Anda di halaman 1dari 24

Konsep

Motivasi,
Perilaku
Sosial, Dan
Kultural
Awarness
Dosen Pengampu :
1. Bpk. DR. Drs. Yusro Hadi.M.,
M.Kes
2. Bpk. M. Ridwan, SKM., MKM
Kelompok 14:
1. Annisa Dwi R. ( 2115371003 )
2. Siti Khotijah ( 2115371012 )
3. Gebby Amadea ( 2115371013 )
Konsep Motivasi, Perilaku Sosial, Dan
Kultural Awarness
Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang
ataumenggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang
dilakukannyasehingga ia dapat mencapai tujuannya (Cristian pradana. 2017).

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang
dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Kesadaran budaya (Cultural awareness) adalah kemampuan seseorang untuk melihat


ke luar dirinya sendiri dan menyadari akan nilai-nilai budaya, kebiasaan budaya yang
masuk. Selanjutnya, seseorang dapat menilai apakah hal tersebut normal dan dapat diterima
pada budayanya atau mungkin tidak lazim atau tidak dapat diterima di budaya lain. Oleh
karena itu perlu untuk memahami budaya yang berbeda dari dirinya dan menyadari
kepercayaannya dan adat istiadatnya dan mampu untuk menghormatinya.(Ircham,
Machfoedz. 2008).
A. Konsep Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi
dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak
tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana,
2015).
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi
seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam
dirinya (Notoatmojo, 2010).
Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai
frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.Perilaku adalah
kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan ,2011).
Jenis – Jenis Perilaku
Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015) :

01 03
Perilaku sadar, perilaku
Perilaku tampak dan
yang melalui kerja otak
tidak tampak.
dan pusat susunan saraf.

02 04
Perilaku tak sadar, Perilaku kognitif, afektif,
perilaku yang spontan konatif, dan psikomotor.
atau instingtif.  
Bentuk - Bentuk Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2011):

01
Bentuk pasif /Perilaku tertutup
(covert behavior
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau
reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau
kesadaran dan sikap yang terjadi pada seseorang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

02
Perilaku terbuka (overt behavior)
 
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat orang lain.
Faktor – faktor yang
mempengaruhi perilaku
menurut Sunaryo (2004) dalam Hariyanti (2015)

1. Faktor Genetik atau Faktor Endogen


 Jenis Ras
 Jenis Kelamin
 Sifat Fisik
 Sifat Kepribadian
 Bakat Pembawaan
 Intelegensi.

 
 
2. Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar Individu

a. Faktor Lingkungan

 Usia

 Pendidikan

 Pekerjaan

 Agama

 Sosial Ekonomi

 Kebudayaan
B. Domain Perilaku
Meskipun perilaku merupakan bentuk dari sebuah
respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan
yang diberikan, tetapi dalam menerima respons sangat
bergantung pada setiap individu yang bersangkutan.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun stimulusnya
sama, tetapi respons setiap individu berbeda. Hal
tersebut menunjukkan bahwa perilaku manusia sangat
kompleks dan unik.
Menurut Benyamin Bloom (1908) seperti dikutip Notoatmodjo (2003) dalam
Maulana (2009:195), membagi perilaku manusia dalam tiga domain
(ranah/kawasan), yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga domain
tersebut mempunyai urutan, pembentukan perilaku baru khusunya pada
orang dewasa diawali oleh domain kognitif Individu terlebih dahulu
mengetahui stimulus untuk menimbulkan pengetahuan. Selanjutnya timbul
domain afektif dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya. Pada
akhirnya, setelah objek diketahui dan disadari sepenuhnya, timbul respons
berupa tindakan atau keterampilan (domain psikomotor).
C. Determinan Perilaku
A. Teori Lawrence Green (1980)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia


berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan
seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu
faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar
perilaku (non behavior causes).

 Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh : 


Faktor predisposisi (predisposing factor) 

 Faktor pendukung (enabling factor)  Faktor


pendorong (reinforcing factor)
B. Teori Snehandu B. Kar (1983)

