Oleh :
YULIANA
PEMERIKSAAN HIPERTENSI
Penegakan diagnosis hipertensi didasarkan oleh anamnesis
serta pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan untuk mencari penyebab sekunder hipertensi serta
memastikan ada tidaknya komplikasi.
Anamnesis
Anamnesis menyeluruh diperlukan untuk penegakan
diagnosis, penilaian progresi penyakit serta risiko komplikasi
penyakit kardiovaskular dan pemilihan terapi antihipertensi.
Anamnesis sebaiknya meliputi hal berikut.
Gejala
Sebagian besar pasien tidak bergejala. Jika bergela, gejala
yang sering dikeluhkan pasien berupa nyeri kepala. Gejala
yang dialami terkait komplikasi seperti fatigue, sesak nafas
saat beraktifitas, kaki bengkak, kelemahan tubuh satu sisi,
dan penglihatan buram.
Riwayat Kejadian Kardiovaskular
Tanyakan kepada pasien apakah sebelumnya sudah didiagnosis
hipertensi. Selain itu tanyakan riwayat penyakit kardiovaskular
sebelumnya yakni sindrom koroner akut, gagal jantung, penyakit
ginjal kronis, penyakit arteri perifer, sleep apneu, stroke, transient
ischemic attack, demensia.
Faktor Risiko
Faktor risiko perlu ditanyakan untuk menilai risiko komplikasi
penyakit kardiovaskular serta perencanaan terapi. Hal yang perlu
ditanya yakni komorbid terkait risiko penyakit kardiovaskular seperti
diabetes, hiperkolesterol, gaya hidup (inaktivitas fisik, kebiasaan
merokok dan konsumsi alkohol)
Riwayat Konsumsi Obat
Hal ini perlu ditanyakan untuk penyesuaian jenis dan dosis
antihipertensi pada pasien yang sudah sering berobat untuk masalah
hipertensi. Selain itu untuk penilaian ada tidaknya konsumsi obat
yang memiliki efek memicu kenaikan tekanan darah.[18]
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik utama yakni pengukuran tekanan darah. Pemeriksaan fisik secara
lengkap juga perlu dilakukan untuk menilai ada tidaknya komorbid serta komplikasi.
Cara Pengukuran Tekanan Darah
Teknik pengukuran tekanan darah harus tepat agar didapatkan hasil pengukuran
yang benar. Cara pengukuran tekanan darah yang tepat harus memperhatikan
berbagai aspek di antaranya alat tensimeter yang digunakan, ukuran dan
pemasangan cuff tensimeter, posisi pasien, waktu pengukuran serta jumlah
pengukuran tensi.
Saat dilakukan pengukuran tekanan darah posisi pasien sebaiknya duduk dengan
posisi lengan setinggi jantung, punggung bersandar serta tungkai tidak menyilang.
Posisi yang tidak sesuai terbukti memberikan hasil pengukuran yang lebih tinggi.
Pasien tidak berbicara saat dilakukan pengukuran. Pengukuran juga dilakukan
minimal setelah 5 menit pasien duduk. Setelah posisi tepat, lakukan pengukuran
tekanan darah.
Pompa manset tensimeter hingga pulsasi arteri radialis menghilang. Lanjutkan
pompa tensimeter hingga 30 mmHg di atas sistolik (di atas batas nilai saat pulsasi
menghilang). Letakan stetoskop pada area arteri brachialis dengan penekanan
ringan. Kempeskan manset tensi perlahan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per
denyut nadi. TDS ditandai dengan Korotkoff fase I (bunyi pulsasi yang terdengar
pertama kali). Bunyi pulsasi akan perlahan menghilang. Bunyi terakhir yang
terdengar atau dikenal dengan Korotkoff fase V merupakan TDD. [21]
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
penderita hipertensi bertujuan untuk
mengetahui progresi penyakit ini.
Pemeriksaan dasar yang sebaiknya dikerjakan
pada hipertensi primer yakni:
LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
disesuaikan dengan faktor risiko dan klinis
pasien :
Penilaian risiko kardiovaskular : Gula darah
puasa, profil lipid, asam urat
Penilaian penyebab hipertensi : TSH
(Thyroid-stimulating hormone)
Penilaian komplikasi hipertensi :
Serum kreatinin untuk perhitungan Egfr
Serum sodium, potassium dan kalsium
Urinalisa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LAINNYA
Terdapat berbagai pilihan pemeriksaan untuk menilai ada tidaknya
komplikasi:
Elektrokardiografi : digunakan untuk menilai apakah terjadi komplikasi
seperti infark miokard akut atau gagal jantung
Foto polos thoraks : digunakan untuk menilai apakah terjadi
pembesaran ventrikel atau edema paru
Ekokardiografi : digunakan untuk melihat fungsi katup dan bilik jantung
Doppler perifer : digunakan untuk melihat struktur pembuluh darah,
misalnya pada thrombosis vena dalam dan penyakit arteri perifer
USG ginjal : digunakan untuk melihat adanya kelainan pada ginjal,
misalnya batu ginjal atau kista ginjal
Skrining hipertensi endokrin
CT scan kepala [1]
Pengukuran tekanan darah dengan teknik ambulatori adalah metode
pengukuran darah selama 24 jam dibutuhkan untuk memantau efek
terapi yang telah diberikan kepada pasien.
