Anda di halaman 1dari 18

Validasi Metode Penentuan Tablet Allopurinol

Menggunakan Spektrofotometri Ultraviolet


dalam Larutan Asam

Nama : Ruth Butar Butar


NIM : 1801011167
PENDAHULUAN

Allopurinol, lH-pyrazolo [3,4-d] pyrimidin-4-ol, menghambat


enzim xanthine oxidase secara kompetitif sehingga senyawa
guanin dan basa purin lain tidak dioksidasi menjadi asam urat.
Allopurinol cepat diserap darisaluran pencernaan bagian atas
dan memiliki paruh plasma sekitar 1 hingga 2 jam, mempunyai
harga pKa sekitar 9,4. Allopurinol sukar larut dalam air dan
etanol, larut dalam larutan alkali dan praktis tidak larut dalam
kloroform dan eter.
Allopurinol dapat ditentukan kadarnya dengan menggunakan
metode titrasi dalam medium bebas air (DMF) menggunakan
NaOCH3. spektrofotometri ultraviolet pada panjang gelombang
250 nm dengan menggunakan pelarut asam dan pada panjang
gelombang 257 nm dengan pelarut basa. Kadar allopurinol
ditetapkan secara spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut
HC10,iN dan NaOH 0,05 N. Keuntungan dari metode
spektrofotometri ultraviolet adalah pemakaian yang cukup luas,
sensitivitas yang tinggi, selektivitas yang tinggi, biaya yang relatif
murah, serta mudah digunakan. Berdasarkan hal tersebut diatas,
penulis tertarik untuk melakukan validasi metode analisis
penetapan kadar allopurinol sediaan tablet secara
spektrofotometri ultraviolet dalam konsentrasi terbaik pelarut
HC1.
METODE
ALAT
Alat-alat yang digunakan meliputi Spektrofotometer UV-VIS
(Agilent 8453), neraca analitik , labu ukur, pipet volum, beaker
gelas 1000 mL, mat pipet, erlenmeyer, stamper, mortir, spatula,
pipet tetes, kuvet, batang pengaduk dan corong.
BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari
aquades bebas C02, larutan pereaksi HC1 pa (Merck),
kertassaring, baku allopurinol (Nanjing Pharma Chemical Plant)
dan sediaan tablet allopurinol 100 mg (PT. Hexpharm Jaya dan
PT. First Medipharma).
• PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel dilakukan dengan purposif. Sampel yang
digunakan merupakan sediaan tablet allopurinol 100 mg yang
diproduksi oleh PT. Hexpharm Jaya dan PT. First Medipharma.
• PEMBUATAN LARUTAN INDUK BAKU
Ditimbang seksama sejumlah 100 mg baku allopurinol,
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan10
mLlarutan HC10,1N, dikocok. Kemudian diencerkan dengan HC1
0,1 N sampai garis tanda, sehingga diperoleh larutan dengan
konsentrasi 1000 pg/mL, yang disebut Larutan Induk Baku I (LIB I).
LIB I dipipet 10 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
diencerkan dengan HC1 0,1 N sampai garis tanda, sehingga
diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 pg/mL atau disebut
Larutan Induk Baku II (LIB II). Hal yang sama dilakukan pada
pelarut HC1 0,05 N dan HC1 0, 15 N.
• PEMBUATAN LARUTAN INDUK SAMPEL
Ditimbang dan diserbukkan tidak kurang dari 20 tablet (tablet allupurinol 100
mg). Kemudian ditimbang seksama sejumlah serbuk setara dengan 100 mg
allopurinol, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Lalu ditambahkan 10 mL
larutan HC1 0,10 N; dikocok dan diencerkan dengan HC1 0,10 N sampai garis
tanda, sehingga diperoleh Larutan Induk Sampel I (LIS I). Kemudian disaring
dan10 mLfiltrat pertama dibuang. LIS I dipipet 10 mL dan dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL, ditambahkan 10 mL larutan HC10,10 N, dikocok, lalu
diencerkan dengan HC1 0,10 N sampai garis tanda dan dihomogenkan,
sehingga diperoleh Larutan Induk Sampel II (LIS II). Hal yang sama dilakukan
pada pelarut HC10,05 N dan HC10,15 N.
• PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM
Larutan Induk Baku (LIB) II (100 pg/mL) dipipet sebanyak 4 mL dan dimasukkan
ke dalam labu ukur 50 mL, diencerkan dengan HC1 0,10 N sampai garis tanda,
dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 8
pg/mL, diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400. Kemudian
dilakukan dengan prosedur yang sama pada pelarut HC10,05 N dan HC10,15 N.
• PEMBUATAN KURVA KALIBRASI
LIB II (100 pg/mL) dipipet sebanyak 2,0 mL; 3,0 mL;
4,0 mL; 5,0 mL dan 6,0 mL; masing-masing
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian
ditambahkan HC1 0,10 N sampai garis tanda,
dikocok sampai homogen dan diperoleh larutan
dengan konsentrasi 4 pg/mL; 6 pg/mL; 8 pg/mL; 10
pg/mL; dan 12 pg/mL. Kemudian diukur serapan
pada panjang gelombang maksimum, sebagai
blangko digunakan HC1 0,10 N. Selanjutnya
dilakukan dengan prosedur yang sama untuk pelarut
HC10,05 N dan 0,15 N.
VALIDASI METODE
• Linieritas
Koefisien korelasi merupakan indikator linieritas yang menunjukkan proporsionalitas
respon absorbansi terhadap konsentrasi yang diukur. Linieritas diukur sebagai koefisien
korelasi (R) dengan koefisien determinasi R2 yang diperoleh dari statistika kurva
kalibrasi. Nilai linearitas yang baik adalah 0,995 r 1. Koefisien korelasi dihitung dengan
persamaan di bawah ini

• Batas Deteksi dan Batas Kuantitatif


Batas deteksi, Limit of Detection (LOD)sebagai ukuran konsentrasi terkecil senyawa
dalam sampel yang dapat dideteksi.

Di mana
SD = Standar deviasi yang diperoleh dari percobaan, dan
n = Jumlah ulangan percobaan dan
b = Slope persamaan regresi dari kurva kalibrasi.
• Uji Akurasi (Kecermatan)
Uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku, yaitu dengan membuat tiga
konsentrasi analit sampel dengan rentang spesifik 80%, 100% dan 120%, di mana
masing-masing dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan.

Di mana Ci = Konsentrasisenyawa dalam sampel dan standar, C2 = Konsentrasi senyawa


dalam sampel, dan C3 = Konsentrasisenyawa standar yang ditambahkan.
• Uji Presisi (Keseksamaan)
Kesalahan acak analisis dilakukan uji presisi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
tingkat kedekatan antara hasil analisis.

Di mana SD = Standar deviasi, RSD = Relative standard deviation, dan = Kadar rata-rata
yang diperoleh dari percobaan.
• Uji Selektivitas
Uji selektivitas dilakukan dengan cara melihat pergeseran panjang
gelombang maksimum pada larutan baku, larutan baku setelah
penambahan sampel dan larutan blanko.
• Penetapan Kadar Allopurinol
Ditimbang dan diserbukkan tidak kurang dari 20 tablet. Kemudian
ditimbang seksama sejumlah serbuk setara dengan 100 mg
allopurinol, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL. Lalu
ditambahkan 10 mL larutan HC1 0,10 N, kocok dan diencerkan
dengan HC1 0,10 N sampai garis tanda (LIS I). Kemudian disaring, 10
mL filtrat pertama dibuang. LIS I dipipet 10 mL dan dimasukkan ke
dalam labu tentukur 100 mL, ditambahkan 10 mL larutan HC1 0,10
N, dikocok, lalu diencerkan dengan HC1 0,10 N sampai garis tanda
dan dihomogenkan (LIS II) [1]. LIS II dipipet 4 mL dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 50 mL dan dicukupkan dengan HC1 0,10 N sampai
garis tanda, dikocok sampai homogen dan diukur pada panjang
gelombang maksimum.
HASIL
• Panjang Gelombang
Pengukuran dilakukan dengan larutan standar 8
pg/mL, setelah dihitung dengan persamaan
hukum Lambert-Beer dengan harga A yang
diambil adalah 0,434 karena merupakan harga
optimal dalam rentang A: 0,2- 0,8; sebab
kesalahannya paling kecil [20]. Panjang
gelombang maksimum penelitian (251 nm) yang
diperoleh relatif sama dengan literatur (250 nm).
Gambar 2 menunjukkan bahwa konsentrasi
pelarut tidak menyebabkan pergeseran panjang
gelombang
• Kurva Kalibrasi