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku


merupakan fungsi dari :
1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
perawatan kesehatannya (behavior intention).
2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas
kesehatan (accesebility of information).
4. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan
atau keputusan (personal autonomy).
5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
C. Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku


tertentu adalah :
1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang
terhadap objek (objek kesehatan), (1) Pengetahuan (2) Kepercayaan
(3) Sikap.
2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting
untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk
dicontoh.
3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu,
tenaga dan sebagainya.
4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumbersumber
didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way
of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. (Notoatmodjo,
2003).
Sensitivitas
Sosial
1. Sensitivitas Budaya
Sensitivitas budaya adalah konsep yang umum digunakan dalam studi-studi terkait isu
perawatan dan pasien dan juga terkait bisnis(Foronda, 2008). Hal ini disebabkan isu perawatan
dan pasien (lihat antara lain; Resnicow, dkk., 1999) dan isu bisnis (lihat antara lain; Shapiro,
dkk., 2007), dan juga tentang hubungan antara guru dan murid (lihat antara lain; McAllister dan
Irvine, 2000) adalah kondisi yang mempertemukan antara dua kebudayaan atau lebih dalam
suatu konteks, dan bahkan dalam antropologi sendiri, studi tentang sensitivitas budaya
diarahkan pada isu perawatan dan pasien meski dalam konteks pertemuan antara kebijakan
pemerintah dengan penduduk asli di Australia (Swendson dan Windsor, 1996). Namun
demikian, konsep sensitivitas budaya juga dapat diterapkan dalam konteks perkotaan, sebab
pada kehidupan keseharian perkotaanjuga terdapat keberagaman.
2. Tingkat – Tingkat Perbedaan Budaya
1. Budaya tingkat tinggi (hight culture) seperti, kebudayaan yang ada di kota, budaya pada Negara maju, dan
kebudayaan yang mendapat legitimasi dari masyarakat atau dari kebudayaan lain. Budaya yang ada di
kota dianggap mempunyai nilai lebih tinggi dari pada kebudayaan yang ada di desa. Hal itu karena kota
merupakan tempat berlabuhnya informasi, artinya sebelum informasi menyebar keseluruh pelosok desa
orang-orang kota sudah mengetahuinya dan bahkan ada yang menjadikannya sebagai perilaku semestinya.
2. Budaya yang memiliki tingkat rendah (low culture). Seperti halnya kebudayaan yang ada di desa. Karena
lambannya menerima informasi, kurang pintar bergaul, dan rendahnya tingkat pendidikan, maka
kebudayaan yang ada di desa selalu dianggap budaya yang rendah. Inipun juga berpengaruh terhadap
tingkat untuk mempercayai.
3. Sifat Budaya

a)    Budaya adalah Milik Bersama.


b) Budaya Berkaitan dengan Situasi Masyarakatnya.
c) Budaya Berfungsi untuk Membantu Manusia.
d) Budaya Diteruskan dan Diwariskan Melalui Proses Belajar.
Selain itu sifat-sifat dari kebudayaan adalah sebagai berikut:

1. Etnosentis. 
2. Universal.
3. Alkuturasi
4. Adaptif
5. Dinamis (flexibel).
6. Integratif (Integrasi).
4. Kurangnya Kepekaan Berbudaya

Kurangnya kepekaan budaya adalah ke tidak mampuan seorang untuk memahami,


menyadari keterbatasan budaya sendiri dan latar belakang budaya yang dimiliki
sehingga mampu mengambil strategi komunikasi bimbingan dalam menjebatani
perbedaan latar belakang budaya.
5. Kepekaan Sosial
1. Perspective taking
Merupakan kecenderungan individu untuk mengambil alih secara spontan
sudut pandang orang lain,  perspective taking menekankan pentingnya
kemampuan perilaku yang non-egosentrik, yaitu perilaku yang tidak
berorientasi pada kepentingan diri, tetapi  pada kepentingan orang lain.

2. Fantasy
Merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah diri secara imajinatif ke
dalam perasaan dan tindakan dari karakter-karakter khayalan yang terdapa
tpada buku-buku, layar kaca, bioskop maupundalam permainan-permainan.
3. Emphatic concern
Merupakan orientasi seseorang terhadap permasalahan yang
dihadapi orang lain meliputi perasaan simpati dan peduli.
6. Sentivitas Etika
Sensitivitas etika adalah kemampuan untuk mengakui sifat dasar etika dari
sebuah dilema yang muncul untuk membuat suatu keputusanSensitivitas etika
adalah salah satu bagian dari proses pengambilan keputusan moral, yang terdiri
dari:
1) Kesadaran moral (moral awareness). Mengenai moral alamiah dari situasi
yang ada.
2) Keputusan moral (moral judgement). Membuat suatu keputusan yang
secara moral benar dalam keadaan itu.
3) Maksud moral (moral intent). Memutuskan menempatkan suatu nilai
dalam norma moral daripada norma yang lainnya.
4) Aksi Moral (moral action). Melibatkan dalam perilaku moral.
7. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sensitivitas Sosial

1. Bystander  Bystander 
2. Atribusi
3. Model
4. Sifat dan Suasana hati
5. Anomie
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai