Anda di halaman 1dari 29

KESELAMATAN

KETENAGALISTRIKAN
TEKNIS PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN PLTS
ROOFTOP BAGI OPERATOR

KSO. PT. WIJAYA KARYA REKAYASA KONSTRUKSI


– PT. WIJAYA KARYA INDUSTRI ENERGI
WIKA TOWER I, 6-7th Floor, Jl. D.I. Panjaitan Kav 9. Jakarta 13340 – Indonesia,
Telp : (021) 22864446

TAHUN ANGGARAN 2020


PENDAHULUAN
 Semua jenis pekerjaan mempunyai resiko terjadinya kecelakaan yang
dapat merusakkan peralatan dan bahkan melayangnya jiwa seseorang.
 Energi listrik jelas dibutuhkan pada saat ini, tetapi selain memberikan
manfaat juga mempunyai potensi yang dapat membahayakan peralatan dan
kita sendiri
 Masalah utama dalam mempelajari kelistrikan adalah tidak terlihat dan tidak
bisa diraba, bahkan kita tidak mau merabanya.
 Ada tiga bahaya yang diakibatkan oleh listrik, yaitu kesetrum (sengatan
listrik), panas atau kebakaran, dan ledakan.
 Komponen pada sistem tenaga listrik harus dioperasikan sesuai prosedur yang
berlaku guna mewujudkan kondisi yang aman, andal dan ramah lingkungan.
 Kondisi tersebut tersirat dalam keselamatan ketenagalistrikan, dan perlu
dilaksanakan aplikasinya atau penerapannya di lapangan.
 Pasal 44 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
menyatakan bahwa Keselamatan Ketenagalistrikan wajib dipenuhi pada
setiap kegiatan usaha ketenagalistrikan.
 Tujuan dari Keselamatan Ketenagalistrikan adalah agar terwujud kondisi
yang andal dan aman bagi instalasi dan makhluk hidup serta ramah
lingkungan.
Tujuan dan Sasaran
Tujuan
Peserta dapat menjelaskan pengertian
keselamatan ketenagalistrikan, dan unsur
yang terkait dengan keselamatan
ketenagalistrikan pada instalasi tenaga
listrik.

Sasaran
Setelah mengikuti diklat ini diharapkan
peserta mampu menjelaskan tujuan dan
unsur-unsur dari keselamatan
ketenagalistrikan khususnya pada
instalasi tenaga listrik
10/9/2020 Footer Text 3
Daftar
Isi
Identifikasi Bahaya Listrik
Peralatan Keselamatan
Ketenagalistrikan
Definisi
Bahaya?
Menurut KBBI:“bahaya  yang
(mungkin) mendatangkan kecelakaan
(bencana, kesengsaraan, kerugian, dan
sebagainya): menempuh jalan yang tidak
ada -- nya;
◦ api yang mungkin menimbulkan kebakaran;
◦ kebakaran bahaya api;
◦ kelaparan yang mendatangkan kelaparan;
◦ laten bahaya tersembunyi yang terus-menerus
mengancam;
◦ maut yang dapat menyebabkan mati atau
mendatangkan kematian;
Identifikasi Bahaya

Listrik
Kesetrum atau sengatan listrik akan dirasakan jika arus listrik melalui tubuh kita.
Biasanya arus akan mulai dirasakan jika arus yang mengalir lebih dari 5 mA. Arus yang
kecil, aliran arus hanya akan mengakibatkan kesemutan atau kehilangan kemampuan untuk
mengendalikan tangan. Pada arus yang besar, arus listrik bisa membakar kulit dan daging
kita. Perlu dicatat bahwa yang membahayakan adalah aliran arus listrik, bukan tegangan
listrik. Walaupun tegangannya tinggi, bisa saja tidak membahayakan asalkan arusnya sangat
kecil.
 Panas atau kebakaran. Panas muncul karena adanya aliran arus melalui suatu resistansi.
Besarnya panas sebanding dengan kwadrat arus, besarnya resistansi, dan waktu. Jika kita
menggunakan kabel yang terlalu kecil maka resistansinya besar sehingga kawat bisa
mengalami pemanasan. Kawat yang panas bisa menyebabkan terbakarnya isolasi kabel
sehingga mengakibatkan terjadinya hubungsingkat. Kontak atau sambungan tak sempurna
juga bisa menyebabkan timbulnya panas yang membakar isolasi kabel.
 Ledakan. Saat terjadi hubungsingkat, arus listrik yang mengalir akan sangat besar. Arus
yang sangat besar bisa menyebabkan kenaikan temperatur yang sangat cepat sehingga
menyebabkan naiknya tekanan udara secara cepat. Untuk instalasi perumahan, bahaya ini
mungkin tidak terlalu besar karena arus hubungsingkat yang mungkin terjadi tidak terlalu
besar.
 Radiasi - Unit-unit pembangkit listrik (generator) atau distribusi listrik tegangan tinggi
sudah pasti ada radiasi yang diakibatkan oleh arus induksi dari kawat penghantarnya. Sampai
saat ini efek radiasi listrik terhadap sel-sel penting dalam tubuh manusia masih
dipedebatkan
Bahaya Tenaga Listrik

