Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEBIDANAN

NI WAYAN PADPINI ASIH

Pbd21.056

KELAS A
01 KASUS ISU GENDER PADA PEREMPUAN

KASUS ISU GENDER PADA PEREMPUAN


02 DASAR KEBIJAKAN GENDER PADA PEREMPUAN
01 KASUS ISU GENDER PADA PEREMPUAN
Peran Perempuan di Bidang Pangan Tak Diperhatikan
 
Oleh Umar Idris – Rabu, 07 Maret 2012 | 20:52 WIB
 
JAKARTA. Pada peringatan hari perempuan internasional yang jatuh pada 8
Maret 2012 ,sejumlah LSM di bidang pangan mendesak pemerintah untuk
membuat kebijakan pangan yang memperhatikan peran perempuan. Sebab,
berdasarkan penelitian dan kesaksian para LSM ini, peran perempuan di sektor
pangan sangat besar. Contoh kebijakan yang dikritik ialah penggunaan benih
hibrida. Pemerintah tidak menyadari, penggunaan benih padi hibrida akan
mengurangi peran perempuan sekaligus bisa mengurangi penghasilan
perempuan. Pasalnya, benih hibrida hanya digunakan untuk satu kali masa
tanam sehingga petani harus membeli benih hibrida yang baru dari pabrikan.
Padahal peran petani perempuan dalam pemuliaan benih selama ini cukup
besar karena perempuan dianggap lebih teliti. Di daerah lain, banyak petani
perempuan masih hidup miskin.
01 KASUS ISU GENDER PADA PEREMPUAN
Bahkan di Karawang, Jawa Barat, saat ini semakin banyak perempuan yang
berprofesi sebagai pemungut sisa-sisa hasil panen (profesi yang di masyarakat
setempat disebut blo-on) demi memenuhi kebutuhan keluarga. Padahal sepuluh
tahun lalu, profesi ini dicibir oleh para petani sendiri. Namun sekarang banyak
keluarga petani, sebagian besar dari mereka ialah perempuan, menjalani profesi
blo-on ini dengan jangkauan wilayah semakin luas hingga lintas kecamatan.
“Dimana perhatian pemerintah kepada mereka?,” tanya Said..Sedangkan di
sektor perkebunan sawit, saat ini peran perempuan masih terpinggirkan. Meski
banyak perempuan menjadi buruh sawit, namuh mereka tidak berhak ditulis
namanya dalam surat tanah maupun tidak berhak atas perjanjian tentang
pekerjaan. Ahmad Surambo, aktivis Sawit Watch, tidak memperkirakan jumlah
buruh perempuan di perkebunan sawit.
01 KASUS ISU GENDER PADA PEREMPUAN
Koordinator Aliansi untuk Desa Sejahtera, Tejo Wahyu Jatmiko, mengatakan
mulai saat ini pemerintah harus benar-benar menjadikan perempuan sebagai
subyek dalam setiap kebijakan di bidang pangan. “Jika pemerintah bisa
meningkatkan kesejahteraan perempuan, maka ketersediaan pangan dan
pemberantasan kemiskinan dengan sendirinya akan terselesaikan, “kata Tejo. Di
sisi lain, data BPS menunjukkan, faktor pangan menyumbang hingga 73,53%
terhadap garis kemiskinan. Dengan kata lain, kemiskinan banyak disebabkan
akibat kekurangan pangan. “Selama perempuan belum terangkat taraf
hidupnya, persoalan pangan dan kemiskinan tidak akan cepat selesai,” tutur
Tejo.
 
Sumber:http://nasional.kontan.co.id/news/peran-perempuan-di-bidang-pangan-
tak-diperhatikan
02 DASAR KEBIJAKAN GENDER PADA PEREMPUAN
Dasar dan Kebijakan Perjuangan kaum perempuan untuk mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender mulai gencar setelah ditetapkannya Deklarasi
Umum Hak-hak Asasi Manusia PBB (1948). Gerakan perjuangan tersebut
berlangsung di seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia. Perjuangan ini
berawal dari isu kesenjangan gender yang terjadi secara global. Dengan
demikian masalah keadilan dan kesetaraan gender sudah menjadi kebutuhan
atau tuntutan universal dan menjadi agenda bersama setiap negara.
Kesadaran dan kemauan bersama untuk terwujudnya kesetaraan dan keadilan
gender harus dirintis dan diupayakan dengan dukungan penuh dari masing-
masing pemerintah negara-negara di dunia dengan mewujudkan dalam bentuk
jaminan hukum, termasuk Indonesia.
02 DASAR KEBIJAKAN GENDER PADA PEREMPUAN
Konvensi Penghapusan Segala Betuk Diskriminasi terhadap yang telah
diratifikasi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1984, menjadi tolak ukur
dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender bagi kaum perempuan.
Ada beberapa prinsip yang di anut dan bisa digunakan sebagai kerangka
acuan untuk menyusun kerangka perlindungan hak-hak azasi perempuan dan
untuk mengkaji apakah kebijakan, aturan yang dibuat mempunyai dampak
yang merugikan perempuan. Prinsip-prinsip yang terdapat di dalam Konvensi
tersebut antara lain: prinsip persamaan menuju persamaan substantif, prinsip
non diskriminasi antara laki-laki dan perempuan dan prinsip kwajipan negara.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai