Anda di halaman 1dari 41

BAKTERI sebagai Agen Infeksi

PRESTASIANITA PUTRI, S. KEP., NS., M. KEP


Definisi

Bakteri (dari kata latin bacterium; jamak: bacteria) adalah


kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.
Bakteri termasuk ke dalam domain prokariota dan
berukuran sangat kecil (mikroskopik).
Pada umumnya, bakteri berukuran 0,5-5 μm, tetapi ada
bakteri tertentu yang dapat berdiameter hingga 700 μm,
Bakteri umumnya memiliki dinding sel, seperti sel
tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk
sangat berbeda (peptidoglikan). Beberapa jenis bakteri
bersifat motil (mampu bergerak) dan mobilitasnya ini
disebabkan oleh flagel.
Sejarah

setelah abad ke-19 ilmu tentang mikroorganisme,


terutama bakteri (bakteriologi), mulai berkembang,
terutama setelah ditemikan mikroskopik.
Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari
oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata
Yunani, βακτηριον (bakterion) yang memiliki arti
"batang-batang kecil“.
Karakteristik Bakteri: berdasarkan respirasi

Bakteri

Aerob Anaerob

Obligat Autotoleran Fakultatif


Karakteristik Bakteri

Respirasi bakteri
1. Aerob : memerlukan oksigen untuk tumbuh
2. An-aerob : tidak memerlukan oksigen untuk tumbuh, dapat
bereaksi negatif dan mati apabila terpapar oksigen.
Anaerob dibagi menjadi 3, yaitu:
Obligat:bereaksi negatif pada adanya oksigen. Contoh:
Clostridium
Autotoleran: tidak dapat menggunakan oksigen untuk tumbuh,
tetapi dapat menoleransi keberadaan oksigen.
Fakultatif: apat tumbuh tanpa oksigen, tetapi menggunakan
oksigen apabila tersedia, Contoh: Staphylococcus spp.,
Streptococcus spp., Escherichia coli.
Karakteristik Bakteri: cara memperoleh makanan

Bakteri

Heterotrof
Autotrof

Fotoautotrof Kemoautotrof Saprofit Parasit


Karakteristik Bakteri: cara memperoleh makanan

Autotrof:bakteri yang menghasilkan senyawa organik kompleks (seperti


karbohidrat, lemak, dan protein) dari zat-zat sederhana yang ada di sekitarnya,
umumnya menggunakan energi dari cahaya (fotosintesis) atau reaksi kimia
anorganik atau donor elektron (kemosintesis).
Berdasarkan sumber energinya autotrof bisa dibedakan menjadi dua, yaitu
fotoautotrof dan kemoautotrof. Fotoautotrof menggunakan cahaya sebagai
sumber energi, sedangkan kemoautotrof memanfaatkan donor elektron sebagai
sumber energi, baik dari sumber organik atau anorganik; Namun dalam kasus
autotrof, donor elektron ini berasal dari sumber kimia anorganik.
Kemoautotrof disebut juga litotrof, karena litotrof menggunakan senyawa
anorganik, seperti hidrogen sulfida, unsur sulfur, amonium dan besi, sebagai zat
pereduksi untuk biosintesis dan penyimpanan energi kimia. [6]
Contoh Bakteri fotoautotrof: Cyanobacteria, Green sulfur bacteria, Chloroflexi,
atau Purple bacteria.
Contoh Bakteri kemoautotrof: Thermodesulfobacteria, Hydrogenophilaceae,
atau Nitrospirae
Karakteristik Bakteri: cara memperoleh makanan

Hekterotrof: tidak dapat mengikat karbon


sehingga menggunakan karbon organik untuk
tumbuh, terdiri dari:
Bakteri saprofit : hidup pada sisa-sisa organisme
lain, seperti bangkai dan kotoran
Bakteri parasit mengambil makanan dari inangnya,
misalnya Bakteri patogen pada manusia.
Karakteristik Bakteri: reproduksi

Bakteri

Aseksual Aseksual

Transformasi Transduksi Konjugasi


Karakteristik Bakteri: reproduksi
Aseksual:
Yang termasuk di dalam reproduksi secara aseksual ini adalah pembelahan, pembentukan tunas/
cabang, dan pembentukan filamen.
Pembelahan
Pada umumnya bakteri berkembang biak dengan pembelahan biner, artinya pembelahan terjadi
secara langsung, dari satu sel membelah menjadi dua sel anakan. Masing-masing sel anakan akan
membentuk dua sel anakan lagi, demikian seterusnya.
Proses pembelahan biner diawali dengan proses replikasi DNA menjadi dua DNA identik, diikuti
pembelahan sitoplasma dan akhirnya terbentuk dinding pemisah di antara kedua sel anak bakteri.
Pembentukan tunas atau cabang
Bakteri membentuk tunas yang akan melepaskan diri dan membentuk bakteri baru. Reproduksi
dengan pembentukan cabang didahului dengan pembentukan tunas yang tumbuh menjadi cabang
dan akhirnya melepaskan diri. Dapat dijumpai pada bakteri family Streptomycetaceae.
Pembentukan Filamen
Pada pembentukan filament, sel mengeluarkan serabut panjang sebagai filament yang tidak
bercabang. Bahan kromosom kemudian masuk ke dalam filament, kemudian filament terputus-putus
menjadi beberapa bagian. Tiap bagian membentuk bakteri baru. Dijumpai terutama dalam keadaan
abnormal, misalnya bila bakteri Haemophilus influenza dibiakan pada pembenihan yang basah.
Karakteristik Bakteri: reproduksi seksual
Transformasi:
Dalam konteks genetika bakteri, transformasi merupakan perubahan suatu
genotipe sel bakteri dengan cara mengambil DNA asing dari lingkungan
sekitarnya. Misalnya, pada bakteri Streptococcus pneumoniae yang tidak
berbahaya dapat ditransformasi menjadi sel-sel penyebab pneumonia dengan
cara mengambil DNA dari medium yang mengandung sel-sel strain patogenik
yang mati.
Transformasi ini terjadi ketika sel nonpatogenik hidup mengambil potongan
DNA yang kebetulan mengandung alel untuk patogenisitas (gen untuk suatu
lapisan sel yang melindungi bakteri dari sistem imun inang) alel asing tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam kromosom bakteri menggantikan alel aslinya
untuk kondisi tanpa pelapis. Proses ini merupakan rekombinasi genetik –
perputaran segmen DNA dengan cara pindah silang (crossing over). Sel yang
ditransformasi ini sekarang memiliki satu kromosom yang mengandung DNA,
yang berasal dari dua sel yang berbeda.
Karakteristik Bakteri: reproduksi seksual
Transduksi:
Ada dua bentuk transduksi yaitu transduksi umum dan transduksi khusus. Keduanya dihasilkan dari
penyimpangan pada siklus reproduktif faga.
Reproduksi bakteri dengan jalan transduksi Diakhir siklus litik faga, molekul asam nukleat virus
dibungkus di dalam kapsid, dan faga lengkapnya dilepaskan ketika sel inang lisis. Kadangkala sebagian
kecil dari DNA sel inang yang terdegradasi menggantikan genom faga. Virus seperti ini cacat karena
tidak memiliki materi genetik sendiri. Walaupun demikian, setelah pelepasannya dari inang yang lisis,
faga dapat menempel pada bakteri lain dan menginjeksikan bagian DNA bakteri yang didapatkan dari
sel pertama. Beberapa DNA ini kemudian dapat menggantikan daerah homolog dari kromosom sel
kedua.
Kromosom sel ini sekarang memiliki kombinasi DNA yang berasal dari dua sel sehingga rekombinasi
genetik telah terjadi. Jenis transduksi ini disebut dengan transduksi umum karena gen-gen bakteri
ditransfer secara acak. Untuk transduksi khusus memerlukan infeksi oleh faga temperat, dalam siklus
lisogenik genom faga temperat terintegrasi sebagai profaga ke dalam kromosom bakteri inang, di suatu
tempat yang spesifik.
Kemudian ketika genom faga dipisahkan dari kromosom, genom faga ini membawa serta bagian kecil
dari DNA bakteri yang berdampingan dengan profaga. Ketika suatu virus yang membawa DNA bakteri
seperti ini menginfeksi sel inang lain, gen-gen bakteri ikut terinjeksi bersama-sama dengan genom
faga.Transduksi khusus hanya mentransfer gen-gen tertentu saja, yaitu gen-gen yang berada di
dekat tempat profaga pada kromosom tersebut.
Karakteristik Bakteri: reproduksi seksual

Konjugasi dan plasmid


Konjugasi merupakan transfer langsung materi genetik
antara dua sel bakteri yang berhubungan sementara. Proses
ini, telah diteliti secara tuntas pada E. Coli. Transfer DNA
adalah transfer satu arah, yaitu satu sel mendonasi
(menyumbang) DNA, dan “pasangannya” menerima gen.
Donor DNA, disebut sebagai “jantan”, menggunakan alat
yang disebut pili seks untuk menempel pada resipien
(penerima) DNA dan disebut sebagai “betina”. Kemudian
sebuah jembatan sitoplasmik sementara akan terbentuk
diantara kedua sel tersebut, menyediakan jalan untuk
transfer DNA.
Plasmid adalah molekul DNA kecil, sirkular dan dapat bereplikasi sendiri,
yang terpisah dari kromosom bakteri. Plasmid-plasmid tertentu, seperti
plasmid f, dapat melakukan penggabungan reversibel ke dalam kromosom
sel. Genom faga bereplikasi secara terpisah di dalam sitoplasma selama
siklus litik, dan sebagai bagian integral dari kromosom inang selama
siklus lisogenik.
Plasmid hanya memiliki sedikit gen, dan gen-gen ini tidak diperlukan
untuk pertahanan hidup dan reproduksi bakteri pada kondisi normal.
Walaupun demikian, gen gen dari plasmid ini dapat memberikan
keuntungan bagi bakteri yang hidup di lingkungan yang banyak tekanan.
Contohnya, plasmid f mempermudah rekombinasi genetik, yang mungkin
akan menguntungkan bila perubahan lingkungan tidak lagi mendukung
strain yang ada di dalam populasi bakteri. Plasmid f , terdiri dari sekitar
25 gen, sebagian besar diperlukan untuk memproduksi piliseks.
Ahli-ahli genetika menggunakan simbol f+ (dapat diwariskan). Plasmid f
bereplikasi secara sinkron dengan DNA kromosom, dan pembelahan satu sel f+
biasanya menghasilkan dua keturunan yang semuanya merupakan f+. Sel-sel yang
tidak memiliki faktor f diberi simbol f-, dan mereka berfungsi sebagai recipien DNA
(“betina”) selama konjugasi. Kondisi f+ adalah kondisi yang “menular” dalam artian
sel f+ dapat memindah sel f- menjadi sel f+ ketika kedua sel tersebut berkonjugasi.
Plasmid f bereplikasi di dalam sel “jantan”, dan sebuah salinannya ditransfer ke sel
“betina” melalui saluran konjugasi yang menghubungkan sel-sel tersebut.
Pada perkawinan f+ dengan f- seperti ini, hanya sebuah plasmid f yang ditransfer.
Gen-gen dari kromosom bakteri tersebut ditransfer selama konjugasi ketika faktor f
dari donor sel tersebut terintegrasi ke dalam kromosomnya. Sel yang dilengkapi
dengan faktor f dalam kromosomnya disebut sel Hfr ( high frequency of
recombination atau rekombinasi frekuensi tinggi). Sel Hfr tetap berfungsi sebagai
jantan selama konjugasi, mereplikasi DNA faktor f dan mentransfer salinannya ke
f- pasangannya. Tetapi sekarang, faktor f ini mengambil salinan dari beberapa DNA
kromosom bersamanya.
Gerakan acak bakteri biasanya mengganggu konjugasi sebelum
salinan dari kromosom Hfr dapat seluruhnya dipindahkan ke
sel f-. Untuk sementara waktu sel resipien menjadi diploid
parsial atau sebagian, mengandung kromosomnya sendiri
ditambah dengan DNA yang disalin dari sebagian kromosom
donor. Rekombinasi dapat terjadi jika sebagian DNA yang baru
diperoleh ini terletak berdampingan dengan daerah homolog
dari kromosom F-, segmen DNA dapat dipertukarkan.
Pembelahan biner pada sel ini dapat menghasilkan sebuah
koloni bakteri rekombinan dengan gen-gen yang berasal dari
dua sel yang berbeda, dimana satu dari strain-strain bakteri
tersebut sebenarnya merupakan Hfr dan yang lainnya adalah F.
Struktur Anatomi
Struktur Luar

