Anda di halaman 1dari 27

ASKEP DEMAM

REUMATIK
1. Nurlaila
2. Azizah Nurbewi
A. Konsep Penyakit
1. Defenisi
•Penyakit jantung reumatik (ReumaticHeartDisease) merupakan penyakit jantung didapat yang
sering ditemukan pada anak. Penyakit jantung reumatik merupakan kelainan katup jantung yang
menetap akibat demam reumatik akut sebelumnya, terutama mengenai katup mitral (75%), aorta
(25%), jarang mengenai katup trikuspid, dan tidak pernah menyerang katup pulmonal. Penyakit
jantung reumatik dapat menimbulkan stenosis atau insufisiensi atau keduanya (Rudolph, 2011).

•Penyakit Jantung Rematik (PJR) merupakan gangguan pada jantung karena katup jantung rusak.
Penyakit yang dalam bahasa medisnya disebut RheumaticHeartDisease (RHD) ini bisa saja
disebabkan karena adanya penyempitan jantung atau kebocoran jantung terutama pada katup mitral
(keadaan ini disebut dengan stenosis katup mitral). Penyempitan dan kebocoran itu bisa diakibatkan
karena gejala sisa dari Demam Rematik (Wong, 2004).
1. Anatomi Fisiologi Jantung
a. Anatomi Jantung

• Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan tangan. Fungsi utama jantung adalah
memompa darah ke pembuluh darah dengan kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat
ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya dinamakan ventrikel, yang
berfungsi sebagai pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri
dinamakan septum.

 Batas-batas jantung :

 Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior (VCI).

 Kiri : ujung ventrikel kiri.

 Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri.

 Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis.

 Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang diafragma sampai apeks jantung.

 Superior : apendiks atrium kiri.


Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan keempat katup yang mencegah agar darah
tidak kembali ke belakang dan menjaga agar darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup ini
adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel kanan, katup pulmonal, terletak di
antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal, katup mitral yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan
katup aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta.
b. Fisiologi Jantung

Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait fungsinya sebagai pompa darah.
Masing-masing terdiri dari satu atrium-ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa
jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung yang kiri
berperan dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini
adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi
kelangsungan hidupnya
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke jantung. Vena cava inferior
dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi vena (disebut darah biru) dan
mengalirkan darah biru tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan
melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru melalui katup
pulmonal.

Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami oksigenasi di paru-paru,


selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri
melalui keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui
katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta.
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel
kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke
ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya
dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula dengan kedua
ventrikel
3. Etiologi

Penyebab secara pasti penyakit ini belum diketahui, namun penyakit ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian
atas yang disebabkan oleh organisme streptococcushemolitik B group A yang pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada
penilitianmenunjukan bahwa penyakit jantung reumatik terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody akan
melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimmune (Rudolph, 2011).

Faktor predisposisi timbulnya penyakit jantung reumatik adalah :

1) Faktor Individu
a. Faktor Genetik

b. Jenis Kelamin

2) Faktor Lingkungan
c. Keadaan sosial ekonomi yang buruk

d. Iklim geografis

e. Cuaca

 
4. Patofisiologi
Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya didahului oleh radang saluran nafas
bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga
bakteri termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik, diikuti fase laten
(asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik
akut.Hingga sekarang masih belum diketahui dengan pasti hubungan langsung antara infeksi
streptokokus dengan gejala demam reumatik akut.
Produk streptokokus yang antigenik secara difusi keluar dari sel-sel tenggorok dan merangsang
jaringan limfoid untuk membentuk zat anti. Beberapa antigen streptokokus, khususnya Streptolisin
O dapat mangadakan reaksi-antibodi antara zat anti terhadap streptokokus dan jaringan tubuh.
Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi eksudatif maupun proliferatif
dengan manifestasi artritis, karditis, nodulsubkutan eritema marginatum dan khorea.
Kelainan pada jantung dapat berupa endokarditis, miokarditis, dan perikarditis. 
5. Patway
6. Manifestasi Klinis
a. Tanda-tanda demam reumatik bisanya muncul 2-3 minggu setelah infeksi, tetapi dapat juga muncul awal minggu pertama atau setelah 5
minggu.
b. Insiden puncak antara umur 5-15 tahun, demam reumatik jarang terjadi sebelum umur 4 tahun dan setelah umur 40 tahun.
c. Karditis reumatik dan valvulitis dapat sembuh sendiri atau berkembang lambat menjadi kelainan katup .
d. Karakteristik lesi adalah adanya reaksi granulomotosa perivaskuler dengan vaskulitis.
e. Pada 75-85% kasus, yang terserang adalah katup mitral, katup aorta pada 30% kasus (tetapi jarang berdiri sendiri), dan mengenai katup
pulmonalis kurang dari5%.

7. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan demam reumatik terdiri dari istirahat, eradikasi kuman streptokok, penggunaan obat anti radang, dan pengobatan
suportif.
8. Komplikasi
1. Gagal jantung pada kasus yang berat.
2. Dalam jangka panjang timbul penyakit demam jantung reumatik.
3. Aritmia.
4. Perikarditis dengan efusi.
5. Pneumonia reumatik.
A.
Konsep Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
a. Identitas Klien : Nama, Umur, Alamat, Pendidikan

b. Riwayat Kesehatan : Demam, nyeri, dan pembengkakkan sendi


c. penyakit dahulu : Tidak pernah mengalami penyakit yang sama, hanya demam
biasa
d. Riwayat penyakit sekarang : Kardiomegali, bunyi jantung muffleddan perubahan EKG
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat kesehatan lingkungan
g. Imunisasi
f. Riwayat nutrisi
• Adanya penurunan nafsu makan selama sakit sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
• Pemeriksaan fisik Head to Toe :
a. Kepala : Ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, scleraanemis, terdapat napas cuping
hidung, membran mukosa mulut pucat.
b. Kulit : Turgor kulit kembali setelah 3 detik, peningkatan suhu tubuh sampai 39ᴼC.
c. Jantung
Inspeksi : iktuskordis tampak
Palpasi : dapat terjadi kardiomegali
Perkusi : redup
Auskultasi : terdapat murmur, gallop
d. Abdomen
Inspeksi perut simetris
Palpasi kadang-kadang dapat terjadi hepatomigali
Perkusi tympani
Auskultasi bising usus normal
e. Genetalia : Tidak ada kelainan
f. Ekstermitas : Pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada gerakan yang tidak
disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi kelemahan otot.
g. Data fokus yang didapat antara lain :
• Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39ᴼCnamun tidak terpola.
• Adanya riwayat infeksi saluran napas.
• Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebardebar.
• Nyeri abdomen, mual, anoreksia, dan penurunan hemoglobin.
• Arthralgia, gangguan fungsi sendi.
• Kelemahan otot.
• Akral dingin.
• Mungkin adanya sesak.
g. Pengkajian data khusus :
Karditis : takikardi terutama saat tidur, kardiomegali, suara sistolik, perubahan suara jantung,
perubahan Elektrokardiogram (EKG), nyeri prekornial, leokositosis, peningkatan Laju darah
(LED), peningkatan Anti Streptolisin (ASTO).
Poliatritis : nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi, menyebar pada sendi lutut, siku, bahu, dan
lengan (gangguan fungsi sendi).
Nodulsubkutan : timbul benjolan di bawah kulit, teraba lunak dan bergerak bebas. Biasanya
muncul sesaat dan umumnya langsung diserap. Terdapat pada permukaan ekstensor
persendian.
Khorea : pergerakan ireguler pada ekstremitas, infolunter dan cepat, emosi labil, kelemahan
otot.
Eritema marginatum : bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan, bercak
merah dapat berpindah lokasi, tidak parmanen, eritema bersifat non-pruritus (Aspiani, 2010).
2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.Ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.Ditandai
dengan pasien mengeluh tidak ada nafsu makan.
NO. TUJUAN (LUARAN DAN KRITERIA INTERVENSI
DIAGNOSIS HASIL)
1. Nyeri akut  berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 hari, Intervensi 1: Menejemen
 agens  cedera biologis.Ditandai maka kontrol nyeri menurun dengan kriteria hasil : nyeri
dengan pasien mengeluh nyeri  Keluhan nyeri menurun Tindakan observasi :
dada.
 Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat  Identifikasi skla nyeri
 
 Identifikasi lokasi
,karakteristik,durasi,freku
ensi,kualitas dan
intensitas nyeri

 Identifikasi respon nyeri


non verbal

Tindakan terapeutik :

 Berikan
teknin nonfarmakologis u
ntuk mengurangi rasa
nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitas istrahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemlihan strategi
meredakan nyeri
Tindakan edukasi :
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
 Anjurkan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Jelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetik jika
perlu
Intervensi 2: Pemberian analgesik
Tindakan Obesrvasi

 Identifikasi  karateristik nyeri

 Identivikasi riwayat alergi obat

 Identivikasi kesesuaian jenis analgesik

 Monitor tanda­-tanda vital


sebelum dan sesudah pemberian
analgesik

 Monitor efektifitas analgesik

Tindakan Terapeutik

 Diskusikan jenis analgesik


yang disukai untuk
mencapai analagesia optimal, jika
perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus
untuk mengoptimalkan respon
pasien

 Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak diinginkan

Tindakan Edukasi

 Jelaskan efek terapi dan efek


samping obat

Kolaborasi

 Kolaborasi pemeberian
jenis analgesiksesuai indikasi
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Intervensi 1:Menejemen gangguan makan
nutrisi kurang dari
intervensi keperawatan Tindakan observasi :
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan selama 1 hari, maka status
 monitor asupan dan keluarnya makanan
anoreksia. Ditandai nutrisi membaik
dengan pasien dan cairan serta kebutuhan kalori
mengeluh tidak ada nafsu Dengan kriteria hasil :
Tindakan terapeutik :
makan.
 Kekuatan otot menelan
 Timbang berat badan secara rutin
makanan meningkat
 Diskusikan perilaku makan dan jumlah
 Nafsu makan membaik
aktifitas fisik yang sesuai

 Berikan penguatan positif terhadap


keberhasilan target dan perubahan
perilaku

 Berikan konsekuensi jika tidak


mencapai targrt sesuai kontrak

 Rencanakan program pengobatan untuk


perawatan dirumah
Edukasi :

 Ajurkan membuat catatan harian


tentang perasaan dan situasi memicu
pengeluaran makanan

 Ajarkan pengaturan diet yang tepat

 Ajarakarn ketrampilan koping untuk


penyelesaian masalah perilaku
makanan.

Kolaborasi :

 Klaborasi dengan ahli gisi tentang


target berat badan ,kebtuhan kalori
dan pilihan makanan

Intervensi 2:Menejemen Nutrisi


Tindakan observasi :

 Identifikasi status nutrisi

 Identifikasi makanan yang disukai

 Identifikasi jenis kalori dan nutrien

 Monitor asupan makanan

 Monitor berat badan

Terapeutik :

 Lakukan oral hygiene sebelum


makan,jika perlu

 sajikan makan secara menarik dan


suhu yang sesuai

 berikan makanan yang tinggi kalori dan


protein
Edukasi :

 Ajurkan membuat catatan harian


tentang perasaan dan situasi memicu
pengeluaran makanan

 Ajarkan pengaturan diet yang tepat

 Ajarakarn ketrampilan koping untuk


penyelesaian masalah perilaku
makanan.

Kolaborasi :

 Klaborasi dengan ahli gisi tentang


target berat badan ,kebtuhan kalori dan
pilihan makanan

Intervensi 2:Menejemen Nutrisi


Tindakan observasi :

 Identifikasi status nutrisi

 Identifikasi makanan yang disukai

 Identifikasi jenis kalori dan nutrien

 Monitor asupan makanan

 Monitor berat badan


Terapeutik :

 Lakukan oral hygiene sebelum


makan,jika perlu

 sajikan makan secara menarik dan


suhu yang sesuai

 berikan makanan yang tinggi kalori


dan protein
 berikan suplemen makanan , jika
perlu
Edukasi :

 ajukan posisi duduk jika mampu


 ajarkan diet yang diprogramkan
kolaborasi

 kolaborasi pemberian medikasi


sebelum makan , jika perlu

 kolaborasi dengan ahli gisi untuk


menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan , jika
perlu
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai