Anda di halaman 1dari 17

ANTIBIOTIKA

GOLONGAN KLORAMFENIKOL

NAMA : AGNESIA RISTA PUTRI D.W.


NIM : 519 011 038
KELAS/ANGKATAN : REGULER-A/2019
MATA KULIAH : SPESIALIS OBAT & ALAT KESEHATAN
PENDAHULUAN

 Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas


 Sindrom Grey baby dapat terjadi setelah pemberian dosis tinggi
pada neonates (bayi yang baru lahir yang berusia sampai 28 hari)
 Berikatan dengan subunit 50S dari ribosom >> mempengaruhi
pengikatan asam amino yang baru pada rantai peptida karena
kloramfenikol menghambat peptidil transferase sehingga ikatan
peptida tidak terbentuk pada sintesis protein kuman. (Katzung,
1995)
 Kloramfenikol bersifat bakteriostatik

 Resistensi >> bakteri menghasilkan enzim kloramfenikol


asetiltransferase >>merusak aktivitas obat
 Obat ini tersedia dalam bentuk tetes (mata dan telinga), salep
mata, tablet, kapsul, sirop, serta suntik.
 Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatis terhadap
enterobacter dan staphilococus aureus, bakterisid
terhadap Str. pneumoniae, neisseria meningiditis, H.
influenzae. Mekanisme kerja kloramfenikol dengan
menghambat sintesis protein kuman. (Rahardja K,
2007)
 Merek dagang chloramphenicol: Bufacetine, Cendo
Fenicol, Chloramex, Chloramphenicol Palmitate,
Cloramidina, Colsancetine, Erlamycetin, Hufamycetin,
Licoklor, Novachlor, Otolin, Vanquin Plus.
KLORAMFENIKOL
 Indikasi : infeksi Hemophilus influenza, demam tifoid, fibrosis sistik,
Kloramfenikol terkadang digunakan secara topikal untuk mengobati
infeksi mata karena mempunyai spektrum kerja yang luas.
 Kontra Indikasi : wanita hamil, menyusui, pasien porfiria, neonatus,
pasien dengan gangguan hati, dan pasien yang hipersensitif terhadap
kloramfenikol.
 Efek Samping : kelainan darah yang reversibel dan ireversibel seperti
anemia aplastik (dapat berlanjut menjadi leukemia), neuritis perifer,
neuritis optik, eritema multiforme, mual, muntah, diare, stomatitis, glositis
 Dosis : oral, injeksi intravena atau infus : 50 mg/kg bb/hari dibagi dalam 4
dosis; ANAK : epiglotitis hemofilus, meningitis purulenta, 50-100 mg/kg
bb/hari dalam dosis terbagi. BAYI di bawah 2 minggu, 25 mg/kg bb/hari
(dibagi dalam 4 dosis). 2 minggu - 1 tahun, 50 mg/kg bb/hari (dibagi 4
dosis)
 Interaksi Obat
a. Kloramfenikol dapat memperpanjang waktu paruh fenitoin,
tolbutamid, klorpropamid, dan warfarin. Kloramfenikol juga
dapat mengantagonis kerja bakterisidal penisilin dan
aminoglikosida. (Sujati Woro, 2016)
b. Zat besi dan Vitamin B: efek menurun
c. Phenobarbitone dan Rifampin: menurunkan efek
d. Kontrasepsi oral: efek terhambat
e. Penurunan efektivitas chloramphenicol dalam membasmi
bakteri, bila digunakan bersama rifampicin dan phenobarbital.
f. Peningkatan risiko terjadinya efek samping yang fatal, jika
digunakan bersama obat yang bisa menekan fungsi sumsum
tulang.
INTERAKSI OBAT

a. Penurunan efektivitas ceftazidime,


cynacobalamin (vitamin B12), dan beberapa
vaksin hidup, seperti vaksin BCG, vaksin kolera,
dan vaksin tifoid.
b. Penurunan efektivitas antibiotik lain, seperti
ceftriaxone, dalam mengatasi infeksi bakteri.
c. Peningkatan efek obat antidiabetes golongan
sulfonilurea, seperti gliclazide, glipizide, atau
gliquidone, sehingga dapat terjadi hipoglikemia.
(Badan POM, 2015)
FARMAKOKINETIK KLORAMFENIKOL

1. Pada pemberian oral kloramfenikol diabsorbsi dengan cepat dan tuntas.


2. Konsentrasi maksimal kloramfenikol di dalam darah setelah pemberian
peroral dicapai setelah 2 jam.
3. Di dalam darah kloramfenikol berikatan dengan protein plasma sebesar
50%.
4. Waktu paruh kloramfenikol 3 jam, sedangkan pada bayi di bawah 2
minggu waktu paruhnya sebesar 24 jam.
5. Kloramfenikol berdifusi baik pada cairan serebrospinal dan mata
6. Kloramfenikol di metabolisme di hati sebesar 90% .
7. Ekskresi kloramfenikol aktif dan produk degradasi sebagian besar
melalui ginjal, hanya sebagian kecil yang di ekskresikan melalui
empedu. (Gunawan SG, 2007)
PETUNJUK PEMAKAIAN KLORAMFENIKOL

1. Obat Tetes dan Salep Mata


Berikut adalah cara menggunakan obat tetes mata yang benar:
a. Cuci tangan sebelum menggunakan obat tetes.

b. Buka tutup kemasan obat tetes dan pegang terbalik di dekat mata.

c. Posisi kepala mendongak dan tarik kantung mata bagian bawah.

d. Tekan kemasan obat secara perlahan dan teteskan obat pada mata
dengan hati-hati.
e. Tutup mata selama satu atau dua menit, dan tekan dengan lembut
di sisi hidung di mana sudut mata bertemu dengan hidung. Cara
ini membantu menghentikan tetesan yang keluar dari mata di
mata.
Sedangkan cara menggunakan obat salep mata, berikut di
antaranya:
a. Cuci tangan sebelum menggunakan salep.

b. Posisi kepala mendongak dan tarik kantung mata bagian


bawah mata.
c. Oleskan salep secara tipis di sepanjang bagian dalam
kelopak mata bawah.
d. Usahakan tidak menyentuh mata saat melakukan ini.

e. Tutup mata sejenak atau dua kali, lalu kedipkan beberapa


kali untuk menyebarkan salep ke bagian dalam mata.
 2. Oral (Tablet, Kapsul, dan Sirup)
Chloramphenicol paling efektif dikonsumsi
dengan segelas air pada saat perut kosong, baik 1
jam sebelum atau 2 jam setelah makan.
Sedangkan obat dalam bentuk cairan, gunakanlah
sendok ukur khusus atau alat lainnya untuk
mengukur setiap dosis secara akurat. Bisanya,
penggunaan sendok teh mungkin tidak
mengandung dosis yang tepat.
TIAMFENIKOL
 Tiamfenikol merupakan antibiotik yang masuk dalam
golongan kloramfenikol. Absorbsi tiamfenikol baik
dengan ikatan pada protein plasma sebesar 10%,
waktu paruh 2 jam, dan diekskresikan dalam kondisi
utuh melalui ginjal. (Sujati Woro, 2016)
 Antibiotik ini dapat digunakan untuk melawan kuman
gram positif maupun gram Negatif. (Maria Diandra,
2017)
 Obat ini umumnya kurang aktiv dibandingkan kloramfenikol tetapi
terhadap Pneumokokus, Haemophilus, dan Mengokokus aktivitasnya
sama dengan Kloramfenikol. Terhadap beberapa kuman daya
antibakterinya lebih lemah dibanding Kloramfenikol. Obat ini diserap
dengan baik pada pemberian peroral dan penetrasinya baik pada cairan
Serebrospinal, tulang dan sputum sehingga mencapai kadar Baktyerisid.
Berbeda dengan Kloramfenikol, obat ini sebagaian besar diekskresi utuh
dalam urin. Oleh karena itu dosis harus dikurangi pada pasien gagal ginjal.
(Rismarini et al., 2016).
 Memiliki mekanisme kerja yaitu biosintesis protein menghambat aktivitas
peptidiltransfase, dihambat melalui ikatan pada sub unit 50S. Mempunyai
aktivitas bakteriostatik yang luas baik terhadap organisme gram positif
maupun gram negatif (Medicines & Unit, 1997).
TIAMFENIKOL
 Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh Salmonella sp., Hemophilus
influenzae, Rickettsia, lyphogranulomapsittacosis, dan bakteri Gram
negatif penyebab bakterimiameningitis. (Farmasiana, 2017)
 Kontra Indikasi : hipersensitif, gangguan fungsi hati dan ginjal berat,
tindakan pencegahan infeksi bakteri, pengobatan infeksi trivial, infeksi
tenggorokan dan influenza. (Anonim, 2017).
 Efek Samping : diskrasia darah, gangguan saluran pencernaan, reaksi
hipersensitif, sakit kepala, depresi mental, neuritis optik dan sindrom
grey
 Dosis : Dewasa, anak-anak, dan bayi berusia di atas 2 minggu, 50 mg/kg
bb sehari dalam dosis terbagi tiap 8-6 jam. Bayi prematur, 25 mg/kg bb
sehari dalam dosis terbagi tiap 8 jam. Bayi berusia di bawah 2 minggu,
25 mg/kg bb sehari dalam dosis terbagi tiap 6 jam
 Interaksi Obat:
a. Kloramfenikol dapat memperpanjang waktu paruh
fenitoin, tolbutamid, klorpropamid, dan warfarin
b. Meningkatkan risiko terjadinya penurunan fungsi
sumsum tulang jika digunakan dengan obat yang
menghambat fungsi sumsum tulang
c. Meningkatkan efek obat antikoagulan, obat
antidiebetes, atau obat antikonvulsan, seperti phenytoin
d. Meningkatkan metabolisme thiamphenicol jika
digunakan dengan phenobarbital atau rifampicin.
(Badan POM RI, 2015)
 Aturan Pakai Thiamphenicol: Harus diminum
saat perut kosong , minum 1 jam sebelum atau 2
jam setelah makan. (0livia, 2021)
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai