Anda di halaman 1dari 17

S

GUNUNG LOKON SULAWESI UTARA KOTA TOMOHON


KELOMPOK 3

1. Maria Anjelina Lawan 2018.01.017

2. Matilda Ladus Amal 2018.01.019

3. Ni Kadek Eka Juliantari 2018.01.022

4. Salvator Hasi 2018.01.024

5. Vernika Sara 2018.01.028

6. Veronika Srifatima 2018.01.030

7. Pratama Adi Surya 2018.01.033


 
Kota Tomohon merupakan salah satu daerah di Sulawesi Utara dengan resiko ancaman kebencanaan yang
relatif tinggi. Hal itu dikarenakan adanya Gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Lokon. Berdasarkan
data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi/ PVMBG Tomohon (2014), pada tahun 2011
Gunung Lokon mengalami letusan besar dengan tinggi abu 1500-3000 meter disertai lontaran materian pijar.
Dada tahun 2012 pada bulan Januari sampai bulan Oktober, letusan abu dan letusan besar 12 kali. Kemudian
pada tahun 2014 gunung Lokon mengalami letusan sebanyak 3 kali dengan tinggi abu 450-500 meter. Dan
letusan terakhir terjadi pada tahun 2015 dengan tinggi abu 1500 meter dan pada saat itu aktivitas Gunung
Lokon berada pada siaga (Level III). Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa hampir setiap tahun
terjadi letusan Gunung Lokon.
Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah terkait kesiapsiagaan. Hal itu
didukung oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tomohon yakni
penyusunan rencana kontingensi radius 6 km, penyediaan jalur evakuasi di beberapa
kelurahan dekat area gunung Lokon (Kinilow, Kinilow I, Kakaskasen I, Tinoor I dan
Tinoor II), penyuluhan/ sosialisasi, sistem peringatan dini, pembentukan Tim Reaksi
Cepat (TRC) Kota Tomohon, pembentukan siaga bencana di setiap kelurahan,
penyediaan tempat penggungsian, pelatihan relawan oleh tenaga kesehatan. Meskipun
telah dilakukan berbagai upaya oleh pemerintah, namun dalam menghadapi bencana
diperlukan sikap kesiapsiagaan dari masyarakat itu sendiri. Mencegah dampak bencana
bisa dengan cara memantau dan mendengarkan informasi tentang status gunung api,
mengenali daerah setempat yang bisa dijadikan tempat pengungsian, memiliki
persediaan kebutuhan dasar (obat-obat, makanan), mengikuti arahan evakuasi,
membawa barang berharga dan dokumen-dokumen penting, mengikuti penyuluhan, dan
lain sebagainya (Didit, 2017).
Pengertian Gunung Meletus

Gunung meletus adalah gunung yang memuntahkan


materi-materi dari dalam bumi seperti debu, awan
panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas, lahar
magma, dan lain sebagainya.
Proses Gunung Meletus

Proses meletusnya gunung berapi menurut Badan Geologi (2011) yaitu:


1. Status Awas
Status awas adalah aktivitas magma yang mengalami proses peningkatan suhu panas sehingga
mengalami tekanan yang tinggi dari dalam bumi.
2. Awal Letusan Hidrovulkanik
Magma yang keluar dari kerak bumi dan bercampur dengan air danau gunung dapat menimbulkan
letusan hidrovulkanik
3. Letusan Magmatik
Air danau yang bocor masuk ke dalam hingga habis dan bercampur dengan magmamembara yang
menyembur dari dalam, akan terjadi proses perubahan fase air menjadi uap secara mendadak
maka akan terjadi perubahan tekanan
Hasil Letusan Gunung Berapi

Abu letusan gunung


seperti debu halus yang
dapat berhembus sejauh
ratusan kilometer

Awan panas adalah awan


Lava adalah banjir yang yang terdiri dari material
diakibatkan dari letusan letusan yang panas.
gunung berapi
Tanda dan Gejala Gunung Meletus Kembali

Adapun beberapa tanda dan gejala yang dapat menunjukkan


bahwa gunung akan meletus menurut Khambali (2017) yakni
suhu di sekitar gunung naik, mata air menjadi kering, sering
mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran
(gempa), tumbuhan di sekitar gunung layu, binatang di sekitar
gunung bermigrasi.
Dampak Gunung Meletus

1.Dampak psikologi
2.Dampak fisik
3.Dampak tatanan intrastruktur
4.Dampak social
5.Dampak ekonomi
Siklus Penanganan Gunung Meletus
Mind Mapping : Gunung Meletus

Mind mapping adalah gambaran isi suatu teks yang dibuat dalam bentuk grafis
 
Peringatan Dini

Sistem ini berfungsi untuk menyampaikan informasi terkini status aktivitas Merapi dan tindakan-tindakan
yang harus diambil oleh berbagai pihak dan terutama oleh masyarakat yang terancam bahaya. Ada
berbagai bentuk peringatan yang dapat disampaikan. Peta Kawasan Rawan Bencana sebagai contoh
adalah bentuk peringatan dini yang bersifat lunak. Peta ini memuat zonasi level kerawanan sehingga
masyarakat diingatkan akan bahaya dalam lingkup ruang dan waktu yang dapat menimpa mereka di
dalam kawasan Merapi. Informasi yang disampaikan dalam sistem peringatan dini terutama adalah tingkat
ancaman bahaya atau status kegiatan vulkanik Merapi serta langkah-langkah yang harus diambil. Bentuk
peringatan dini tergantung pada sifat ancaman serta kecepatan ancaman Merapi. Apabila gejala ancaman
terdeteksi dengan baik, peringatan dini dapat disampaikan secara bertahap, sesuai dengan tingkat
aktivitasnya. Tetapi apabila ancaman bahaya berkembang secara cepat, peringatan dini langsung
menggunakan perangkat keras berupa sirine sebagai perintah pengungsian.
Ada 4 tingkat peringatan dini untuk mitigasi
bencana

(1) Aktif Normal : Aktivitas Merapi berdasarkan data pengamatan instrumental dan visual tidak
menunjukkan adanya gejala yang menuju pada kejadian letusan. (2) Waspada : Aktivitas Merapi
berdasarkan data pengamatan instrumental dan visual menunjukkan peningkatan kegiatan di atas aktif
normal. Pada tingkat waspada, peningkatan aktivitas tidak selalu diikuti aktivitas lanjut yang mengarah
pada letusan (erupsi), tetapi bisa kembali ke keadaan normal. Pada tingkat Waspada mulai dilakukan
penyuluhan di desa-desa yang berada di kawasan rawan bencana Merapi
Ada 4 tingkat peringatan dini untuk mitigasi
bencana

.(3) Siaga: Peningkatan aktivitas Merapi terlihat semakin jelas, baik secara instrumental
maupun visual, sehingga berdasarkan evaluasi dapat disimpulkan bahwa aktivitas dapat diikuti
oleh letusan. Dalam kondisi Siaga, penyuluhan dilakukan secara lebih intensif. Sasarannya
adalah penduduk yang tinggal di kawasan rawan bencana, aparat di jajaran SATLAK PB dan
LSM serta para relawan. Disamping itu masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana
sudah siap jika diungsikan sewaktu-waktu. 
(4) Awas : Analisis dan evaluasi data, secara instrumental dan atau visual cenderung
menunjukkan bahwa kegiatan Merapi menuju pada atau sedang memasuki fase letusan
utama. Pada kondisi Awas, masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana atau
diperkirakan akan terlanda awan panas yang akan terjadi sudah diungsikan menjauh dari
daerah ancaman bahaya primer awan panas.
Wajib Latih Penanggulangan bencana

termasuk di dalamnya adalah upaya mengurangi resiko bencana yang meliputi


kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiap-siagaan, penyelamatan dan pemulihan.
Kegiatan penanggulangan bencana merupakan satu kesatuan aktivitas yang
melibatkan semua komponen masyarakat dan aparatur melalui koordinasi dari
tingkat lokal sampai nasional. Peningkatan kapasitas kelembagaan maupun
kapasitas masyarakat merupakan hal mutlak penting demi mengurangi resiko
bencana. Dalam hal peningkatan kapasitas kelembagaan formal pusat dan
daerah sudah tersedia UU no 24 Tahun 2007 namun peningkatan kapasitas
masyarakat untuk mitigasi bencana belum terakomodai secara efektif.
KESIMPULAN

Gunung meletus adalah gunung yang memuntahkan


materi-materi dari dalam bumi seperti debu, awan panas,
asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas, lahar magma, dan
lain sebagainya. Letusan gunung berapi yang membawa
batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18
km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai
sejauh radius 90 km (Khambali, 2017).

Anda mungkin juga menyukai