Ledakan pada PLTG di Australia Rumah Terbakar


Sumber Kebakaran
Kebakaran dapat bersumber dari berbagai
hal, misalnya penggunaan peralatan
dengan kualitas di bawah standar atau
tidak sesuai spesifikasi yang
direncanakan, pengoperasian dan
pemeliharaan peralatan yang tidak
sesuai Standard Operating Procedure
(SOP), kesalahan manusia, akibat
bencana alam dan sebagainya
Kerugian Materi dan Non Materi
Tentu akibat tersebut sebagai awal dari
pemanfaatan tenaga listrik yang tidak
benar, dampak selanjutnya adalah berupa
kerugian baik materi maupun non materi.
Kerugian materi dapat berupa hilangnya
barang yang terbakar atau investasi
yang sudah dikeluarkan.
Di samping kerugian materi, non materi
dapat terjadi juga, misalnya
terganggunya kegiatan atau aktifitas
sehari-hari, trauma akibat kebakaran
pada seseorang dan lain sebagainya
Pencegahan Bahaya Listrik
 Dengan melihat bahwa bahaya tenaga listrik dapat saja terjadi
setiap saat, tentu harus ada alat proteksi atau sistem yang dapat
mencegah bahaya tenaga listrik terjadi.
 Salah satu contoh alat proteksi adalah Circuit Breaker (CB).
Tetapi CB tidak cukup, karena yang disebut sistem berarti kita harus
pertimbangkan dari berbagai hal atau sub sistem lainnya.
 Dari diagram satu garis kita dapat mengetahui besar daya, besar
beban, sistem proteksi, tata letak komponen, ukuran atau jenis kabel,
pembagian daya dan lain sebagainya;
 Setelah selesai instalasi listrik dipasang tahap berikut adalah
pengujian instalasi sebelum memanfaatkannya untuk berbagai
keperluan.
 Lembaga penguji melakukan pengujian pada instalasi listrik dengan
membandingkan pada standar yang berlaku, yang disusun oleh
berbagai pihak (stakeholder) yang terkait di bidang ketenagalistrikan
Contoh alat proteksi adalah
Circuit Breaker (CB)

MCB MCB yang


Baru terbakar
KESELAMATAN
KETENAGALISTRIKAN
 Bahaya tenaga listrik pada instalasi tenaga listrik
dapat berupa terbakarnya generator pada
pembangkit, terbakarnya transformator, sistem proteksi yang
tidak berfungsi dan lain sebagainya;
 Kebakaran dapat bersumber dari berbagai hal, misalnya
penggunaan peralatan dengan kualitas di bawah standar atau
tidak sesuai spesifikasi yang direncanakan, pengoperasian
dan pemeliharaan peralatan yang tidak
sesuai Standard Operating Procedure (SOP), kesalahan
manusia, akibat bencana alam dan sebagainya.
 Dampak dari kebakaran berupa kerugian baik materi maupun
non materi. Kerugian materi dapat berupa hilangnya barang yang
terbakar atau investasi yang sudah dikeluarkan. Di samping
kerugian materi, non materi dapat terjadi juga, misalnya
terganggunya kegiatan atau aktifitas sehari-hari, trauma akibat
kebakaran pada seseorang dan lain sebagainya
Kisi-Kisi Keselamatan
Ketenagalistrikan
Keselamatan Ketenagalistrikan
 Undang-undang Nomor 30 tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan, yang di dalamnya mengatur masalah
Keselamatan Ketenagalistrikan
 Pemerintah sebagai pengemban amanat rakyat mempunyai tugas untuk
melistriki seluruh lapisan masyarakat. Dengan kondisi geografi
Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau-pulau, maka perlu
pengaturan dalam bidang ketenagalistrikan.
 Untuk melistriki wilayah Indonesia yang luas, maka diperlukan
instalasi tenaga listrik.Tentu instalasi tenaga listrik harus dipastikan
keselamatan pada instalasi tenaga listrik tersebut;
 Keselamatan instalasi tenaga listrik dapat terwujud jika ada
standardisasi, baik Standar Nasional Indonesia (SNI),
Standar Internasional, Standar Negara lain, dan Standar
Pabrikan.
 Dengan adanya standar diharapkan instalasi tenaga listrik
direncanakan dan di pasang sesuai standar, menggunakan komponen
yang sesuai standar, dioperasikan dan dipelihara sesuai prosedur, diuji
sesuai standar dan diinspeksi sesuai standar
penginspeksian yang berlaku.
Ketenagalistrikan
 Sesuai Undang- undang Nomor 30 Tahun 2009,
ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut
penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang
tenaga listrik
 Instalasi penyediaan tenaga listrik meliputi pembangkit,
transmisi, distribusi dan penjualan tenaga listrik kepada
konsumen.
 Instalasi pemanfaatan tenaga listrik adalah instalasi yang
memanfaatkan tenaga listrik untuk mengoperasikan peralatan
pemanfaat.
 Usaha penunjang tenaga listrik adalah usaha untuk menunjang
tenaga listrik, seperti usaha jasa penunjang tenaga listrik dan usaha
industri penunjang tenaga listrik, meliputi: konsultansi,
pembangunan dan pemasangan, pemeriksaan dan pengujian
instalasi tenaga listrik dan sebagainya.
 Sedangkan yang termasuk usaha industri penunjang tenaga listrik
adalah usaha industri peralatan tenaga listrik dan usaha industri
pemanfaat tenaga listrik.
Keselamata
n Pada gambar tersebut dapat dilihat adanya batasan, atau
gambar dibagi menjadi dua bagian instalasi.
1. Instalasi penyediaan tenaga listrik yang dimulai dari pembangkit
sampai dengan Alat Pembatas dan Pengukur (APP)  kWh meter.
2. Instalasi Pemanfaatan Tenaga listrik, yang merupakan lanjutan
dari instalasi penyediaan
tenaga listrik, dimulai dari Papan Hubung Bagi (PHB)
atau yang biasa menyatu dengan sekring atau Miniature Circuit
Breaker (MCB) sampai dengan kotak-kontak (biasa dikenal
dengan stop kontak)
 Menurut Peraturan Menteri ESDM No. 45 Tahun 2005,
Keselamatan Ketenagalistrikan adalah suatu keadaan yang
terwujud apabila terpenuhi persyaratan kondisi andal
bagi instalasi dan kondisi aman bagi instalasi dan
manusia, baik pekerja maupun masyarakat umum, serta
kondisi akrab lingkungan dalam arti tidak merusak
lingkungan hidup di sekitar instalasi yg disebabkan
instalasi tenaga listrik, peralatan dan pemanfaat tenaga
listrik
Andal, aman, dan ramah
lingkungan
 Andal  Instalasi tenaga listrik harus
memenuhi unjuk kerja sesuai dengan yang
dipersyaratkan.
 Aman  Instalasi tenaga listrik harus
memberikan rasa aman kepada yang
mempergunakan dan instalasi terlindung dari
kemungkinan bahaya/gangguan dari luar
sesuai standar yang berlaku;
 Ramah lingkungan  Instalasi tenaga listrik
harus memenuhi kelestarian fungsi lingkungan
hidup sesuai standar yang berlaku. Artinya
seluruh aktifitas harus dibandingkan dengan
standar di bidang lingkungan agar kelestarian
dan fungsi lingkungan tetap terjaga.
Tindakan yang harus dilakukan jika terjadi
kecelakaan terkena sengatan listrik

 Jika mungkin putuskan aliran listrik.


 Apabila aliran listrik tidak dapat diputuskan,
gunakan potongan kayu atau tali untuk
memindahkan sikorban kecelakaan.
 Bila pernapasan korban terhenti berikanlah
penapasan buatan dan bila jantungnya
berhenti lakukan pijatan kearah jantung dan
lanjutkan tindakan ini sampai bantuan
kesehatan datang.
 Minta bantuan seseorang untuk mendapatkan
bantuan pertolongan pertama dokter / ambulance.
Persiapan Keselamatan
 Siapkan alat kerja yang kondisinya baik dan
sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
 Periksa lokasi tempat kerja apakah terdapat bahaya
yang mengancam keselamatan para pekerja dan
kemungkinan kerusakan pada peralatan.
 Pergunakan peralatan perlindungan diri yang
sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
 Lakukan pembinaan team work yang baik
agar pekerjaan dapat dikerjakan dengan
lancar.
 Lakukan safety talk yang tujuannya agar
para pekerja terhindar dari kecelakaan.
Peralatan Keamanan Keselamatan
Kerja (APD)

20
Alat Keselamatan dan Alat Kerja
dalam Pengoperasian PLTS
Bekerja dengan Sistem
PLTS
Jangan sekali-sekali bekerja sendirian pada suatu Sistem
Fotovoltaik.
 Kenali Sistem Fotovoltaik dengan seksama.
 Menggunakan pakaian yang sesuai (tanggalkan
perhiasan, khususnya yang terbuat dari logam)
 Pakai pelindung mata, terutama bila bekerja pada sistem
baterai
 Kenali fungsi peralatan ukur yang digunakan dan
rencana pengukuran yang akan dilakukan.
 Ketahui dengan pasti, kemana meminta bantuan bila
diperlukan.
 Pelajari prosedur P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan).
22
Risiko dan Keselamatan Kerja
dalam Mengoperasikan PLTS
Bahan/Komponen
Berbahaya
Modul Surya

 Sel Surya Fotovoltaik tertutup oleh kaca dan


frame stainless, sehingga pengiriman harus
dilakukan dengan seksama agar terhindar
dari resiko pecah
 Modul surya dapat memberikan
kejutan listrik
 Pada saat pemasangan , lindungilah
permukaan modul dengan kain penutup dan
gunakan peralatan yang terisolasi.

24 Balai Besar Teknologi


INSPEKSI KESELAMATAN
KETENAGALISTRIKAN

Untuk mengetahui pelaksanaan


keselamatan ketenagalistrikan di
masyarakat, maka harus dilakukan
inspeksi.
Aturan pelaksaan inspeksi sesuai
dengan Undang-undang Nomor 30
Tahun 2009 tentang ketenagalistrikan.
Inspeksi Fisik
 Tujuan dilakukan inspeksi adalah dalam rangka pembinaan dan pengawasa.
Dalam melakukan pengawasan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat
melakukan inspeksi pengawasan di lapangan, meminta laporan pelaksanaan
usaha di bidang ketenagalistrikan, melakukan penelitian dan evaluasi atas
laporan pelaksanaan usaha di bidang ketenagalistrikan dan memberikan sanksi
administratif terhadap pelanggaran ketentuan perizinan.
 Dengan melakukan pengawasan tersebut status pelaksanaan keselamatan
ketenagalistrikan pada instalasi tenaga listrik dapat diketahui.
 Dalam melaksanakan inspeksi yang berhubungan dengan masalah
keteknikan, Pemerintah dan pemerintah daerah dibantu oleh Inspektur
Ketenagalistrikan (IK) dan atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
 Secara umum tugas IK adalah untuk menginspeksi instalasi tenaga listrik
yang berkaitan dengan keteknikan sedangkan PPNS menyelidiki hal yang
berkaitan dengan pidana atau hukum.
 Disinilah peranan IK dan PPNS sangat dibutuhkan baik pada tingkat pusat
maupun daerah. Dari laporan kedua pejabat fungsional ini masalah
Keselamatan Ketenagalistrikan dapat diketahui statusnya. Jika ditemukan
pelaksanaan yang tidak sesuai dengan aturan atau standar yang berlaku,
maka badan usaha atau perorangan dapat dikenakan sanksi.
Sanksi
 Sesuai dengan UU No 30 Tahun 2009 bahwa Sanksi meliputi
pelaksanaan keselamatan ketenagalistrikan, perizinan, alat listrik dan uji
laik operasi.
 Pasal 50:
◦ Ayat (1) Orang yang tidak memenuhi keselamatan ketenagalistrikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) yang mengakibatkan
matinya seseorang karena tenaga listrik dipidana dengan pidana penjara
paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
◦ Ayat (2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik atau
pemegang izin operasi dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
 Pasal 53
◦ Ayat (1) Setiap orang yang tidak memenuhi keselamatan ketenagalistrikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) sehingga mempengaruhi
kelangsungan penyediaan tenaga listrik di pidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah);
◦ Ayat (2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan terputusnya aliran listrik sehingga merugikan masyarakat,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
Sanks
i Pasal 54

◦ Ayat (1) Setiap orang yang mengoperasikan instalasi tenaga listrik
tanpa sertifikat laik operasi sebagaimana dimaksud dalarn Pasal 44
ayat (4) di pidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
◦ Ayat (2) Setiap orang yang memproduksi, mengedarkan, atau
memperjualbelikan peralatan dan pemanfaat tenaga listrik yang tidak
sesuai dengan standar nasional Indonesia sebagaimana di maksud dalarn
Pasal 44 ayat (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
 Pasal 55
◦ Ayat (1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalarn
Pasal 49 sampai dengan Pasal 54 dilakukan oleh badan usaha, pidana
dikenakan terhadap badan usaha dan/ atau pengurusnya.
◦ Ayat (2) Dalam hal pidana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikenakan terhadap badan usaha, pidana yang dikenakan berupa
denda maksimal di tambah sepertiganya.
KESELAMATAN
KETENAGALISTRIKAN
DIKLAT TEKNIS PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN
PLTS ROOFTOP BAGI OPERATOR

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN


PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
KETENAGALISTRIKAN, ENERGI BARU,TERBARUKAN DAN
KONSERVASI ENERGI

Semarang, 10-12 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai