Anda di halaman 1dari 120

ORIENTASI PENATALAKSANAAN GANGGUAN JIWA BAGI NAKES

KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KUBU RAYA, 16-17 DESEMBER 2020


Mengapa Masalah GME relevan
bagi Petugas Puskesmas?
•Prevalensi – Riskesdas 2018
• Kalimantan Barat = 10,9% dari 5.427.075 (jlh penduduk) = 591.551 orang
• Kota Pontianak = 10,9% dari 667.053 = 72.709 orang
• Kab. Kubu Raya = 10,9% dari 605.787 = 66.031 orang
•Penurunan produktivitas
•Meningkatnya masalah psikososial di masyarakat
•Sering diabaikan
•Dapat dilakukan tatalaksana yang efektif di layanan primer untuk mencegah
akibat lanjut gangguan jiwa dan masalah lainnya
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
GANGGUAN
ANSIETAS
PENDAHULUAN

Ansietas merupakan salah satu kondisi yang


sering luput dari perhatian perawat di puskesmas.
Pasien sering datang ke puskesmas dengan keluhan fisik
yang berulang dan menyatakan tanpa ada perbaikan.
Kondisi ini apabila tidak ditangani dengan baik dapat
menganggu aktifitas pasien sehari-hari. Oleh karena
itu, asuhan keperawatan ansietas perlu diketahui oleh
perawat puskesmas agar dapat membantu pasien dan
keluarga dalam mengatasi ansietas.
POKOK BAHASAN

A. Pengertian Ansietas
B. Proses terjadinya Ansietas
C. Tanda dan Gejala Ansietas
D. Proses keperawatan Ansietas
A. PENGERTIAN

Ansietas adalah
perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman
seakan akan terjadi sesuatu yang dirasakan
sebagai ancaman
TINGKATAN ANSIETAS
 Kehilangan
kendali diri
 Aktifitas motorik
 Pusat perhatian meningkat
yg lebih  Persepsi dan
selektif/penting pikiran irrasional
 Dapat melakukan
sesuatu dgn
arahan
 Persepsi sangat
menyempit.
 Fokus pada satu
hal
 Perlu banyak
arahan untuk hal
yang lain
 Masalah – masalah
sehari-hari
 Waspada
 Persepsi meningkat
B. PROSES TERJADINYA ANSIETAS
FAKTOR PREDISPOSISI FAKTOR PRESIPITASI

 Riwayat keluarga
 Penyakit
BIOLOGIS dengan ansietas

 Kehilangan cinta & perhatian  ancaman identitas,


masa kanak-kanak harga diri, integritas
PSIKOLOGIS  HDR diri,
 Trauma masa pertumbuhan  ancaman kehilangan
(perpisahan, kehilangan) orang yang berarti
 Perceraian

 Tidak adekuatnya hubungan  perubahan status


SOSIAL interpersonal pada masa bayi
 Kemampuan komunikasi
pekerjaan, fungsi dan
BUDAYA
rendah peran, lingkungan,
sosial.
C. TANDA DAN GEJALA
SUBJEKTIF
khawatir, cemas. Was-was, takut akan terjadi sesuatu
 

OBJEKTIF
Kognitif
Emosi Perilaku

Fisik Sosial
TANDA DAN GEJALA
1. PIKIRAN
a. Perhatian kurang
b. Konsentrasi kurang
c. Penilaian salah
d. Daya ingat terganggu (pelupa)
e. Blocking
f. Lapang persepsi menurun
g. Khawatir/cemas yang berlebih
(Bingung)
h. Banyak bertanya

10
Tanda dan Gejala
2. Emosi
a. Mudah tersinggung
b. Tidak sabar
c. Gelisah
d. Tegang
e. Takut
f. Frustasi

11
Tanda dan Gejala
3. Fisik
a. Nafsu makan menurun
b. Jantung Berdebar-debar
c. Pernafasan cepat
d. Berkeringat dingin
e. Kesulitan untuk tidur

12
Tanda dan Gejala
4. Tingkah Laku
a. Gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Gugup
e. Bicara Cepat
f. Kurang Koordinasi

13
Tanda dan Gejala
5. Sosial
 Kadang-kadang menghindari kontak dengan
orang lain/sosial
 Aktivitas sosial menurun
Kadang-kadang menunjukkan sikap
bermusuhan

14
D. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN

Tidak YA
PENKES PASIEN Berat/
DAN KELUARGA panik RUJUK
RSUD/RSJ

PULANG
BEROBAT JALAN
D PROSES KEPERAWATAN
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

ANSIETAS
D. PROSES KEPERAWATAN
3. TINDAKAN KEPERAWATAN

Pasien akan :
1. Mengenal ansietas
2. Melaksanakan cara-cara mengatasi ansietas :
a. Cara distraksi verbal, auditori dan perilaku
b. Relaksasi nafas dalam
c. Hipnotis lima jari
d. Cara spiritual
e. Patuh minum obat
PROSES KEPERAWATAN .......