MAKANAN PENURUN DARAH
TINGGI
1. Ikan salmon
Ikan salmon merupakan ikan yang kaya akan asam lemak omega-3. Kandungan lemak sehat ini diduga dapat
menurunkan tekanan darah dengan menekan peradangan dalam tubuh serta menurunkan kadar senyawa yang
dapat menyempitkan pembuluh darah bernama oxylipin.
2. Sayuran hijau
Sayuran hijau, misalnya bayam dan brokoli, mengandung beragam nutrisi, mulai dari serat, antioksidan, kalium,
kalsium, magnesium, hingga potassium. Macam-macam nutrisi ini dapat mendukung kesehatan dan fungsi
pembuluh darah, sehingga dapat membantu mengontrol tekanan darah.
3. Wortel
Studi menjelaskan bahwa kandungan senyawa fenolik dalam wortel secara signifikan dapat menurunkan tekanan
darah tinggi. Meski senyawa ini bisa didapatkan dari wortel yang dimasak atau mentah, mengonsumsi wortel
secara mentah dinilai lebih bermanfaat dalam penurunan tekanan darah.
4. Buah bit
Buah bit bersifat menurunkan tekanan darah karena mengandung nitrat. Nitrat dikenal sebagai senyawa yang
baik dalam melebarkan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. Bahkan penelitian telah membuktikan
bahwa jus bit dapat menurunkan tekanan darah hanya dalam waktu sehari semalam.
5. Buah citrus
Jeruk, jeruk bali, lemon merupakan jenis buah citrus yang baik dikonsumsi penderita hipertensi. Sama seperti
sayuran hijau, buah citrus sarat akan vitamin, mineral, dan senyawa bioaktif yang memiliki efek menurunkan
tekanan darah.
6. Susu rendah lemak dan yoghurt
Susu yang kaya akan kalsium dan rendah lemak bisa membantu Anda untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
Jika tidak menyukai susu, yoghurt juga bisa Anda gunakan sebagai pengganti.
Selain mengenali beberapa pilihan makanan penurun darah tinggi, perlu diketahui juga bahwa ada beberapa
jenis makanan maupun minuman yang harus dihindari penderita hipertensi, di antaranya makanan tinggi lemak,
makanan olahan, asinan, makanan cepat saji, minuman berlakohol, dan minuman tinggi kafein.
MENERAPKAN POLA
MAKAN SEHAT (DASH)
Pola makan yang direkomendasikan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi adalah diet DASH atau Dietary
Approaches to Stop Hypertension. Ada empat prinsip
utama pola makan DASH, yaitu:
Tingkatkan asupan nutrisi dari biji-bijian utuh, ikan,
unggas, dan kacang-kacangan.
Perbanyak juga konsumsi buah, sayur, dan produk
susu rendah lemak.
Kurangi garam, makanan dan minuman manis, serta
daging merah.
Kurangi juga makanan yang tinggi lemak jenuh,
kolesterol, dan lemak trans.
Selain itu, porsi tiap jenis makanan juga perlu diperhatikan saat menjalani
diet DASH, di antaranya:
Beras dan gandum: maksimal 7–8 porsi per hari
Sayuran: minimal 4–5 porsi per hari
Buah-buahan: minimal 4–5 porsi per hari
Produk susu rendah lemak: maksimal 2–3 porsi per hari
Daging, ayam, dan ikan: maksimal 2 porsi per hari
Kacang-kacangan dan biji-bijian: 4–5 porsi per minggu
Lemak dan minyak: maksimal 2–3 porsi per hari
Makanan manis: maksimal 5 porsi per minggu
Selain fokus menjalani diet DASH, penderita hipertensi juga perlu melakukan
pola hidup sehat lainnya, seperti berolahraga secara teratur, mengonsumsi
obat dengan teratur, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol secara
berlebihan, beristirahat yang cukup, hingga mengelola stres dengan baik.
Dengan pola hidup sehat yang disertai konsumsi makanan penurun darah
tinggi, diharapkan tekanan darah Anda bisa stabil dalam batas yang normal.
Jangan lupa juga untuk rutin memeriksa tekanan darah dan kondisi kesehatan
Anda ke dokter guna mengantisipasi terjadinya komplikasi.
SUMBER
Dina Rianti. Diagnose Enforcement And
Treatment Of H. Faculty of Medicine,
University of Lampunigh Blood Pressure