Dinding sel: untuk melindungi sel. Tersusun atas


peptidoglikan yakni polisakarida yang berikatan
dengan protein.
Berdasarkan struktur protein dan polisakarida yang
terkandung didalam dinding sel, bakteri dapat
dibedakan menjadi bakteri Gram-positif dan Gram-
negatif. Bakteri Gram-positif mempunyai peptidoglikan
diluar membran plasma. Pada bakteri Gram-negatif,
peptidoglikan terletak diantara membran plasma dan
membran luar dan jumlahnya lebih sedikit.
Struktur Luar

Kapsul: Tidak semua sel bakteri memiliki kapsul. Hanya bakteri


patogen yang berkapsul. Kapsul berfungsi untuk mempertahankan
diri, juga berfungsi untuk melindungi sel dari kekeringan. Kapsul
bakteri tersusun atas persenyawaan antara protein dan glikogen yaitu
glikoprotein.
Membran sel: tersusun atas molekul lemak dan protein, seperti halnya
membran sel organisme yang lain. Membran sel bersifat
semipermiabel dan berfungsi mengatur keluar masuknya zat keluar
atau kedalam sel.
Flagela: bulu cambuk terdapat pada dinding sel dan berfungsi sebagai
alat gerak
Pili: rambut-rambut halus yang tumbuh dari dinding sel. Mirip dengan
flagela, tapi ukurannya lebih pendek dan bentuknya kaku. Fungsinya
adalah untuk membantu perlekatan pada substrat dan penyaluran
materi genetik pada saat konjugasi
Struktur Dalam

Sitoplasma: cairan yang berada didalam sel (cytos=sel, plasma=cairan).


Sitoplasma tersusun atas koloid yang mengandung berbagai molekul
organik seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral,r ibosom, DNA,dan
enzim-enzim
Nukleoid: nukleus semu tempat berkumpulnya DNA kromosomal bakteri.
Ribosom:berfungsi dalam sintesis protein atau sebagai pabrik protein.
Bentuknya berupa butir-butir kecil dan tidak diselubungi membran.
Ribosom tersusun atas protein dan RNA.
Plasmid: Selain memiliki DNA kromosom, bakteri juga memiliki DNA
nonkromosom. DNA nokromosom bentuknya juga sirkuler dan terletak
diluar DNA kromosom. DNA nonkromosom sirkuler ini dikenal sebagai
plasmid. Ukuran plasmid sekitar 1/1000kali DNA kromosom. Plasmid
mengandung gen-gen tertentu misalnya gen kebal antibiotik, gen patogen.
Seperti halnya DNA yang lain,plasmid mampu melakukan replikasi dan
membentuk kopi dirinya dalam jumlah banyak. Dalam sel bakteri dapat
terbentuk 10-20plasmid.
Klasifikasi/Jenis: Berdasarkan suhu pertumbuhan

Bakteri Psikrofil
Bakteri Psikrofil hidup dan tumbuh pada suhu rendah,yaitu antara 0 – 30. Bakteri ini banyak
terdapat di dasar lautan, di daerah kutub, dan juga pada bahan makanan menyebabkan kualitas
bahan makanan tersebut menurun dan atau menjadi busuk.
Bakteri Mesofil
Bakteri jenis ini hidup dan tumbuh pada suhu 25 – 40 C. Bakteri mesofil banyak terdapat pada
tanah, air, dan tubuh vertebrata. Salah satu contoh bakteri mesofil adalah Escherichia coli.
Bakteri Termofil
Bakteri yang mampu hidup dan tumbuh pada suhu 45 -75 C disebut bakteri termofil. Bakteri ini
dapat ditemukan di tempat-tempat yang bersuhu tinggi, misalnya tempat pembuatan kompos.
Selain itu,bakteri termofil juga ditemukan pada suhu, tanah, dan air laut.
Bakteri Hipertermofil
Bakteri hipertermofil hidup dan tumbuh pada suhu di atas 75 C, misalnya di mata air panas.
Beberapa bakteri bahkan dapat hidup pada suhu di atas 100 C.
Bakteri-bakteri termofil dan hipertermofil sekarang banyak dicari oleh para ahlui bioteknologi
karena dapat menghasilkan enzim-enzim penting yang digunakan dalam industri makanan dan
obat-obatan.
Klasifikasi/Jenis: Berdasarkan struktur kimia dinding sel

Bakteri Gram Positif


memiliki dinding sel yang tersusun atas lapisan peptidoglikan yang relatif
tebal dan mengandung asam teikoat. Bakteri jenis ini lebih rentan terhadap
antibiotik penisilin, tetapi lebih resisten terhadap gangguan fisik. Contoh
bakteri Gram positif adalah bacillus, Clostridium, Staphylococcus, dan
Strepcoccus.
Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna krisktal violet dan
karenanya akan tampak bewarna ungu tua dibawah mikroskop.
Ciri-Ciri Bakteri Gram Positif
Struktur dindingnya tebal
Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal
Bersifat lebih rentan terhadap senyawa penisilin
Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu Kristal
Komposisi yang dibutuhkan lebih rumit
Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
Klasifikasi/Jenis: Berdasarkan struktur kimia dinding sel

Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri Gram Positif


Staphylococus : penyebab impetigo, keracunan makanan,
bronkitis
Streptococus : penyebab pneumonia, meningitis, karies gigi
Enterococus : penyebab enteritis
Listeria : penyebab listeriosis
Basillus :penyebab anthrax ( Basillus antharx)
Clostridium : penyebab tetanus ( Clostridium tetani),
botulisme
Mycobacterium :penyebab tuberkulosa, difteri
Mycoplasma : penyebab jerawat, peumonia
Klasifikasi/Jenis: Berdasarkan struktur kimia dinding sel

Bakteri Gram Negatif


Dinding sel bakteri Gram negatif terdiri atas dua lapisan, yaitu
lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar tersusun atas
lipopolisakarida dan protein, sedangkan lapisan dalam tersusun atas
peptidoglikan. Dinding selnya tidak mengandung asam teikoat.
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak dapat
mempertahankan zat warna metal ungu pada metode pewarnaan
gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metal
ungu gelap. Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna menimbal di
tambahkan setelah metal ungu yang membuat semua bakteri gram
negative, menjadi berwrna merah, atau merah muda. Pengujian ini
berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan
perbedaan  struktur dinding sel mereka.
Klasifikasi/Jenis: Berdasarkan struktur kimia dinding sel

Ciri-ciri gram negatif


Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10-45mm, berlapis tiga atau multi layer
Dinding slnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapt dalam 
lapisan kaku,, sebelh dalam dengan jumlah sedikit 10% dari berat kering, tidak
mengandung asam laktat.
Kurag rentan terhadap senyawa penisilin.

Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri Gram Negatif


Salmonella: penyebab thypus (Salmonella thyposa), salmonelosis
Escherichia: penyebab gastroenteritis / radang saluran cerna ( Escherichia coli)
Shigell: penyebab disentri
Pseudomonas: penyebab infeksi luka bakar
Hellicobacter: penyebab tukak lambung
Haemophilus: penyebab bronkhitis , pneumonia (Heumophilus influenzae)
Bordetella: penyebab batuk rejan (Bordetella pertusis)
Chlamydia: penyebab pneumonia, uretritis, trakoma
Klasifikasi/Jenis: Berdasarkan bentuk
Batang (Basil), terdiri dari:
Basil tunggal, bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal.
Contoh: Salmonella typhosa penyebab penyakit tipus,
Escherichiacoli bakteri yang terdapat pada usus dan Lactobacillus.
Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteri basil berdempetan.
Streptobasil yaitu bakteri berbentuk basil yang bergandengan
memanjang berbetuk rantai, misalBacillus anthracis penyebab
penyakit antraks, Streptpbacillus moniliformis, Azotobacter,
bakteri pengikat nitrogen.
Klasifikasi/Jenis: Berdasarkan bentuk
Bulat (kokus) :
Monokokus yaitu bakteri berbentuk bola tunggal, misal Monococcus gonorhoe
penyebab penyakit kencing nanah.
Diplokokus yaitu bakteri berbentuk bola bergandengan dua-dua, misal
Diplococcus pneumoniae penyebab penyakit pneumonia (radang, paru-paru).
Sarcina yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat-empat
membentuk kubus, misal Sarcina luten.
Streptokokus yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok memanjang
berbentuk rantai, misal Streptococcus lactis, Streptococcus pyogenes penyebab
sakit tenggorokan dan Streptococcus thermophilis untuk pembuatan yoghurt
(susu asam).
Stafilokokus yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni seperti buah anggur,
misal Stafilokokus aureus, penyebab penyakit radang paru-paru.
Klasifikasi/Jenis: Berdasarkan bentuk
Spiral, terdiri dari:
Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti
spiral, misalnya Spirillum.
Vibrio atau bentuk koma yang dianggap sebagai
bentuk spiral tak sempurna misal Vibrio cholerae
penyebab penyakit kolera.
Spiroseta yaitu golongan bakteri berbentuk spiral
yang dapat bergerak misal: Spirochaeta palida,
penyebab penyakit sifilis.
Klasifikasi/Jenis: Berdasarkan kedudukan alat gerak

Atrik
Flagel, tidak mempunyai flagellum  : contoh Escherichiacoly.
Monotrik
Monotrik, berflagel satu pada salah satu ujung tubuh bakteri. Contoh :
Pseudomonas araginosa.
Amfitrik
Amfitrik, flagel masing-masing satu pada kedua ujung tubuh bakteri. Contoh :
Spirillium serpen.
Lofotrik
Lofotrik, berflagel banyak pada salah satu ujung tubuh bakteri. Contoh:
Pseudomonas flourencens.
Peritrik
Peritrik, berflagel banyak pada semua sisi tubuh bakteri. Contoh: Salmonella thypii.
Peranan Bakteri dalam Kesehatan

Cyanocobalamin, membantu produksi vitamin B12


selama proses pencernaan. Bakteri ini memecah
senyawa kompleks makanan sehingga mudah diserap
dalam darah.
Tobacillus acidophilus, mengubah gula dan
karbohidrat menjadi asam laktat. Bakteri ini
mengubah susu menjadi yogurt.
Acidophilus bifidus, membantu menurunkan kadar
kolesterol dan mencegah pertumbuhan jamur “jahat”
Candida albicans. Bakteri ini membersihkan aliran
darah dan menghilangkan racun.
Mekanisme Pertahanan Tubuh terhadap Infeksi Bakteri

Awal terjadinya proses reaksi imunitas yaitu mekanisme


pertahanan tubuh untuk melawan setiap benda asing
masuk ke dalam tubuh, sejumlah limfosit yang disebut
dengan sel memory segera berkembang menjadi limfosit
yang mempunyai kemampuan membuat zat kekebalan
yang bertahan lama (long lasting immunity).
Apabila suatu sel atau jaringan seperti bakteri atau
organ tubuh ditransplantasikan ke dalam tubuh
seseorang maka tubuh orang tersebut akan menolaknya
karena benda asing tersebut dianggap bukan sebagai
bagian dari jaringan tubuh mereka
Mekanisme Pertahanan Tubuh terhadap Infeksi Bakteri

Benda asing tersebut dianggap sebagai pendatang (invader) yang


harus diusir. Jadi secara sederhana dapat didefinisikan kembali
bahwa sistem kekebalan (immune system) ialah mekanisme tubuh
manusia untuk melawan/ mengusir benda asing yang masuk
kedalam tubuh mereka. Pertama-tama “memory cells” berupaya
mengenal benda asing yang masuk dan disimpan dalam “ingatan” sel
memori ini. Ini disebut dengan reaksi imunitas primer. Apabila
benda asing yang sama masuk lagi ke dalam tubuh orang tersebut
untuk kedua kali dan seterusnya, maka sel memori ini dengan lebih
cepat dan sangat efektif akan merangsang sistem imunitas untuk
mengusir dan melawan benda asing yang sudah dikenal tersebut.
Reaksi tubuh akan lebih cepat dan lebih efektif dibandingkan dengan
reaksi saat perjumpaan untuk pertama kalinya dengan benda asing
tersebut.
Mekanisme Pertahanan Tubuh terhadap Infeksi
Bakteri
Mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen
yang berbahaya:
1. pertahanan fisik dan kimiawi: cth sekresi air mata,
sekresi lendir, dll
2. simbiosis dengan bakteri flora normal: memproduksi
zat yang dapat mencegah invasi mikroorganisme
3. Innate immunity: makrofag, sel mast, dll
4. imunitas spesifik yg tdd humoral (membutuhkan
imunitas yang diperani antibodi) dan seluler
(membuthkan imunitas yang diperani oleh sel)
Invasi Patogen

Keberhasilan patogen (agen biologis yg dpt


menyebabkan penyakit pada inang) bergantung pada
kemampuan untuk menghindar dari respon imun.
Bakteri sering menembus perisai fisik dengan
mengeluarkan enzim yang mendalami isi perisai.
Bakteri dapat memasukan tuba palsu pada sel, shg
protein yg dikirim dapat digunakan untuk
mematikan pertahanan.
Infeksi Bakteri Ekstraseluler

Adl bakteri yang dapat bereplikasi diluar sel,


didalam sirkulasi, di jaringan ikat ekstraseluler, dan
di berbagai jaringan.
Bakteri ekstraseluler biasanya mudah dihancurkan
oleh sel fagosit (bagian sel darah putih yang
berperan dalam sistem kekebalan dengan cara
fagositosis/menelan patogen), namun dalam
keadaan tertentu tidak dapat dihancurkan karena
adanya sintesis kapsul antifagosit
Infeksi Bakteri Ekstraseluler
Sel normal dlm tubuh mempunyai protein regulator
yang melindungi dari kerusakan komplemen.
Namun beberapa bakteri tidak mempunyai regulator
tsb, shg akan mengaktifkan jalur alternatif
komplemen.
Keadaan sistem imun yg dpt menyebabkan bakteri
ekstraseluler sulit dihancurkan adl gangguan pada
mekanisme fagositik karena defisiensi sel fagositik
atau kualitas respons imun yang kurang.
Infeksi Bakteri Ekstraseluler, Mekanisme pertahanan tubuh

Respons imun thp bakteri bertujuan untuk


menetalkan efek toksin dan mengeliminasi bakteri.
Lipopolisakarida dlm dinding bakteri gram negatif
dapat mengaktivasi komplemen jalur alternatif
tanpa antibodi  hasilnya punya efek opsonisasi
(pelapisan antigen oleh antibodi, komplemen,
fibronektin sehingga memudahkan fagositosis).
Hasilnya adalah bakteri akan lisis.

Infeksi Bakteri Ekstraseluler, Mekanisme pertahanan tubuh

Proses penelanan bakteri oleh fagosit diawali dengan


pembentukan tonjolan pseudopodia untuk
melindungi bakteri shg bakteri akan terperangkap
didalamnya  selanjutnya partikel granular didalam
fagosom akan mengeluarkan berbagai enzim dan
protein untuk merusak dan mengahancurkan bakteri
tsb.
Pada proses pemusnahan bakteri, pH dalam sel
fagosit menjd alkalis shg bersifat toksik dan dapat
merusak lap lemak dinding bakteri gram negatif.
Infeksi Bakteri Ekstraseluler
Tdd bakteri intraseluler fakultatif dan obligatif.
Bakteri intraseluler fakultatifmudah difagositosis
tetapi tidak dapat dihancurkan oleh sistem fagositosis.
Bakteri intraseluler obligat  bakteri hanya dpt hidup
dan berkembang biak didalam hospes, krn tidak dapat
dijangkau oleh antibodi dlm sirkulasi.
Masuknya bakteri dimulai dengan ambilan fagosit
setelah bakteri mengalami opsonisasi, namun setelah
didalam makrofag, bakteri akan melakukan perubahan
mekanisme pertahanan
Infeksi Bakteri Ekstraseluler, mekanisme pertahanan

Pertahanan diperantarai oleh sel T  sel T CD4


berikatan dengan partikel antigen  dipresentasikan
melalui MHC II pada permukaan makrofag yang
terinfeksi bakteri.
T helper  mengeluarkan sitokin IFN gamma shg
mengativasi makrofag dan membunuh organisme
intraseluler.
Makrofag mengeluarkan lbh byk substansi yg
berperan dalam reaksi inflamasi kronik+tjd lisis sel.

Anda mungkin juga menyukai