1. Bina hubungan saling percaya


2. Bantu Pasien mengenal ansietas
Dengan cara :
a. Bantu pasien mengidentifikasi dan
mengungkapkan perasaan
b. Bantu pasien menjelaskan situasi yang
menimbulkan ansietas
c. Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
d. Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas
TINDAKAN UNTUK PASIEN…

3.a. Latih Cara mengatasi ansietas dengan teknik


distraksi:
a. Melihat pemandangan alam daerah pantai
atau pegunungan
b. Mendengar suara alam seperti bunyi air
mengalir, suara burung berkicau, musik
instrumental atau musik lembut
c. Melakukan kegiatan menonton film seperti
komedi, kartun, membaca novel, membaca
kata-kata dengan huruf terbalik, mengunyah
permen karet, melihat benda-benda sekitar,
mendekatkan dua jari sedekat mungkin
berulang-ulang
TINDAKAN UNTUK PASIEN…
2. Latih cara mengatasi ansietas : relaksasi nafas
dalam
a. Posisi duduk di lantai atau kursi
dengan tubuh rileks dan tidak ada
tekanan pada otot yang menghambat
aliran darah
b. Tarik nafas melalui hidung dengan
sangat perlahan
c. Tiup melalui mulut dengan sangat
perlahan.
d. Tiup sambil mengempeskan perut
e. Lakukan berulang kali
f. Mata boleh dibuka atau dipejamkan
3. Latih cara mengatasi ansietas :
HIPNOTIS LIMA JARI
a. Posisi duduk atau berbaring dengan mata ditutup dan
tubuh rileks. Pikiran dikosongkan.
b. Sentuhkan ibu jari dengan telunjuk. Mulai
membayangkan sedang berolah raga dan memiliki
tubuh yang sehat
c. Sentuhkan ibu jari dengan jari tengah. Mulai
membayangkan sedang bertemu dengan orang yang
disukai dan memiliki hubungan yang akrab
d. Sentuhkan ibu jari dengan jari manis. Mulai
membayangkan saat mendapat pujian dan memiliki
kemampuan yang dibanggakan
e. Sentuhkan ibu jari dengan kelingking. Mulai
membayangkan pemandangan alam yang indah dan
sedang berada disana
HIPNOTIS 5 JARI
1. Kenang semua 2. kenangan manis dengan
keadaan fisik yang orang yang dicintai
menyenangkan

3. kenang
semua
keberhasilan
dan prestasi

4. Kenang semua
tempat terindah
yang pernah
dikunjungi,
bayangkan Anda di
sana beberapa
saat.
4. Spiritual

• Diskusikan tentang keyakinan yang dianut


oleh pasien
• Latih cara mengontrol ansietas sesuai
keyakinan pasien
• Motivasi pasien untuk melakukannya
5. Patuh Minum Obat

• Jelaskan tentang prinsip 5 benar minum obat


• Jelaskan manfaat obat
• Jelaskan pentingnya minum obat teratur
• Jelaskan tentang pentingnya kontunitas minum
obat
D. PROSES KEPERAWATAN
3. TINDAKAN KEPERAWATAN

Keluarga akan :
1. Mengenal masalah ansietas
2. Memutuskan pelayanan yang diperlukan pasien ansietas
3. Merawat pasien ansietas
4. Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang aman.
5. Memantau dan membimbing pasien dalam mengatasi
ansietas
6. Melakukan follow-up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
teratur
TINDAKAN UNTUK KELUARGA
1. Bina hubungan saling percara
2. Diskusikan masalah yang dirasakan oleh keluarga dalam merawat pasien
3. Jelaskan tentang ansietas: pengertian, tanda dan gejala, akibat jika tidak
diatasi
4. Diskusikan cara merawat pasien :
a. Anjurkan Keluarga untuk mendampingi Pasien
b. Beri penjelasan kegiatan apa yang dapat dilakukan keluarga pada Pasien :
tidak menambah masalah Pasien (stress) dengan sikap positif, memotivasi
cara relaksasi yang telah dilatih pada Pasien
5. Latih cara merawat pasien ansietas
6. Diskusikan perilaku pasien yang perlu dirujuk dan cara merujuk
lapangan presepsi menyempit, tidak mampu menerima informasi
gelisah, tidak dapat tidur)
4. EVALUASI
1. Pasien :
a. Kecemasan berkurang
b. Melakukan cara – cara mengurangi kecemasan

