Metend 07062020 Unlocked
Metend 07062020 Unlocked
Metabolik&
Endokrin
Outlin
e
• Sindrom • Badai Tiroid
Metabolik • Goiter
• D M tipe 1 • Hipotiroid
• D M tipe 2 • Krisis adrenal
• KAD • Cushing’s
• HHS disease
• Hipoglikemia • Hiperurisemia
• Diabetes Insipidus • Dislipidemia
• Hipoparatiroid
• Hipertiroid
Sindrom
Metabolik
3B
Nama lain → sindrom X,
sindrom
resistensi insulin
ATAU
• Tanpa gejala klinis klasik, GDS >200 mg/dL atau glukosa darah puasa
≥126 mg/dL pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) lebih dari 1x
pemeriksaan.
MIMS
Prediabete
s
• Glukosa darah puasa terganggu (GDPT) → glukosa plasma 100-
125 mg/dL.
• Toleransi glukosa terganggu (TGT) → glukosa plasma 2 jam
post- prandial setelah tes toleransi glukosa oral (TTGO) 140-199
mg/dL. Dan glukosa darah puasa <100 mg/dL
• HbA1c 5,7-6,4%.
MIMS
TTGO
• Makan dan aktivitas fisik seperti biasa dalam 3 hari
sebelum pemeriksaan
• Puasa 8 jam sebelum pemeriksaan
• 75 gram glukosa dalam 250 mL air, dihabiskan dalam waktu
5 menit
• 2 jam kemudian diperiksa kadar glukosa plasma (tidak makan dan tidak
merokok)
Evaluasi
Awal
• Pemeriksaan • Lab
fisik • LDL,
• IMT HDL,TG
• TD • AST/ALT
• Funduskopi • Ur/Cr
• Jantung • Urinalisis
• Tungkai • EKG
• Kulit
Pilihan
1.
Obat
Sel pankreas → meningkatkan sekresi 5. Saluran GI
insulin • Agonis GLP-1
• Sulfonilurea • Inhibitor DPP-4
• Meglitinid • Inhibitor -glucosidase
• Agonis GLP-1 6.Sel pankreas → menghambat sekresi
• Inhibitor DPP-4
glukagon
2. Hepar → menurunkan glukoneogenesis • Agonis GLP-1
• Biguanid • Inhibitor DPP-4
3. Otot → memperbaikin metabolisme • Amylin
glukosa 7.Ginjal → menurunkan reabsorbsi glukosa
• Biguanid • Inhibitor SGLT-2 → dapaglifozin
• Tiazolidindion
8.Otak → resistensi insulin
4. Jaringan adiposa → meningkatkan • Agonis GLP-1
sensitivitas insulin • Amylin
• Tiazolidindion • Bromokriptin
Indikasi
insulin
• HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi
metabolik
• Penurunan berat badan yang cepat
• Hiperglikemia disertai ketosis
• Gagal dengan kombinasi O H O dosis optimal
• Stres berat
• Kehamilan
• Gangguan fungsi ginjal
• Alergi terhadap O H O
• Kondisi perioperatif
Dosis
•Obat
Sulfonilurea • Inhibitor alpha-
• Glibenclamide → 1 x 2,5-20 mg
• Glimepiride → 1 x 1-8 mg glukosidase
• Gliquidone → 1-3 x 30 mg • Acarbose → 3 x 50-100
mg
• Glinide
• Repaglinide → 1-16 mg/hari (2-4 dosis) • Inhibitor DPP-4
• Nateglinide → 180-360 mg/hari (3 dosis) • Sitagliptin → 1 x 25-
• Biguanide 100 m g
• Metformin → 3 x 500-1000 mg* • Linagliptin → 1 x 5 mg
*Tidak boleh diberikan pada C K D gr.III • Inhibitor SGLT-2
• Tiazolidindion • Dapaglifozin → 1 x 5-
• Pioglitazone → 1 x 15-35 mg* 10 mg
*Tidak boleh diberikan pada pasien gagal • Agonis GLP-1
jantung
• Liraglutide → 1 x 0,6-
Tujuan
Terapi
Indeks Target
HbA1c ≤6,5% (untuk pasien tanpa penyakit kardiovaskular dengan harapan hidup
panjang)
<8% (untuk pasien dengan riwayat hipoglikemia berat, harapan hidup rendah,
mengalami komplikasi makro- dan mikrovaskular berat, komorbiditas
banyak, dan sudah lama menderita diabetes tetapi tetap tidak mampu
mencapai target glukosa walau sudah menjalani terapi yang tepat)
MIMS
Ketoasidosis Diabetikum
(KAD)
3B
3 Karakteristik Utama
KAD
Hiperglikemia Asidosis
(GD>250 mg/dL) (pH<7.3, anion gap meningkat)
Ketonuria
Medscap
Tata
Laksana
• Koreksi cairan
• Terapi insulin
• Koreksi elektrolit
Medscap
Koreksi Cairan
(Dewasa)
• Dengan NaCl 0,9% atau Ringer
laktat.
• Jam pertama: 1-3 L
• Jam kedua: 1 L
Medscap
Koreksi Cairan
(Anak)
• Jam pertama hingga kedua: NaCL 0,9%, 10-20 mL/kg.
• Volume total selama 4 jam pertama tidak boleh >40-50
mL/kg
Medscap
Terapi
Insulin
• Insulin diberikan sekitar 2 jam setelah koreksi cairan, agar
kalium dapat diperiksa terlebih dahulu.
• Diberikan insulin IV kerja cepat
• Penurunan gula darah optimal adalah 100 mg/dL/jam
• Selama 4-5 jam awal, gula darah tidak boleh turun <200 mg/dL
Medscap
Koreksi
Elektrolit
Kadar Kalium Darah Pemberian Kalium Klorida
>6 mEq/L Tidak diberikan kalium klorida
4,5-6 mEq/L 10 mEq/jam
3-4,5 mEq/L 20 mEq/jam
Medscap
Hiperglikemia
Hiperosmolar
3B
Definisi
HHS
• Komplikasi akut DM tipe 2, kadar gula darah sangat tinggi
(>600 mg/dL)
• Tanda dehidrasi
• Tanpa gejala asidosis (osmolaritas>320mOsm)
Faktor
Risiko
• Sering ditemukan pada usia lanjut, jarang pada usia muda
• Adanya pencetus, misalnya penyakit kardiovaskular, aritmia,
perdarahan, gangguan keseimbangan cairan, pankreatitis, koma
hepatik, dan operasi.
• Pencetus obat → tiazid, furosemid, manitol, digitalis, reserpin,
steroid, klorpromazin, hidralazin, dilantin, simetidin, dan haloperidol.
Tanda dan Gejala
HHS
• Lemah
• Gangguan penglihatan
• Mual dan muntah
• Gejala neurologis (letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang, atau koma)
• Apatis sampai koma
• Dehidrasi berat (turgor buruk, mukosa bibir kering, mata
cekung, ekstremitas dingin, denyut nadi cepat dan lemah)
• Kelainan neurologis (kejang umum, lokal, maupun mioklonik)
• Hipotensi postural
• Tidak ada bau aseton dari pernaspasan dan tidak ada
pernapasan Kussmaul.
Tata
Laksana
• Memastikan tanda vital stabil
• Pemantauan cairan
• Insulin bolus rapid acting intravena atau subkutan 180
mikrounit/kg
Hipoglikemi
a
3B dan 4A
Hipoglikemi
a
• Keadaan kadar gula darah <70 mg/dL ATAU >70 mg/dL +
gejala klinis.
Penyebab
Hipoglikemia
• Dosis obat berlebihan, terutama insulin dan obat hipoglikemia
oral.
• Gagal ginjal kronik dan pascapersalinan.
• Asupan makan tidak kuat (kalori kurang atau terlambat makan)
• Kegiatan jasmani berlebihan.
Diagnosis
Hipoglikemia (Trias
•Whipple)
Gejala klinis hipoglikemia
• Kadar glukosa plasma rendah
• Gejala membaik setelah kadar glukosa plasma
ditingkatkan
Terminologi
• Probable → gejala hipoglikemi tanpa pemeriksaan
GDS
• Relatif → GDS > 70 dengan gejala
• Asimtomatik → GDS < 70 tanpa gejala
• Simtomatik → GDS < 70 dengan gejala
• Berat → membutuhkan bantuan orang lain
Gejal
a
• Autonomik • Neuroglikopenik
• Rasa lapar • Lesu
• Berkering • Dizziness
at • Confusion
• Gelisah • Gangguan
• Palpitasi kognitif
• Paresthesi • Pandangan kabur
a
Penanganan
Hipoglikemia
Kesadara
n
• Bentuk
• Sentral
• Disebabkan oleh gangguan sekresi A DH
• Nefrogenik
• Ketidakmampuan untuk mengonsentrasikan urin akibat resistensi A DH
Tanda dan
gejala
• Poliuria
• Polidipsi
• Nokturia
• Pertumbuhan normal
Efek Hormon
Tiroid
• Kalorigenesis
• Curah jantung meningkat
• Meningkatkan afinitas reseptor beta
• Oksigenasi jaringan meningkat
• Metabolisme karbohidrat, protein, lipid
• Meningkatkan absorbsi glukosa postprandial
• Meningkatkan klirens kolesterol plasma lewat
hepar
• Katabolisme protein di otot
• Merangsang sekresi GH
Beda hipertiroid dan
tirotoksikosis
• Hipertiroidisme → efek peningkatan kerja/fungsi kelenjar tiroid
• Adenoma toksik
Hasil Pemeriksaan
Lab
TSH fT4 Kondisi
↓ ↑ Hipertiroid primer
(gangguan kelenjar
tiroid)
↑ ↑ Hipertiroid
sekunder
(gangguan
hipofisis/
hipotalamus)
↓ Normal Hipertiroid
subklinis
Diagnosis Graves
Disease
• Antibodi reseptor tirotropin (hormon hipofisis → memerintah
triod
i agar menghasilkan hormon tiroid).
• Anti-TPO akan meningkat pada penyakit Graves sehingga bisa
terdeteksi dalam jumlah besar di darah.
• Anti-TPO bisa terdeteksi pada orang normal sehingga tidak
bisa menjadi alat skrining.
• Anti-TPO tidak meningkat pada adenoma toksik dan goiter toksik
multinodular karena keduanya bukan proses autoimun.
Tatalaksana
•Hipertiroid
Mengatasi oftalmopati.
• Meredakan gejala.
Arlt W, Society for Endocrinology Clinical Committee. Endocrine emergency guidance: emergency management of acute adrenal insufficiency (adrenal crisis) in adult patients.
Insufisiensi Adrenal
Primer
• Hilangnya fungsi kelenjar adrenal
itu sendiri
• Bisa diakibatkan:
• Proses autoimun jaringan adrenal
• Pengangkatan kelenjar adrenal
melalui operasi
• Gangguan produksi kortisol adrenal
sejak lahir karena hiperplasia
adrenal kongenital
Arlt W, Society for Endocrinology Clinical Committee. Endocrine emergency guidance: emergency management of acute adrenal insufficiency (adrenal crisis) in adult patients.
Insufisiensi Adrenal
Sekunder
• Disebabkan karena gangguan pengaturan produksi kortisol di hipofisis
• Bisa disebabkan:
• Tumor pada area hipotalamus-hipofisis
• Mendapat glukortikoid eksogen kronik dengan dosis setara prednisolon ≥5
mg selama lebih dari 4 minggu
Arlt W, Society for Endocrinology Clinical Committee. Endocrine emergency guidance: emergency management of acute adrenal insufficiency (adrenal crisis) in adult patients.
Pencetus Krisis
Adrenal
• Glukortikoid kronik tiba-tiba dihentikan
• Pasien dengan glukokortikoid kronik yang mengalami sakit dengan
demam yang membutuhkan tirah baring dan/atau antibiotik
→ tetapi dosis glukortikoid oralnya tidak dinaikkan 2
kali lipat.
• Pasien dengan glukokortikoid kronik yang muntah atau diare lama,
menjalani persiapan kolonoskopi, atau mengalami trauma
akut/pembedahan yang membutuhkan anestesi umum → tetapi
dtiak diberikan glukokortikoid secara injeksi IV/IM atau infus IV.
Arlt W, Society for Endocrinology Clinical Committee. Endocrine emergency guidance: emergency management of acute adrenal insufficiency (adrenal crisis) in adult patients.
Gejala dan Tanda Krisis
Adrenal
• Letih, tidak ada energi, berat badan turun
• Hipotensi (penurunan tekanan darah minimal 20 mmHg dari posisi terlentang
ke
berdiri)
• Kasus berat → syok hipovolemik
• Pusing
• Pingsan
• Nyeri perut
• Mual, muntah (terutama pada insufisiensi adrenal primer)
• Riwayat penurunan berat badan
• Demam
• Bingung, somnolen
• Kasus berat, delirium atau koma
Arlt W, Society for Endocrinology Clinical Committee. Endocrine emergency guidance: emergency management of acute adrenal insufficiency (adrenal crisis) in adult patients.
Gejala dan Tanda Krisis
Adrenal
• Kram dan spasme punggung dan tungkai
• Pada insufisiensi adrenal primer
• Hiperpigmentasi kulit seluruh tubuh, terutama pada lokasi yang terpapar
dengan stres mekanik (garis tangan, puting susu, jaringan parut, bagian
dalam mukosa mulut)
• Pada insufiensi adrenal sekunder
• Kulit pucat seperti pualam
Arlt W, Society for Endocrinology Clinical Committee. Endocrine emergency guidance: emergency management of acute adrenal insufficiency (adrenal crisis) in adult patients.
Temuan
Laboratorium
• Hiponatremia (pada insufisiensi adrenal primer dan
sekunder)
• Hiperkalemia (pada insufisiensi adrenal primer)
• Gagal ginjal (peningkatan kreatinin serum karena
hipovolemia)
• Anemia normokrom, terkadang limfositosis dan eosinofilia
• Hipoglikemia
Arlt W, Society for Endocrinology Clinical Committee. Endocrine emergency guidance: emergency management of acute adrenal insufficiency (adrenal crisis) in adult patients.
Penanganan Krisis
Adrenal
• Hidrokortison 100 mg bolus IV atau IM
• Dilanjutkan drip IV 200 mg/24 jam (alternatifnya, hidrokortison 50 mg
IV atau IM per 6 jam).
• NaCl 0,9% IV 1000 mL secara cepat pada 1 jam pertama
• Dilanjutkan rehidrasi intravena sesuai kebutuhan (umumnya 4-6 L dalam 24
jam)
• Awasi overload cairan pada pasien dengan gangguan ginjal dan pasien
lanjut usia
Arlt W, Society for Endocrinology Clinical Committee. Endocrine emergency guidance: emergency management of acute adrenal insufficiency (adrenal crisis) in adult patients.
Dosis Ekivalen
Kortikosteroid
• Kortisol : 20 mg
• Kortison : 25 mg
• Prednison : 5 mg
• Prednisolon : 5 mg
• Metilprednisolon : 4 mg
• Triamsinolon : 4 mg
• Deksametason : 0,75
• Betametason : 0,75
mg
Cushing’s
Disease
3B
Terlalu banyak
KORTISOL di
tubuh
Membedakan
Cushing Syndrome dan
Disease
•Dexamethasone Suppression Test
• Memberikan dexamethasone 1 mg malam hari
• Positif (ACTH turun) – Cushing syndrome (akibat obat)
• Negatif (ACTH tetap atau meningkat) – Cushing disease
(akibat hipersekresi ACTH di hipofisis)
• Pemeriksaan lanjutan dengan dosis lebih tinggi untuk membedakan
cushing disease dengan tumor ektopik yang mengsekresi ACTH
Pemeriksaa
n
Tatalaksan
a
• Cushing’s disease →
operasi
• Metyrapone 3 x 500 mg
• Inhibisi sintesis kortisol
• Ketoconazole 3 x 200 mg
• Inhibisi steroidogenesis
Hiperurisemi
a
4A
Membedakan Hiperurisemia dan
Gout
• Hiperurisemia merupakan kondisi tingginya kadar asam urat melebihi
normal di dalam darah.
• Nefrolitiasis (batu ginjal) asam urat, dengan gejala hematuria, nyeri (di
pinggang, abdomen, atau inguinal), bisa disertai mual dan muntah.
Kriteria Diagnosis
Gout (ACR/EULAR
•2015)
Untuk mendiagnosis gout, harus ada:
• Minimal 1 episode pembengkakan, nyeri, atau tenderness (nyeri
ketika disentuh) pada sebuah sendi atau bursa perifer.
• Bila ditemukan adanya kristal monosodium urate pada sendi atau
bursa yang bergejala (dalam cairan sinovial) atau pada tofus,
maka tidak perlu melakukan scoring di bawah.
• Ditambah dengan kriteria berikut (skor minimal 8):
Kriteria Diagnosis
Gout (ACR/EULAR
2015) Kategori Skor
Pola keterlibatan sendi/bursa ketika episode gejala Pergelangan kaki atau midfoot 1
(kaki bagian tengah) (saat
episode monoartikular atau
oligoartikular, tanpa melibatkan
sendi metatarsofalangeal ke-1)
Melibatkan sendi 2
metatarsofalangeal ke-1 (saat
episode monoartikular atau
oligoartikular)
Kriteria Diagnosis
Gout (ACR/EULAR
2015) Kategori Skor
Karakteristik episode gejala: 1 karakteristik 1
• Eritema pada sendi yang terkena 2 karakteristik 2
• Tidak tahan bila sendi yang terkena disentuh
atau ditekan 3 karakteristik 3
• Sangat sulit berjalan atau tidak mampu
menggerakkan
sendi yang terkena
Adanya ≥2 berikut: 1 episode tipikal 1
• Waktu ke nyeri maksimal <24 jam Episode tipikal berulang 2
• Resolusi gejala dalam ≤14 hari
• Resolusi sempurna antara satu episode dengan
episode lain
Kriteria Diagnosis
Gout (ACR/EULAR
2015) Kategori Skor
Adanya tofus (nodul subkutan di bawah kulit Ada 4
transparan, sering kali dengan vaskularitas di atasnya,
lokasi tipikal: sendi, telinga, bursa oleokranon, jari,
tendon)
Urat serum diukur dengan metode urikase (idealnya <4 mg/dL -4
dilakukan tanpa pengobatan penurun asam urat dan 6-8 mg/dL 2
>4 minggu setelah permulaan episode
8-<10 mg/dL 3
≥10 mg/dL 4
Analisis cairan sinovial sendi atau bursa yang bergejala Monosodium urate negatif -2
Kriteria Diagnosis
Gout (ACR/EULAR
2015) Kategori Skor
Tanda double-contour pada USG, atau dual- Ada (salah satu modalitas) 4
energy computed tomography (DECT) yang
menunjukkan deposisi urat
Bukti kerusakan sendi akibat gout: radiografi konvensional Ada 4
tangan dan/atau kaki menunjukkan adanya minimal 1 erosi
Midfoo
t
Tofu
s
Pengobatan
Hiperurisemia
• Pasien dengan hiperurisemia tanpa gejala (gout atau batu ginjal) tidak
perlu diobati. Pengobatan malah akan membawa risiko tersendiri.
• Colchicine profilaksis selama 6 bulan pertama pemberian penurun asam urat. Dosisnya 0,5-
1 mg/hari, disesuaikan bila ada gangguan ginjal.
• Ada dua pilihan obat: urikosurik (meningkatkan pembuangan asam urat lewat urine) atau
inhibitor xantine oksidase (menghambat produksi asam urat).
Setara PJK
(DM tiper 2, D M tipe 1 dengan mikroalbuminuria, GGK dengan GFR <60, penyakit
arteri karotis, penyakit arteri perifer)
SCORE ≥10
Risiko tinggi Dislipidemia familial, hipertensi berat, sindrom metabolik
SCORE 5-10
Risiko menengah SCORE 1-4
Risiko rendah SCORE <1
Klasifikasi
Dislipidemia
Jenis Kolesterol Kadar (mg/dL) Keterangan
Kolesterol LDL <100 Optimal
100-129 Mendekati optimal
130-159 Borderline
160-189 Tinggi
≥190 Sangat tinggi
Kolesterol Total <200 Diinginkan
200-239 Borderline
≥240 Tinggi
Kolesterol HDL <40 Rendah
≥60 Tinggi
Klasifikasi
Dislipidemia
Jenis Kolesterol Kadar (mg/dL) Keterangan
Trigliserida <150 Optimal
150-199 Borderline
200-499 Tinggi
≥500 Sangat tinggi
Target
Terapi
• Kolesterol LDL merupakan target terapi primer
pasien dislipidemia
• Kolesterol HDL tidak menjadi target terapi
• Kolesterol non HDL merupakan target terapi
sekunder terutama pada pasien dyslipidemia dengan
komorbid
• Kolesterol non HDL = total kolesterol – kolesterol HDL
Target
Terapi
Kategori Risiko Target Kolesterol LDL Target Kolesterol non H D L
Risiko sangat tinggi < 70 mg/dL atau penurunan ≥ 50% dari < 100 mg/dL
konsentrasi awal
Risiko tinggi < 100 mg/dL atau penurunan ≥ 30% < 130 mg/dL
dari konsentrasi awal
Risiko menengah < 115 mg/dL < 145 mg/dL
Jenis Obat
Kolesterol
Jenis Obat Kolesterol Kolesterol H D L Trigliserida
LDL
Statin ↓ 18-55% ↑ 5-15% ↓ 7-30%
Resin ↓ 15-30% ↑ 3-5% -
Fibrat ↓ 5-25% ↑ 10-20% ↓ 20-50%
Asam nikotinat ↓ 5-25% ↑ 15-35% ↓ 20-50%
Ezetimibe ↓ 17-18% ↑ 3-4% -
• Statin: lini
pertama
Soa
l
1
Laki-laki usia 35 tahun datang ingin memeriksakan tubuhnya karena merasa sering
kehausan dan mudah lapar serta frekuensi buang air kecil meningkat pada malam
hari. Setelah di lakukan tes glukosa darah puasa, GDP pertama 124 mg/dL, GDP
kedua 124 mg/dL, kemudian dilakukan TTGO hasil GD2PP 206 mg/dL. Diagnosis
pasien ini adalah?
A. GDPT
B. TGT
C. D M tipe 2
D.HHS
E. KAD
Pembahasa
n
Diagnosis?
• Laki-laki 35 tahun
• Sering kehausan, mudah lapar,frekuensi buang air kecil meningkat pada
malam hari
• Gejala klasik DM: polidipsia, polifagia poliuria
• GDP pertama 124 mg/dL, GDP kedua 124 mg/dL
• Belum memenuhi kriteria diagnosis D M
• T T G O hasil GD2PP 206 mg/dL
Kriteria Diagnosis D M
Pemeriksaan glukosa plasma ≥126 mg/dl
atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram
atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan
klasik
atau
Pemeriksaa hba1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP)
Disadur dari Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia,
2015.
GDP pertama 124
mg/dL GDP kedua 124
mg/dL
TTGO hasil GD2PP 206
mg/Dl Diagnosis : Diabetes
Melitus
Pasien sudah
terdiagnosi
s DM2
Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. 2015
Terapi
DM2
Perkeni. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. 2015
Pilihan
Lain
• Insulin → pasien tidak memenuhi kriteria pemberian terapi insulin
pada DM
• Sering terbangun malam hari untuk buang air kecil dan sering haus.
• Gejala DM. Pada anak, umumnya adalah D M tipe 1
• Dari pemeriksaan fisik didapatkan tampak kurus dan turgor kulit sangat lambat. Dari pemeriksaan
lab didapatkan G D S 400 mg/dL, keton (+).
• Kurus → pertumbuhan tidak optimal (karena glukosa tidak dapat diutilisasi dengan baik)
• Turgor → tanda dehidrasi → darah dalam kondisi pekat akibat kadar gula yang begitu
tinggi (krsi
hiperglikemia)
• Keton (+): tubuh mengompensasi dengan berusaha produksi gula dari sumber lain (asam lemak)
→
ketoasidosis
Patofisiologi KAD
Penyebab Hipoglikemia
• Dosis obat berlebihan, terutama insulin dan obat hipoglikemia
oral.
• Gagal ginjal kronik dan pascapersalinan.
• Asupan makan tidak kuat (kalori kurang atau terlambat makan)
• Kegiatan jasmani berlebihan.
Diagnosis
Hipoglikemia (Trias
•Whipple)
Gejala sesuai dengan
hipoglikemia
• Kadar glukosa plasma rendah
• Gejala membaik setelah kadar
glukosa plasma ditingkatkan
Penanganan Hipoglikemia pada Pasien
Sadar
• Memberi gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen
+ makanan yang mengandung karbohidrat
• Menghentikan sementara obat hipoglikemik
• Glukosa darah dipantau tiap 1-2 jam
Penanganan Koma
Hipoglikemia
• Dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (50 mL) bolus intravena.
• Dekstrosa 10% infus 6 jam/kolf
• Periksa GDS/1 jam setelah dekstrosa 40%:
• GDS <50 mg/dL → bolus dekstrosa 40% 50 mL IV
• GDS <100 mg/dL → bolus dekstrosa 40% 25 mL IV
• GDS 100-200 mg/dL → tidak diberi bolus dekstrosa 40%
• GDS >200 mg/dL → pertimbangkan menurunkan kecepatan drip
dekstrosa 10%
Penanganan Koma
Hipoglikemia
• Bila GDS >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut, GDS dipantau/2
jam. Ikuti protokol sebelumnya. Bila GDS >200, pertimbangkan
mengganti menjadi dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%
• Bila setelah itu GDS >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut,
hentikan protokol hipoglikemia.
6
Anak usia 3 tahun dengan perawakan pendek, muka sembap, bibir tebal, hidung
pesek, tidak bisa bicara, kulit kering, dan mudah kedinginan. Apa diagnosis kerja
pada pasien ini?
A. Hipoparatiroidisme
B.Hipotiroid
C. Hipertiroid
D.Sindrom Patau
E.Penyakit Graves
Hipotiroid
Kongenital
• Salah satu penyebab retardasi mental yang sangat mungkin
dicegah!
• Diagnosis ditegakkan sebelum usia 2 minggu
• Pemberian hormon tiroid (levotiroksin) sebelum usia 3 minggu.
• Bila terdeteksi setelah usia 3 bulan, sudah terjadi penurunan
IQ bermakna.
Hipotiroid
Kongenital
Biasanya asimtomatik, tapi bisa
tampak:
• Wajah sembab, melongo, lidah
tebal dan menjulur keluar
PATOFISIOLOGI:
Pigmentasi kulit
ACTH berlebihan di melanosit
→
melanin ↑
Perempuan: tidak ada
rambut aksila/pubis
androstenedione↓
Pilihan
Lain
• Addison’s disease: pigmentasi coklat pada kulit, tidak ada rambut
aksila/pubis pada perempuan, hipotensi, hipoglikemia, lemah, gangguan
GI, BB turun
• Krisis adrenal: bentuk parah dari penyakit Addison (syok, gagal ginjal,
Na turun, K naik, dehidrasi)
• Plummer disease: goiter multinoduler toksik, pembesaran
tiroid, hipertiroid, jarang eksoftalmus (beda dengan Graves)
• D M tipe 2: Gejala klasik 3P
• Cushing syndrome: hiperkortisol
• Cushing disease: hiperkortisol sentral
9
Laki-laki usia 45 tahun datang ke poliklinik untuk pemeriksaan kesehatan. Dari
pemeriksaan didapatkan berat badan 95 kg, tinggi badan 170 cm, lingkar perut 100
cm, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 94 kali/menit, sementara lain-lain dalam
batas normal. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan LDL 230 mg/dL, HDL 100
mg/dL, trigliserida 170 mg/dL, GDS 230 mg/dL, dan GDP 150 mg/dL.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, apakah diagnosis pasien?