Data pengukuran menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi larutan baku


allopurinol yang diukur maka semakin besar absorbansi yang diperoleh (Tabel 1)
dengan peningkatan yang linier.
• Uji Validasi Metode
Linieritas.
Koefisien korelasi hasil penelitian sebesar 0,9991 (HC1 0,05 N); 0,9995 (HC1 0,10 N)
dan 0,9993 (HC1 0,15 N). Hal ini menunjukkan bahwa penelitian validasi ketiga pelarut
memberikan linieritas baik. Suatu metode analisis yang valid mempunyai harga
koefisien korelasi lebih dari 0,999.
Batas Deteksi dan Batas Kuantitatif

Akurasi
Nilai persen perolehan kembali tidak memenuhi syarat karena nilai yang diperoleh
tidak berada pada rentang persen perolehan kembali dengan analit 1% (95%-102%).
Sedangkan pada pelarut HC10,05 N dan HC10,10 N (Tabel 3 dan Tabel 4) memenuhi
persyaratan dengan analit 1% (95%-i02%) dan persen perolehan kembali pada pelarut
HC10,10 N terbaik dengan rata-rata sebesar 100,4%.
• Presisi
Penelitian menunjukkan presisi keterulangan dan antar analis dalam tiga
konsentrasi pelarut HC1 dan nilai presisi antara memenuhi persyaratan % RSD
yaitu tidak lebih dari 2 %.
Selektivitas
Ujiselektivitas dilakukan dengan melihat pergeseran panjang
gelombang maksimum allopurinol dalam tiga jenis konsentrasi
pelarut.
Validasi metode ketiga pelarut HC1 0,05 N; 0,10 N; dan 0,15 N memenuhi
persyaratan karena tidak ada pergeseran panjang gelombang, baik pada
sampel sebelum maupun setelah penambahan baku allopurinol. Sedangkan
pada larutan blanko tidak menunjukkan ada serapan larutan pada panjang
gelombang 251 nm. Hal ini membuktikan bahwa pelarut yang digunakan tidak
mempengaruhi proses pengukuran larutan sampel maupun baku allopurinol.
• Penetapan Kadar
Penelitian menunjukkan bahwa kadar allopurino dalam sediaan tablet yang
diuji berada pada rentang 100,7%-102,3% dinyatakan memenuhi persyaratan
Farmakope Indonesia, yaitu tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari
107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Kesimpulan
Panjang gelombang maksimum allopurinol 251 nm pada
masing-masing pelarut HC10,05 N; 0,10 N dan 0,15 N.
Penetapan kadar allopurinol dalam sediaan tablet dengan
menggunakan pelarut HC1 0,05 N dan HC1 0,10 N karena
hasil uji validasi metode ini menunjukkan nilai akurasi,
presisi, linieritas dan spesifisitas yang baik. Penggunaan
pelarut HC1 0,10 N menunjukkan bahwa kadar allopurinol
dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan menurut
Farmakope Indonesia Edisi V Tahun 2014 (93,0% -
107,0%) dari jumlah yang tertera pada etiket.

Anda mungkin juga menyukai