2. Keluarga dapat :
a. Memahami proses terjadi kecemasan
b. Merawat Pasien dengan kecemasan
c. Kontrol Pasien ke Puskesmas

27
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
GANGGUAN
DEPRESI
PENDAHULUAN
Pasien yang datang ke poli umum puskesmas dengan keluhan kelelahan,
insomnia, nyeri kronik, gejala yang banyak dan kabur seperti gejala
gastrointestinal, kardiovaskular dan neurologis atau gejala somatik lainnya
perlu dicurigai bahwa pasien tersebut mengalami depresi.

Pada pasien yang mengalami depresi perlu diteliti adanya masalah perilaku
risiko bunuh diri dan harga diri rendah kronik. Demikian pula halnya pada
pasien gangguan jiwa. Risiko bunuh diri dan harga diri rendah juga
merupakan salah satu kondisi yang harus dikaji oleh perawat pada setiap
pasien yang mengalami gangguan jiwa.

Keinginan untuk mengakhiri hidup dapat mengakibatkan kematian. Asuhan


keperawatan risiko bunuh diri dan harga diri rendah perlu dilakukan agar
pasien dan keluarga dapat mencegah terjadinya perilaku bunuh diri dan
harga diri pasien meningkat.
POKOK BAHASAN

A.Risiko Bunuh Diri


B.Harga Diri Rendah
Bunuh Diri adalah:

Perilaku merusak diri yang


langsung dan disengaja
untuk mengakhiri
kehidupan.
PROSES TERJADINYA RISIKO BUNUH DIRI

Faktor Predisposisi
PROSES TERJADINYA RISIKO BUNUH DIRI

Faktor Presipitasi:
 Perasaan marah/bermusuhan
 Hukuman pada diri sendiri,
 Keputusasaan
 Perasaan terisolasi
 Kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti,
 kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat
menghadapi stress
Isyarat
Ide (+), Rencana (-),
Persiapan alat (-)

Ancaman
JENIS RBD Ide (+), Rencana (+),
Persiapan alat (-)

Percobaan
Ide (+), Rencana (+),
Persiapan alat (+)
“Tolong jaga anak-anak saya, saya akan
pergi jauh” atau “Segala sesuatu akan
lebih baik tanpa saya.”
Merasa rasa bersalah, sedih, marah, putus
asa, tidak berdaya
“Tidak ada gunanya hidup lagi “
“Ingin mati” ------ ISYARAT BUNUH DIRI

“ Pernah mencoba bunuh diri”


Mengancam bunuh diri ----- ANCAMAN
BUNUH DIRI

“Telah melakukan bunuh diri namun


dapat ditolong/ gagal” --- PERCOBAAN
TANDA DAN GEJALA RISIKO BUNUH DIRI

Data Subjektif:
– Merasa hidupnya
tak berguna lagi
– Ingin mati
– Pernah mencoba
bunuh diri
Data Objektif:
– Mengancam bunuh
diri Ekspresi murung
– Merasa bersalah / Tak bergairah
putus asa Banyak diam
Ada bekas percobaan
bunuh diri
1. PENGKAJIAN
Perhatikan pernyataan/ungkapan :
1.Tersirat : “Saya ingin mati”.
2.Terselubung : “ saya sudah capek dengan sakit ini
tidak sembuh – sembuh juga “.

“apakah ia ingin TIDAK


mengakhiri hidupnya ? “ Apakah ada Pikiran bunuh
Tidak, saya hanya sedih Diri ?
saja.
YA

Kaji Letalitas :
Apa yang membuat anda Cara OBSERVASI
sedih dan apa yang anda Periksa
Kulit Ps Rencana TANDA & GEJALA
ingin lakukan untuk Waktu
mengatasinya? “ Alat
Pengkajian
Tingkat RBD
PENGKAJIAN TINGKAT RISIKO BUNUH
S (Sex) Jenis Kelamin DIRI
1 = laki-laki S (Sex)
A (Age) Usia 1 = usia risiko : 22 – 45 A (Age)
tahun, > 65 tahun
D (Depresition) Depresi 1= ada gejala depresi D (Depresition)
P (Previous attempt) Usaha sebelumnya 1= ada usaha percobaan P (Previous attempt)
sebelumnya
E (Ethanol abuse Saat ini 1 = positip E (Ethanol abuse (recent))
(recent)) penyalahgunaan
alkohol
R (Rational thought Kehilangan pikiran 1 = gangguan proses pikir R (Rational thought loss)
loss) rasional
S (Social supports Kurang dukungan 1 = kurang, terutama yang S (Social supports
lacking) sosial baru saja tidak ada lacking)
dukungan
O (Organized plan) Rencana terorganisasi 1 = terorganisasi O (Organized plan)
N (No spouse ) Tidak punya pasangan 1 = cerai, janda, laki-laki N (No spouse )
single
S (Sickness) Penyakit 1 = penyakit yang berat atau S (Sickness)
penyakit kronik dengan
prognosis jelek , seperti
kanker
Keterangan :
Skor 0 - 2 dirawat di rumah dengan kunjungan
Skor 3 – 4 kunjungan ketat, pertimbangkan untuk di rujuk
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
RISIKO BUNUH DIRI (RBD)

3. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Keperawatan Untuk pasien:
1.Aman dari mencederai diri
2.Membina hubungan saling percaya
3.Mempertahankan kontrak untuk tidak melakukan
bunuh diri
4. TINDAKAN KEPERAWATAN
a. Lakukan tindakan pencegahan bunuh diri :
 Temani pasien terus menerus
 Jauhkan semua benda-benda berbahaya
 Sampaikan : “ Melindungi pasien sampai tidak
ada keinginan bunuh diri”.
b. Bina hubungan saling percaya
c. Rujuk
 Skor 3 -4 pertimbangkan untuk di rujuk
 Skor 0 – 2 :
 Buat Kontrak/kesepakatan (inform concent)
 Ajarkan cara – cara menyelesaikan masalah
4. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan Utk 1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga
Keluarga : dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya risiko bunuh diri dan mengambil
Keluarga dapat keputusan merawat pasien (gunakan leaflet).
melindungi 3. Latih keluarga cara menciptakan suasana keluarga
anggota dan lingkungan yang aman:
a. Berikan perhatian segera apabila keinginan
keluarganya dari
bunuh diri pasien serius.
perilaku bunuh b. Anjurkan keluarga agar mengawasi pasien
diri. serta jangan pernah meninggalkan pasien
sendirian
c. Anjurkan keluarga untuk menjauhi barang-
barang berbahaya disekitar pasien
d. Diskusikan dengan keluarga orang yang dapat
membawa pasien ke rumah sakit sesegera
mungkin
4. TINDAKAN KEPERAWATAN

e. Latih keluarga cara bersikap pada pasien dengan perilaku bunuh diri :
Menjadi pendengar yang baik.
Ciptakan suasana yang menunjukkan bahwa keberadaan pasien adalah
penting di dalam keluarga
Ciptakan perasaan aman pasien untuk mau menyampaikan keingginan
bunuh dirinya pada anda
Tunjukkan rasa sayang dan dukungan kepada pasien. Peluk, sentuh,
biarkan pasien menangis dan mengekspresikan kemarahannya.
Bila ada anak-anak, pindahkan sementara kepada saudara pasien untuk
merawatnya, karena peristiwa tersebut merupakan traumatik bagi anak.
“Jangan” memberikan pertimbangan, memarahi, mengungkit kesalahan,
tidak mendengarkan perasaan pasien atau mengatakan “lakukan saja”.
Pada dasarnya pasien berpikir untuk bunuh diri karena pasien sudah tidak
tahu lagi cara-cara yang positif dalam mengatasi situasi/masalah.
 
4. TINDAKAN KEPERAWATAN
4. Jelaskan kepada keluarga agar memastikan bahwa
pasien benar minum obatnya
5. Jelaskan kepada keluarga pentingnya pasien
minum obat secara teratur
6. Lakukan pengawasan terkait perilaku dan pikiran
bunuh diri setelah 2 minggu pasien minum obat,
karena setelah dua minggu efektifitas obat mulai
bekerja dan pasien mendapat energi untuk
melakukan perilaku bunuh diri.
 
D. Evaluasi
1. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
HARGA DIRI RENDAH KRONIS
“ Kamu
Bodoh” “ Ya, Emang
Aku Bodoh “
Harga diri rendah kronik
adalah
penilaian atau perasaan negatif
tentang diri atau kemampuan diri yang
telah berlangsung lama.
Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi
yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai
frustasi.
• Transisi peran perkembangan
• Transisi peran situasi
• Transisi peran sehat-sakit
Subjektif:
Pasien mengungkapkan tentang:
• Hal negatif diri sendiri atau orang lain
• Perasaan tidak mampu
• Pandangan hidup yang pesimis
• Penolakan terhadap kemampuan diri
Objektif:
• Penurunan produktivitas
• Tidak berani menatap lawan bicara
• Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
• Bicara lambat dengan nada suara lemah

http://www.hevanet.com/elart/LINK%20IMAGES/selfesteem.gif
Wawancara :
Bagaimana pandangan/ penilaian Anda tentang diri sendiri?
Bagaimana penilaian Anda terhadap diri sendiri
mempengaruhi hubungan Anda dengan orang lain?
Apa yang menjadi harapan Anda?
Apa saja harapan yang telah Anda tercapai?
Apa saja harapan yang belum berhasil Anda capai?
Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi?
Observasi:
Penurunan produktivitas
Tidak berani menatap lawan bicara
Lebih banyak menundukkan kepala saat
berinteraksi
Bicara lambat dengan nada suara lemah
Harga diri rendah kronis
Tujuan
Pasien mampu:
• Membina hubungan saling percaya
• Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
• Menilai kemampuan yang dapat digunakan
• Menetapkan/ memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
• Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
• Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya.
Identifikasi kemampuan dan aspek positif
yang masih dimiliki pasien :
•Diskusikan kemampuan melakukan
kegiatan dan aspek positif pasien
(buat daftar kegiatan)
•Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan
penilaian yang negatif setiap kali bertemu dengan
pasien.
Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat
digunakan :
•Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan
saat ini (pilih dari daftar kegiatan): buat daftar
kegiatan yang dapat dilakukan saat ini.
•Bantu pasien menyebutkannya
dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan
pasien.
Bantu pasien untuk dapat memilih/ menetapkan
kegiatan berdasarkan daftar kegiatan yang dapat
dilakukan:
•Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih saat
pertemuan.
•Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia
tetapkan.
Latih kegiatan yang telah dipilih pasien:
• Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara
melakukannya)
• Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan dua
kali per hari
• Berikan dukungan dan pujian yang nyata
setiap kemajuan yang diperlihatkan pasien.
Tujuan
Keluarga mampu :
• mengenal masalah harga diri rendah
• mengambil keputusan untuk merawat harga diri rendah
• merawat harga diri rendah
• memodifikasi lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri
pasien
• menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
• memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Kemampuan Pasien :
Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan
Melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
Membuat jadual kegiatan harian
Melakukan kegiatan sesuai jadual kegiatan harian
Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam
mengatasi harga diri rendah
Kemampuan Keluarga (Pelaku Rawat):
Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien (pengertian, tanda
dan gejala, dan proses terjadinya harga diri rendah)
Mengambil keputusan merawat harga diri rendah
Merawat harga diri rendah
Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
pasien untuk meningkatkan harga dirinya
Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi harga
diri rendah
Melakukan follow up ke Puskesmas, mengenal tanda kambuh dan
melakukan rujukan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PSIKOTIK
Psikosis

Psikosis ditandai oleh:


• Terganggunya realitas atau kemampuan menilai
kenyataan  Distorsi pikiran dan persepsi:
• Halusinasi
• Waham/delusi

• Emosi yang tidak patut atau rentangnya sempit


• Pembicaraan yang inkoheren atau irelevan
• Kecurigaan berlebihan dan tak berdasar
Psikosis

• Dapat terlihat abnormalitas perilaku yang


berat, seperti perilaku disorganisasi, agitasi,
eksitasi, dan in-aktivitas/over-aktivitas.

• Dapat juga terlihat gangguan emosi, seperti


apatis atau dis-koneksitas antara emosi yang
utarakan dengan afek yang diobservasi
(seperti ekspresi wajah dan bahasa tubuh)
Kondisi yang Menimbulkan Psikosis

• Gangguan psikiatri
• Skizofrenia dan gangguan terkait
• Gangguan medik
• Trauma fisik, epilepsi lobus temporalis, demensia, penyakit
neurologik dan endokrin, kelainan metabolik
• Gangguan penyalahgunaan zat
• Terutama amfetamin dan halusinogen
Mengapa Psikosis relevan bagi petugas
Puskesmas?

• Prevalensi – Riskesdas 2018


• Kalimantan Barat = 0,21% dari 5.427.075 (jlh penduduk) = 11.397 orang
• Kota Pontianak = 0,21% dari 667.053 = 1.401 orang
• Kab. Kubu Raya = 0,21% dari 605.787 = 1.272 orang

• Dampak yang dramatis pada individu, keluarga, dan masyarakat


• Pelanggaran HAM

• Sering diabaikan
• Dapat dilakukan tatalaksana yang efektif di layanan primer
Pokok bahasan A. Asuhan Keperawatan Perilaku
Kekerasan
Pokok bahasan B. Asuhan Keperawatan Halusinasi
Pokok bahasan C. Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial
Pokok bahasan D. Asuhan Keperawatan Defisit
Perawatan Diri
Pokok bahasan E. Asuhan Keperawatan Waham
• Perilaku kekerasan merupakan hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan)
atau ketakutan (panik) sebagai respons terhadap perasaan terancam, baik
berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri. Perasaan terancam ini
dapat berasal dari stresor eksternal (penyerangan fisik, kehilangan orang
berarti dan kritikan dari orang lain) dan internal (perasaan gagal di tempat
kerja, perasaan tidak mendapatkan kasih sayang dan ketakutan penyakit
fisik).
• Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Keliat, dkk, 2011).
• Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku yang memperlihatkan
individu tersebut dapat mengancam secara fisik, emosional dan atau
seksual kepada orang lain (Herdman, 2012)
Faktor Biologis: faktor herediter mengalami
gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma
kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA.
Faktor Psikologis
Faktor Sosiokultural
bersifat unik.
stresor dapat bersifat faktor internal maupun eksternal dari
individu.
Faktor internal: keinginan yang tidak terpenuhi, perasaan kehilangan
dan kegagalan akan kehidupan (pekerjaan, pendidikan, dan kehilangan
orang yang dicintai), kekhawatiran terhadap penyakit fisik.
Faktor eksternal: kegiatan atau kejadian sosial yang berubah seperti
serangan fisik atau tindakan kekerasan, kritikan yang menghina,
lingkungan yang terlalu ribut, atau putusnya hubungan
sosial/kerja/sekolah.
Data Subyektif:
Ungkapan berupa ancaman, kata-kata kasar, ingin memukul/ melukai
Data Obyektif:
Wajah memerah dan tegang
Pandangan tajam
Mengatupkan rahang dengan kuat
Mengepalkan tangan
Bicara kasar
Suara tinggi, menjerit atau berteriak
Mondar mandir
Melempar atau memukul benda/orang lain
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi
pada pasien dan keluarga (pelaku rawat).
Wawancara:
Apa penyebab perasaan marah?
Apa yang dirasakan saat terjadi kejadian/penyebab marah?
Apa yang dilakukan saat marah?
Apakah dengan cara yang digunakan penyebab marah hilang?
Apa akibat dari cara marah yang dilakukan?
Observasi :
Wajah memerah dan tegang
Pandangan tajam
Mengatupkan rahang dengan kuat
Mengepalkan tangan
Bicara kasar
Mondar mandir
Nada suara tinggi, menjerit atau berteriak
Melempar atau memukul benda/orang lain
Perilaku kekerasan
Risiko perilaku kekerasan
Pada diagnosis keperawatan perilaku kekerasan, tindakan
keperawatan yang dilakukan terutama bertujuan untuk mencegah
pasien menciderai diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan dapat dibaca pada modul
kegawatdaruratan psikiatrik.
Tindakan keperawatan risiko perilaku kekerasan.
Perawat mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga
(pelaku rawat).
Setelah itu, perawat melakukan pengkajian pada pasien dan
melatih cara untuk mengatasi masalah pasien.
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Risiko Perilaku Kekerasan
Tujuan: Pasien mampu:
• Membina hubungan saling percaya
• Menjelaskan penyebab marah
• Menjelaskan perasaan saat terjadinya marah/perilaku kekerasan
• Menjelaskan perilaku yang dilakukan saat marah
• Menyebutkan cara mengontrol rasa marah/perilaku kekerasan
• Melakukan kegiatan fisik dalam menyalurkan kemarahan
• Minum obat secara teratur
• Berbicara dengan cara baik
• Melakukan kegiatan ibadah untuk mengendalikan rasa marah
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga…
 Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.
 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan penyebab perilaku kekerasan.
 Melatih keluarga cara merawat risiko perilaku kekerasan.
 Membimbing keluarga merawat risiko perilaku kekerasan.
 Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung pasien untuk mengontrol emosinya.
 Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan
segera ke fasilitas pelayanan kesehatan
 Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera
tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Laraia, 2009).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan panca indera, halusinasi terbagi atas lima jenis yaitu:
halusinasi pendengaran --- 70%