A. Dislipidemia
B.D M tipe 2
C. Obesitas
D.Sindrom metabolik
E.Hiperkolesterolemia
Diagnosi
s
Diagnosis?
• Laki-laki 45 tahun
• Pemeriksaan → BB 95 kg,TB 170 cm, lingkar perut 100 cm → IMT
32,8
• TD 130/90 mmHg
• Pemeriksaan penunjang → LDL 230 mg/dL, HDL
100 mg/dL, trigliserida 170 mg/dL, GDS 230 mg/dL, dan
GDP 150 mg/dl
Kriteria
Diagnosis
Kriteria
Obesitas sentral
WHO
Waist to hip ratio (perbandingan pinggang
ATP III N C E P
Lingkar perut
IDF
Lingkar perut
dan panggul) Laki laki : >102 Laki-laki : ≥ 90
Laki-laki: > 0.9 cm Wanita : > 88 cm Wanita : ≥
Wanita >0.85 cm 80 cm
IMT > 30
kg/m2
Hipertrigliseridemia ≥ 150 mg/dL ≥ 150 mg/dL ≥ 150 mg/dL
HDL kolesterol rendah Laki-laki: < 35 mg/dL Laki-laki : < 40 mg/dL Laki-laki : < 40 mg/dL
Wanita: <39 mg/dL Wanita: < 50 mg/dL Wanita : < 50 mg/dL
Hipertensi TD ≥ 140/90 mmHg atau riwayat TD ≥ 130/85 mmHg atau TD ≥ 130/85 mmHg
terapi antihipertensi riwayat terapi antihipertensi
DM/ resistensi insulin Toleransi glukosa terganggu, glukosa Glukosa darah puasa ≥ 110 mg/dL Glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dL
puasa terganggu, diabetes mellitus
Mikroalbuminuria >20 pg/min
DM/ Resistensi insulin disertai 2 kriteria lain Minimal 3 dari 5 kriteria Minimal 3 dari 5 kriteria
W H O : World Health Organization
ATP III NCEP: Adult Ptreatment Panel III National Cholesterol Education Program (guideline) → digunakan di
Indonesia
IDF: International Diabetes Federation (guideline)
10
Perempuan, 40 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada ibu jari kaki kiri
sejak tadi pagi secara tiba-tiba. Keluhan disertai kemerahan dan bengkak.
Pasien mengaku kemarin baru saja mengadakan pesta dan banyak makan
makanan berlemak, jeroan, udang, kepiting dan kacang-kacangan. Dokter
kemudian memberi allopurinol. Bagaimana mekasnisme kerja obat
tersebut?
A. Menghambat kerja alkali fosfatase
B. Menghambat kerja xanthin oksidase
C. Menghambat kerja sitokrom oksidase
D. Menghambat kerja siklooksigenase-2
E. Menghambat kerja monoamine oksidase
Pembahasa
n
Bagaimana mekanisme kerja obat tersebut?
• Perempuan 40 tahun
• Nyeri pada ibu jari kaki kiri sejak tadi pagi secara tiba-tiba. Keluhan
disertai kemerahan dan bengkak.
• Baru saja banyak makan makanan berlemak, jeroan, udang, kepiting dan
kacang-
kacangan
• Dokter kemudian memberi allopurinol
Allopurino
l • 80% dapat diabsorpsi
melalui administrasi oral
• Lini pertama terapi
Gout
kronik
• Efek samping
→
intoleransi Allopurinol menghambat kerja enzim
gastrointestinal, xanthin oksidase
neuropati perifer,
supresi sumsum
tulang
• Dosis → 50 –
Katzung BG, Trevor AJ. Basic and clinical pharmacology 13th ed. Philadelphia: McGraw Hill Education; 2015