAH (191440101006)
NURUL FARHANA (191440101008)
OLYVIA RETNO UTAMI ( 191440101010)
A.Latar belakang masalah
Bencana merupakan peristiwa biasanya mendadak ( bisa perlahan) disertai
jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan
mengahabat, menganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil
pembagunan. Indonesia merupakan supermarket bencana. Bencana pada
dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah manusia. Untuk mencegah
terjadihnya akibat dari bencana, diperlukan suatu cara penanganan yang jelas
(efektif, efisien dan terstuktur) untuk mengatur segala sesuatu yang
berkaitan dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana .
◦
(1).pengertian:
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(Depkes RI, 2009a).
Keadaan darurat adalah situasi atau kejadian tidak normal yang terjadi
tiba-tiba dan dapat mengganggu kegiatan komunitas dan perlu segera
ditanggulangi (Rizka, 2009).
Keadaan darurat dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
1.Keadaan darurat tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi
mengancam bahaya manusia dan harta benda (asset), yang secara normal
dapat diatasi oleh personil jaga dan suatu instalasi / pabrik dengan
menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan, tanpa perlu adanya regu
bantuan yangdikonsinyalir.
2. Keadaan darurat tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana semua
karyawan yang bertugas dibantu dengan peralatan danmaterial yang tersedia di
instalasi atau pabrik tersebut, tidak mampu mengendalikan keadaan darurat
tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran bahan B3 yang
kuat, semburan liar sumur minyak atau gas dan lain-lain, yang mengancam
nyawa manusia atau lingkungannya dan atau asset dan instalasi tersebut dengan
dampak bahaya atas karyawan / daerah / masyarakat sekitar.
3.Keadaan darurat tingkat III ialah keadaan darurat berupa malapetaka atau
bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Tingkat II dan
memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkatnasional.
Keadaan darurat tingkat III ialah keadaan darurat berupa malapetaka atau
bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan dengan Tingkat II dan
memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkatnasional.
Berdasarkan penyebabnya, bencana dapat dikategorikan menjadi :
1.Bencana alam (natural disaster), yang disebabkan kejadian alam (natural)
seperti gempa bumi dan gunungmeletus.
2.Bencana akibat ulah manusia (man made disaster) yaitu hasil dari tindakan
secara langsung atau tidak langsung manusia seperti perang, konflik antar
penduduk, teroris dan kegagalanteknologi.
(2).Rencana Tanggap Darurat (Emergency Response Plan)
Rencana darurat adalah suatu rencana formal tertulis, yang berdasarkan pada
potensi kecelakaan yang dapat terjadi di instalasi dan konsekuensi-
konsekuensinya yang dapat dirasakan di dalam dan di luar tempat kerja serta
bagaimana suatu keadaan darurat itu harus segera ditangani. Perencanaan
darurat harus diberlakukan oleh para pejabat yang berwenang, pengelola
pabrik dan pejabat setempat sebagai unsur yang penting dari sistem
pengendalian bahaya besar. Suatu rencana respon gawat darurat
dikonsentrasikan pada tindakan yang akan diambil dalam beberapa jam
pertama pada kondisi krisis.
Response Team (Kuhre,1996).
Suatu keadaan darurat dapat mengganggu dan menghambat kegiatan pola
kehidupan masyarakat atau jalannya operasi perusahaan dan dapat
mendatangkan kerugian harta benda atau korban manusia. Apabila bencana
terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu ditanggulangi secara
terencana, sistematis, cepat, tepat dan selamat.
Langkah-langkah penyusunan tanggap darurat menurut Okleqs (2008) :
A.Mitigation (Mitigasi) : Kajian awal yang dilakukan untuk mengeliminasi atau
menurunkan derajat resiko jangka panjang terhadap manusia atau harta
benda yang diakibatkan olehbencana.
B.Preparedness (Kesiapsiagaan) : Kegiatan yang dilakukan lebih lanjut
berdasarkan hasil mitigasi, yang mencakup pengembangan kemampuan
personil, penyiapan prasarana, fasilitas dan sistem bila terjadi
keadaanemergency.
(3)Tim Respon Gawat Darurat (Emergency ResponseTeam)
Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), Tim Respon Gawat Darurat harus
terdiri dari para pekerja yang memiliki pengetahuan atau sudah terlatih untuk
bertindak dalam keadaan gawat darurat seperti kebakaran, peledakan,
tumpahan bahan kimia dan lain sebagainya. Kebanyakan organisasi akan
meminta setiap bagian untuk menugaskan satu orang sebagai anggota Tim
Respon Gawat Darurat. Bila hal ini tidak mencukupi jumlah yang diperlukan,
maka kekurangannya akan diambil dari tiapgedung.
Anggota kunci dari Tim Respon Gawat Darurat adalah Pemimpin. Orang ini
harus dipilih dengan sangat berhati-hati, karena seorang pemimpin tim
harus membuat keputusan penting dalam situasi kritis dan tekanan.
A.SistemKomunikasi
Darurat masing-masing harus memiliki telepon genggam, radio komunikasi
atau alat komunikasi lainnya, sehingga mereka dapat dikumpulkan secepat
mungkin ke tempat kejadian.
2. dapat bergerak atau dibawah
Sistem pemadam yang dipasang di tempat harus dilengkapi pula dengan alat-alat
pemadam yang dapat dibawa. Alat tersebut sangat efektif untuk pemadaman api
yang masih kecil, sehingga dengan bantuannya tidak perlu alat pemadam yang
terpasang di tempat dikerahkan, kecuali kalau api menjadi relatif cukup besar.
C.FasilitasEvakuasi
3.Titik Pertemuan di Luar Lokasi (Tempat Evakuasi)
Beberapa titik pertemuan di luar lokasi yang telah ditentukan sebelumnya
harus ditandai dan para pekerja diinstruksikan untuk berkumpul di titik
tersebut pada saat keadaan darurat (Kuhre, 1996).
D.Peralatan PerlindunganPersonil
Penempatan Peralatan Perlindungan Personil atau Personal Protective
Equipment (PPE) harus disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di lokasi
tersebut. PPE yang harus disediakan misalnya alat pelindung pernafasan,
pelindung kepala, sepatu keselamatan, appron, sarung tangan, dan
sebagainya. Sebelum digunakan peralatan harus dilakukan pengujian
sebelum keadaan darurat yang sebenarnya (Kuhre,1996).
E.Peralatan Gawat DaruratLainSelain peralatan komunikasi, pemadam
kebakaran dan peralatan perlindungan personil, peralatan P3K berikut Tim
Kesehatan dan fasilitas kesehatan juga harus dimiliki dalam menghadapi
keadaan darurat (Kuhre, 1996).
(4).Pelatihan TanggapDarurat
Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), Anggota Tim Respon Gawat Darurat
harus dilatih tentang bagaimana menangani situasi-situasi yang berbeda
seperti tumpahan bahan kimia, kebakaran, gempa bumi dan masalah-
masalah cuaca yang ekstrim. Penting bagi manajemen untuk mendukung
pelatihan Tim Tanggap Darurat. Penyelia harus mengalokasikan waktu untuk
pelatihan dan menekankan pekerja mereka untuk benar-benar terlatih dalam
fungsi Tim Tanggap Darurat. Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Lokasi serta Pemimpin Tim Tanggap Darurat harus selalu
mendukung dan mencatat bahwa pelatihan yang diperlukan telahdilakukan.
Program pelatihan merupakan salah satu langkah agar pelaksanaan tanggap
darurat dapat dilaksanakan secara optimal. Dengan pelatihan tersebut
diharapkan respon dari tenaga kerja mengenai tanggap darurat dapat
ditingkatkan. Tim Tanggap Darurat harus dilatih tentang bagaimana
menangani situasi-situasi keadaan darurat yangberbeda-beda.
(5).Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat
Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996) kegiatan minimal yang harus