halusinasi penglihatan ------ 20%
halusinasi penghidu
halusinasi pengecapan 10%
halusinasi perabaan
Faktor Biologis: Faktor biologis meliputi
adanya faktor herediter mengalami
gangguan jiwa, adanya risiko bunuh diri,
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan NAPZA.
Faktor Psikologis
Faktor Sosiokultural
Stresor presipitasi pada pasien halusinasi ditemukan:
adanya kelainan struktur otak
riwayat penyakit infeksi
penyakit kronis
kekerasan dalam keluarga
atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan.
adanya aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat
yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar
masyarakat.
Data Subyektif:
Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya.
Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster
Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan.
Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
Data Obyektif:
Bicara atau tertawa sendiri
Marah-marah tanpa sebab
Mengarahkan telinga ke arah tertentu
Menutup telinga
Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
Menutup hidung
Sering meludah
Muntah
Menggaruk-garuk permukaan kulit
Isi halusinasi:
• Mendengar atau melihat apa?
• Apa yang dikatakan suara yang didengar?
Waktu terjadinya halusinasi:
• Kapan halusinasi terjadi?
Pengkajian Halusinasi
Frekuensi halusinasi:
• Seberapa sering halusinasi muncul?
• Berapa kali dalam sehari?
Situasi pencetus:
Dalam situasi seperti apa halusinasi muncul?
Respons terhadap halusinasi:
• Bagaimana perasaan pasien jika halusinasi muncul?
• Apa yang dilakukan jika halusinasi muncul? 86
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
pendengaran/ penglihatan
Tindakan Keperawatan untuk
Pasien Halusinasi
• Latih Pasien mengontrol halusinasi:
• Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan melawan halusinasi
(menghardik), mengalihkan (bercakap-cakap dengan orang lain dan
melakukan kegiatan secara terjadual di rumah, seperti merapikan
tempat tidur, menyapu lantai, atau mencuci baju dan lain-lain),
patuh minum obat.
• Berikan contoh cara menghardik, mengalihkan halusinasi dengan
cara meminta bantuan pada orang lain dan menyusun jadual
kegiatan sehari-hari di rumah.
Tindakan Keperawatan untuk
Pasien Halusinasi
• Diskusikan 6 (enam) benar minum obat
• Berikan kesempatan pasien mempraktekkan cara
melawan halusinasi dengan cara menghardik,
mengalihkan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain dan menyusun jadual kegiatan
harian di rumah.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
Pasien Halusinasi
Tujuan: Keluarga mampu:
Mengenal tentang halusinasi
Mengambil keputusan untuk merawat halusinasi
Merawat anggota keluarga yang mengalami
halusinasi
Memodifikasi lingkungan yang mendukung pasien
mengatasi halusinasi
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang
individu mengalami penurunan atau bahkan sama
sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
di sekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain.
Data Subyektif
Pasien mengungkapkan tentang :
Perasaan sepi
Perasaan tidak aman
Perasan bosan dan waktu terasa lambat
Ketidakmampun berkonsentrasi
Perasaan ditolak
Data Obyektif:
»Banyak diam
»Tidak mau bicara
»Menyendiri
»Tidak mau berinteraksi
»Tampak sedih
»Ekspresi datar dan dangkal
»Kontak mata kurang
Wawancara:
• Bagaimana perasaan anda saat berinteraksi dengan orang lain?
• Apakah ada perasaan tidak aman?
• Bagaimana pendapat anda terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga
atau tetangga)?
• Apakah anda mempunyai anggota keluarga atau teman terdekat? Bila
punya siapa anggota keluarga dan teman dekatnya itu?
• Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak dekat dengan anda?
Bila punya siapa anggota keluarga dan teman yang tidak dekatnya itu?
• Apa yang membuat anda tidak dekat dengan orang tersebut?
Observasi:
• Pasien banyak diam dan tidak mau bicara
• Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan
orang yang terdekat
• Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
• Kontak mata kurang
Isolasi Sosial
Tujuan
Pasien mampu:
» Membina hubungan saling percaya
» Menyadari isolasi sosial yang dialaminya
» Berinteraksi secara bertahap dengan anggota keluarga dan
lingkungan sekitarnya
» Berkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah tangga dan
kegiatan sosial
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
Pasien Isolasi Sosial
Tujuan: Keluarga mampu:
Mengenal masalah isolasi sosial
Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien isolasi
sosial
Merawat pasien isolasi sosial dengan mengajarkan dan
mendampingi pasien berinteraksi secara bertahap, berbicara saat
melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan sosial
