Askep Seminar Kelompok 4 NSCC
Askep Seminar Kelompok 4 NSCC
S
DENGAN KASUS
STROKE DI RSUD POSO
Kelompok 4 :
1. Eldad G.E Randubada
2. Moh Adriansyah T
3. Adrias S Toparoa
4. Alifa Rafqia
5. Nurul Gita Safitri
6. Siti Andika Rahayu
7. Zulfahnur
8. Margaret Ulfah Parusu
Devinisi
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat
pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak (Sylvia A Price, 2006,
hlm. 1110). Stroke non hemoregik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi
cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik ( Arif
Mansjoer, 2000, hlm. 17). Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat
emboli dan trombosis serebral.
Stroke non hemoragik atau disebut juga stroke iskemik. Bisa berlangsung 24 jam atau lebih pada
umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau
kematian.Stroke non hemoragik sekitar 85%, yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau
lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang
terbentuk di dalam suatu pembuluh otak
Etiologi Faktor resiko :
1. Usia
Trombosis serebri merupakan proses 2. Jenis kelamin
terbentuknya thrombus yang membuat 3. Herediter/gen
penggumpalan. Trombosis serebri
4. Riwayat stroke
menunjukkan oklusi trombotik arteri karotis
atau cabangnya, biasanya karena 5. Hipertensi
arterosklerosis yang mendasari. 6. Penyakit jantung
Emboli serebri merupakan tertutupnya 7. Kolesterol tinggi
pembuluh arteri oleh bekuan darah. Emboli 8. Obesitas
serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau 9. Diabetes Melitus
vetebralis atau cabangnya 10.Polisetemia
Hipoperfusion sistemik adalah berkurangnya 11.Merokok
aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena
adanya gangguan denyut jantung.
PATOFISIOLOGI
Gangguan pasokan darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk
sirkulus willisi serta cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus
15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu di ingat bahwa oklusi di suatu
arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut
dikarenakan masih terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut.Proses patologik
yang sering mendasari dari berbagi proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang
memperdarahai otak diantaranya berupa (Price, 2005):
a. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan thrombosis.
b. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas
darah.
c. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau
pembuluh ekstrakranium.
Dari gangguan pasokan darah yang ada di otak tersebut dapat menjadikan terjadinya kelainian-
kelainan neurologi tergantung bagian otak mana yang tidak mendapat suplai darah, yang
diantaranya dapat terjadi kelainan di system motorik, sensorik, fungsi luhur, yang lebih jelasnya
tergantung saraf bagian mana yang terkena.
Klasifikasi Stroke
IX: Glosofaringeus Pengecapan; sensasi umum pada Hilangnya daya pengecapan pada
faring dan telinga; mengangkat sepertiga posterior lidah; anestesi
palatum; sekresi kelenjar parotis pada farings; mulut kering sebagian
XI: Asesorius Spinal Fonasi; gerakan kepala; leher dan Suara parau; kelemahan otot kepala,
bahu leher dan bahu
2. Pola Nutrisi
Sebelum masuk RS pola makan pasien 3x dalam sehari dengan minum air ±5-7 gelas. Dan
makanan yang dikonsumsi yaitu nasi, sayur, lauk-pauk dan buah-buahan.
Saat masuk RS, pola makan pasien 3x sehari namun hanya makan bubur dan banyak minum
air putih.
5. Pola IstirahatTidur
Sebelum masuk RS pola tidur pasien cukup baik yaitu 2 kali dalam sehari dengan waktu ±5-6
jam dalam sehari. Saat pengkajian pasien mengatakan pola tidur cukup baik juga, dengan ±8-9
jam dalam sehari tanpa mengalami kegelisahan (nyenyak).
8. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum masuk rumah sakit pasien melakukan BAB 1 kali dalam sehari dengan konstitensi lembek
dan berwarna kuning. Saat masuk rumah sakit pasien dapat melakukan BAB 1 kali/hari dengan
konstitensi encer dan berwarna kuning.
b. BAK
Sebelum masuk rumah sakit pasien melakukan BAK ±4-5 dalam sehari, berwarna kuning. Saat masuk
rumah sakit pasien terpasang kateter tetap.
9. Personal Hygiene
Perawatan pasien secara fisik cukup baik, pasien biasanya dibersihkan dengan dilap menggunakan
kain basah dan tisu. Rambut pasien tidak ditemukan kotoran, pasien juga terlihat bersih saat
pengkajian.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Keluhan klien yang dirasakan saat sakit : pasien mengeluh pusing dan lemah
KeadaanUmum : sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Nilai GCS : E=4 M=6 V=5 Jadi = 15
TD : 150/80 mmhg RR : 20 kali/menit N :95 kali/menit
Pemeriksaan head to do
Kepala :
Kepala terlihat simetris kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema
Mata :
- Mata tampak bersih dan simetris antara kiri dan kanan serta tidak ada edema
Konjungtiva anemis.
Tidak ada pembengkakan di area kelopak mata
sclera mata tidak icterus
pupil isokor
Tidak ada nyeri tekan pada daerah sekitar mata.
Hidung :
- Bentuk hidung simetris dan tidak ada sumbatan
- tidak ditemukan sekret
- tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut :
Mulut pasien terlihat bersih, mukosa lembab
Telinga :
Bentuk telinga simetris, tidak ada kotoran disekitar telinga
Leher :
Leher tampak simetris namun terasa sakit bagian leher sebelah
kanan dan hilang timbul, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
dan tidak ada nyeri menelan.
Thoraks :
Dada tampak simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada sama, dan tidak ada nyeri
tekan, suara napas vesikuler,
Abdomen :
Tidak terdapat luka pada abdomen, tidak ada nyeri tekan, teraba keras,saat di auskultasi
terdengar suara bising usus 4x/menit, saat perkusi suara abdomen timpani.
Nervus Saraf sensori untuk penglihatan. Terganggu, pasien mengatakan penglihatannya buram.
2 Optikus
Nervus Mengontrol fungsi otot serta Normal, pasien dapat menggerakkan bola matanya.
Okulomotori respon pupil dimata.
3 us
Nervus Mengontrol otot oblik superior Pergerakan bola mata pasien normal
Trochlearis yang berperan untuk
4 menggerakkan bola mata
kebawah.
Nervus Nervus ini terbagi 2 cabang, cabang Normal, pasien dapat membuka mulutnya saat
Trigeminus besar memerankan fungsi sensori pada berbicara.
wajah sedangkan cabang yang lebih
5
kecil memerankan fungsi motoric
mengunyah.
6 Nervus Mengatur pergerakan otot Normal, pergerakan mata simetris antara kiri dan
Abdusen rektus lateral berperan saat kanan.
mata melotot atau melirik.
7 Nervus Mengendalikan otot wajah Pasien dapat menutup mata dan meringis, tampak
Fasialis bagian bawah. kerutan didahi.
8 Nervus Saraf sensori untuk Normal, pasien dapat mendengar dengan jelas.
Akustikus pendengaran
Program Therapi
N
o NamaObat Dosis& Cara Pemberian Manfaat
1 Nevorapid 3x 10 mg / SC Menurunkan gula darah.
.
2 citicolin 1 amp / 12 jam/ IV Mencegah kerusakan otok dan
membantu membrane sel yang
3 ada di otak.
. omeprazole 40 mg / 12 jam / IV Meringankan gejala sakit maag
4 Antibiotic yang efektif
. anbacim 1 gr / 12 jam / IV menangani berbagai macam
.
infeksi bakteri
o Data Etiologi Masalah
Analisa Data 1 DS: Penurunan Gangguan
• - Pasien mengatakan pusing dan lemah kekuatan otot mobilitas fisik
dan kram pada semua ekstermitas serta
sulit untuk menggerakan ekstremitas
• - pasien tidak bisa melakukan aktivitas
seperti biasa pasien hanya terbaring
lemah sudah bisa miring kanan dan miring
kiri namun masih dibantu oleh keluarga
pasien.
DO:
• Ektermitas sebagian kanan tampak lemah
• Kekuatan otot pasien menurun dengan
skor 3/3
• Pasien tampak bergantung pada orang
lain untuk bergerak
2.. DS:
. - Pasien mengatakan bahwa penglihatanya Perubahan Resiko cedera
rabun sensasi
DO:
- Psien terlihat sulit untuk melihat
- Terpasang infus
- Terpasang kateter
Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Intervensi
1 Gangguan mobilisasi fisik b.d Kekuatan Otot Setelah dilakukan perawtan Dukungan Ambulasi:
DS: selama 2x24 jam masalah
• - Pasien mengatakan pusing dan lemah dan Ganguan Mobilitas Fisik b.d 1. Identifikasi toleransi fisik
kram pada semua ekstermitas serta sulit untuk Penurunan Kekuatan Otot dapat melakukan ambulasi
menggerakan ekstremitas teratasi dengan criteria hasil: 2. Monitor kodisi umum selama
• - pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti 1. Pergerakan ekstremitas melakukan ambulasi
biasa pasien hanya terbaring lemah sudah cukup meningkat 3. Melibatkan keluarga dalam
bisa miring kanan dan miring kiri namun masih 2. Kekuatan otot cukup membantu pasien
dibantu oleh keluarga pasien. meningkat 4. Anjurkan melakukan
3. Kelemahan fisik menurun ambulasi dini
DO:
Dukungan Mobilisasi:
• Ektermitas sebagian kanan tampak lemah 5. Fasilitasi aktifitas mobilisasi
• Kekuatan otot pasien menurun dengan skor dengan alat bantu (mis,
3/3 pagar tempat tidur)
• Pasien tampak bergantung pada orang lain 6. Ajarkan mobilisasi
untuk bergerak sederhana yang harus
dilakukan (Mis, dudk di
tempa ttidur, dudk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
Jelaskan tujuan dari
prosedur dari mobilisasi
Diagnosa Keperawatan
2 Resiko Cederah b.d Perubahan Setelah dilakukan perawtan selama Pencegahan cederah:
Sensasi 2x24 jam masalah Resiko Cederah b.d O:
Gngguan Penglihatan dapat diatasi 1. Identifikasi area lingkunagn yang
Faktor resiko: dengan criteria hasil : berpotensi menyebabkan cederah.
Ds: 1. Kejadian cederah cukup menurun 2. Identifiksi obat yang berpotensi
1. Pasien mengatakan bahwa 2. Ketegangan otot menurun menyebabkan cederah.
penglihatanya menjadi buram, 3. Gangguan mobilitas cukup
menurun T:
Do: 3. Pastikabarang-barang pribadi mudah
2. Pasien terpasang infus untuk di jangkau.
3. Pasien terpasang kateter 4. Diskusikan mengenai latihan dan
terapifisik yang dilakukan.
5. Diskusiakan mengenaialat bantu
mobilitas yang sesuai( mis: Tongkat
atau alat bantu jalan).
6. Diskusiakan bersama anggota
keluarga dapat mendampingi pasien
7. Jelaskan intervensi pencegahan jatuh
kepasien dan keluraga.
E:
8. Anjurkan menganti posisi secara
pelahan dan duduk selama bebrapa
menit sebelum berdiri.
Implementasi dan Evaluasi
Any quation!!!!!
”