Memodifikasi lingkungan yang kondusif agar pasien mampu
berinteraksi dengan lingkungan sekitar
Mengenal tanda kekambuhan dan mencari pelayanan kesehatan.
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar
manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan aktifitas perawatan diri (kebersihan
diri, berhias, makan, toileting) (Herdman, 2012).
Data Subyektif
Pasien mengungkapkan tentang :
» Malas mandi
» Tidak mau menyisir rambut
» Tidak mau menggosok gigi
» Tidak mau memotong kuku
» Tidak mau berhias/ berdandan
» Tidak bisa / tidak mau menggunakan alat mandi / kebersihan diri
» Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
» BAB dan BAK sembarangan
» Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK
» Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
Data Obyektif:
• Badan bau, kotor, berdaki, rambut dan gigi kotor, kuku panjang dan
kotor, tidak menggunakan alat-alat mandi, tidak mandi dengan
benar
• Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, pakaian
tidak rapi, tidak mampu berdandan.
• Makan dan minum sembarangan, berceceran, tidak menggunakan
alat makan; tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan
makanan ke alat makan, memegang alat makan, menyelesaikan
makan.
• BAB dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah
BAB dan BAK, tidak mampu menjaga kebersihan toilet
Wawancara:
» Bagaimana kebersihan diri pasien?
» Apakah pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok
gigi, menggunting kuku?
» Bagaimana penampilan pasien?
» Apakah pasien menyisir rambut, berdandan, bercukur
(untuk laki-laki)?
» Apakah pakaian pasien rapi dan sesuai?
» Apakah pasien menggunakan alat mandi/ kebersihan diri?
Wawancara:
» Bagaimana makan dan minum pasien?
» Apakah pasien menggunakan alat makan dan minum saat
makan dan minum?
» Bagaimana BAB dan BAK pasien?
» Apakah pasien membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK
setelah BAB dan BAK?
» Apakah pasien mengetahui cara perawatan diri yang benar?
• Defisit perawatan diri : Kebersihan diri,
berdandan, makan dan minum,
BAB dan BAK
Tujuan
Pasien mampu:
• Membina hubungan saling percaya
• Melakukan kebersihan diri secara mandiri
• Melakukan berhias/berdandan secara baik
• Melakukan makan dan minum dengan cara baik
• Melakukan BAB/BAK secara mandiri
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
Pasien Defisit Perawatan Diri
Tujuan:
Mengenal masalah defisit perawatan diri
Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien
defisit perawatan diri
Merawat pasien defisit perawatan diri
Memodifikasi lingkungan yang kondusif agar pasien
mampu merawat diri
Mengenal tanda kekambuhan dan mencari pelayanan
kesehatan.
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang
dipertahankan secara kuat/terus menerus namun
tidak sesuai dengan kenyataan.
Waham kebesaran
• Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
• Contoh:
“Saya ini pejabat di Kementerian Kesehatan lho..” atau
“Saya punya tambang emas”
Waham curiga
• Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/ meciderai dirinya, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
• Contoh: “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan
kesuksesan saya”
Waham agama
• Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
• Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus
menggunakan pakaian putih setiap hari”
Waham somatik
• Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulangkali tetapi
tidak sesuai kenyataan.
Data Subyektif
Pasien mengatakan:
– Memiliki kekuatan luar biasa.
– Ada yang sedang mengintai atau mengancamnya.
– Televisi atau radio menyiarkan hal-hal yang berkaitan
dengan dirinya
– Ada bagian tubuhnya mengalami gangguan
Data Obyektif:
• Menggunakan pakaian atau atribut yang aneh
• Ekspresi ketakutan
• Tanda-tanda cemas
• Membatasi interaksi dengan orang lain
• Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang
diungkapkan dan menetap?
• Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau
apakah pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau
kesehatannya?
• Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda
disekitarnya aneh dan tidak nyata?
• Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar
tubuhnya?
Gangguan Proses Pikir: Waham
Tujuan
Pasien mampu:
• berorientasi kepada realitas secara bertahap
• berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
• menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
Pasien Waham
Tujuan:
Mengenal masalah waham
Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien
waham
Merawat pasien waham
Memodifikasi lingkungan yang kondusif agar pasien mampu
mengontrol wahamnya
Mengenal tanda kekambuhan dan mencari pelayanan
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai