Anda di halaman 1dari 35

LATAR BELAKANG

• Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai


hingga 13 persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga
menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki.
• Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru dan
160.390 kematian akibat kanker paru pada tahun 2007.
Kanker paru memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan
terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan
keterampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan
pada pendekatan yang erat dan kerja sama multidisiplin. Penemuan
laki- kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita,
laki dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat
(21.8% memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih
)
pada baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat
perempua menyembuhkan penyakitnya. Pilihan terapi harus dapat segera
n (9.1%) dilakukan.
DEFINISI
Kanker paru umumnya dibagi menjadi dua
kategori besar, yakni kanker paru sel kecil
(small cell lung cancer-SCLC) dan kanker paru
non-sel kecil (non-small cell lung cancer-
NSCLC). Kategori NSCLC terbagi lagi menjadi
adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan
karsinoma sel besar. Sekitar 80% kasus kanker
paru merupakan NSCLC.

Jumlah kasus kanker paru di Rumah Sakit Kanker Dharmais


Jakarta tahun 1998 menduduki urutan ke-3 sesudah kanker
payudara dan leher rahim. Angka kematian akibat kanker paru
di seluruh dunia mencapai kurang lebih satu juta penduduk
tiap tahunnya. Oleh sebab sistem pencatatan kita belum baik,
EPIDEMIOLOGI prevalensi pasti kanker paru di Indonesia belum diketahui. Di
negara berkembang lain, insidensi kanker paru dilaporkan
meningkat dengan cepat karena konsumsi rokok berlebihan,
misalnya China yang mengkonsumsi 30% rokok dunia.
Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65%) dengan life
time risk 1:13 , sedangkan pada wanita risikonya 1:20.
MACAMNYA KANKER PARU
• Primer : Berasal dari organ paru sendiri

• Metastase : Berasal dari organ di luar paru


seperti :
- Mamma
- Ginjal
- Ovarium
- Testis
- Usus dll

2/17/22
5 FAKTA TENTANG KANKER PARU
I. Merupakan penyakit di dunia yang belum
bisa disembuhkan ( WHO )

II. Penyebab kematian utama, karena kanker

III. Penderita datang 80 - 90% sudah stadium


lanjut
IV. Angka tahan hidup 5 th paling rendah
V. Angka tahan hidup 5 tahun stadium I =
70%
Etiologi
Tidak jelas, belum diketahui secara pasti
Faktor : Bahan karsinogen ( Enviromental
diseases )
Asap rokok 5 – 10 kali
3,4 Benzpyrene
Polonium 210
Zat kimia 6 – 10 kali
Asbes Chromium
Arsen Besi
Uranium Nikel
Fibrosis paru : 7 % Ca Jaringan parut
23,2 % Jaringan parut  TBC
Merokok : Resiko Kanker Paru
1 – 10 batang / hari resiko meningkat 15 Akibat Rokok
kali

20 – 30 batang / hari resiko meningkat 40 - 50


kali
Etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan adalah
sebagai berikut:
Paparan zat karsinogen, seperti :
• Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma
• Radiasi ion pada pekerja tambang uranium
• Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil
klorida
Polusi udara
Penyakit paru seperti pneumonitis intersisial kronik
Riwayat paparan radiasi daerah torak
Genetik
PATOLOGI
NSCLC
• Adenokarsinoma Kanker khas dengan bentuk formasi glandular
dan kecenderungan ke arah pembentukan konfigurasi papilari.
Biasanya membentuk musin dan sering tumbuh dari jaringan
fibrosis paru. Dengan penanda tumor carcinoma embrionic antigen
(CEA), karsinoma ini bisa dibedakan dari mesotelioma.
• Karsinoma sel skuamosa/karsinoma bronkogenik Karsinoma sel
skuamosa memiliki ciri khas yaituadanya proses keratinisasi dan
pembentukan jembatan intraselular. Studi sitologi memperlihatkan
perubahan yang nyata dari displasia skuamosa ke karsinoma insitu.
• Karsinoma bronkoalveolar Kanker ini merupakan subtipe dari
adenokarsinoma yang mengikuti permukaan alveolar tanpa
menginvasi atau merusak jaringan paru.
• Karsinoma sel besar Jenis ini merupakan suatu subtipe dengan
gambaran histologis yang dibuat secara ekslusi. Karsinoma sel besar
tidak memberikan gambaran diferensiasi skuamosa atau glandular
dengan sel bersifat anaplastik, tidak berdiferensiasi, dan biasanya
disertai infiltrasi sel neutrofil.
SCLC
Gambaran histologi khas adalah dominasi sel kecil
yang hampir semuanya diisi oleh mukus dengan
sebaran kromatin dan sedikit nukleoli. Jenis ini
disebut juga oat cell carcinoma karena bentuknya
mirip dengan bentuk biji gandum. Karsinoma sel
kecil cenderung berkumpul di sekeliling pembuluh
darah halus menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang
bermitosis banyak ditemukan disertai gambaran
nekrosis. Komponen DNA yang terlepas
Tanda dan Gejala Kanker menyebabkan warna gelap di sekitar pembuluh
Paru (manifestasi klinis) darah.

Tidak memiliki gejala klinis yang


khas

Gejala Respirasi: Prosedur


•Batuk (60-70%) pasien “kelompok Diagnosis
•Sesak napas risiko” Kanker Paru
•Nyeri dada
Gejala lain berkaitan
dengan pertumbuhan
regional;
Gejala berkaitan dengan Tanda dan
pertumbuhan tumor; o efusi pleura Gejala
o efusi perikard Kanker Paru
o sindrom vena kava superior
o Batuk,
o Disfagia
o Hemoptisis
o sindrom Pancoast(ptosis,
o Nyeri dada
o miosis, hemifacial
Sesak napas/stridor
anhidrosis)
o suara serak
Gejala klinis sistemik
Gejala yang berkaitan dengan gangguan
neurologis
• Penurunan berat
badan dalam waktu
yang singkat
• Nafsu makan • Sakit kepala
menurun • Lemah/parese → metastasis ke otak/
• Demam hilang tulang belakang
timbul
PEMERIKSAAN FISIK

Pembesaran Sesak napas SVKS


KGB (massa yang Venektasi
supraklavikula, besar, efusi Edema wajah,
leher dan pleura atau leher dan
aksila. atelektasis) lengan
RADIOLOGI

Foto toraks AP/lateral


• Merupakan pemeriksaan awal pada
• pasien susp. Kanker paru

CT scan toraks (kontras)


• evaluasi lanjutpasien susp.kanker paru,
• diperluas hingga kelenjar untuk
• kemungkinan metastasis
• Prosedur utama untuk
mendiagnosis kanker paru
menentukan lokasi lesi primer,
Bronkoskoppertumbuhan tumor intraluminal
i mendapatkan spesimen
untuk pemeriksaan sitologi dan
histopatologi
Spesimen ; bilasan bronkus,
sikatan bronkus dan biopsi
bronkus
→Prosedur ini dapat memberikan
>90% diagnosa kanker paru dengan
tepat, terutama kanker paru dengan
lesi pada regio sentral
Biopsi Transtorakal
(transthoracalbiopsy/TTB)

• Tanpa tuntunan radiologic • CT scan toraks (CT-


(blinded TTB) guided TTB)
Dengan tuntunan USG (USGguided
TTB)
Dilakukan untuk
mendapatkan
Pleuroscopy spesimen pada
pleura
  Tumor Primer (T)
TX Tumor primer tidak dapat dinilai, atau diagnosis tumor berdasarkan
temuan sel-sel ganas dari sputum atau sikatan bronkial tapi tidak tampak
pada pemeriksaan pencitraan atau bronkoskopi
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer
Tabel 1 - Stadium Tumor Paru
Tis Karsinoma in situ
  Kelenjar Getah Bening Regional (N)
T1 Tumor < 3.0 cm, dikelilingi parenkim paru atau pleura visceral, dan tidak
N Kelenjar getah bening (KGB) regional tidak dapat dinilai ada bukti invasi ke proksimal dari bronkus lobaris (tidak ditemukan di
X
bronkus utama) pada pemeriksaan bronkoskopi
N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional
T2 Tumor dengan ukuran atau penyebaran berikut: Ukuran < 3 cm
N1 Metastasis ke KGB peribronkial dan/ atau hilar ipsilateral dan kelenjar Keterlibatan bronkus utama, > 2 cm di bawah karina Keterlibatan pleura
intrapulmonal akibat ekstensi langsung dari tumor primer
visceral Disertai atelektasi atau pneumonitis obstruktif yang menyebar
sampai ke hilus tetapi tidak melibatkan seluruh parenkim paru
N2 Metastasis ke KGB mediastinal ipsilateral dan/ atau nodus limfatikus di
T3 Tumor berapapun ukurannya yang menginvasi langsung ke: dinding dada
bagian bawah karina
N3 Metastasis ke KGB mediastinal kontralateral, hilar kontralateral, scalenus (termasuk tumor sukus superior), diafragma, pleural mediastinum, atau
ipsilateral atau kontralateral, atau subklavikula perikardium parietal, atau tumor di bronkus utama < 2 cm di bawah
karina, tetapi tidak ada keterlibatan karina; atau disertai atelektasis atau
  Metastasis Jauh (M) pneumonitis obstruktif seluruh parenkim paru
T4 Tumor berapapun ukurannya yang telah menginvasi ke: mediastinum,
M Adanya metastasis jauh tidak dapat dinilai
X jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus vertebra, karina, atau
M Tidak ada metastasis jauh tumor disertai dengan efusi pleura atau perikardial maligna, atau dengan
0
nodul-nodul tumor satelit di lobus paru tumor primer ipsilateral
M Terdapat metastasis jauh
1
Staging Kanker Paru
Skor Karnofsky WHO Batasan

90 – 100 0 Aktivitas normal

Pembagian tampilan 70-80 1 Ada keluhan, tapi masih


umum berdasarkan aktif, dapat mengurus diri
skor Karnofsky dan
sendiri
WHO
50-60 2 Cukup aktif; namun
kadang memerlukan
bantuan

30-40 3 Kurang aktif, perlu


perawatan
10-20 4 Tidak dapat meninggalkan
tempat tidur, perlu di rawat
di Rumah Sakit

0-10 - Tidak sadar


Diagnosa banding

 tumor mediastinum

 metastasis tumor di paru

 tuberculoma.
TATALAKSANA

NSCLC
Staging TNM yang didasarkan ukuran tumor (T),
o NSCL kelenjar getah bening yang terlibat (N),dan ada
C tidaknya metastasis bermanfaat dalam penentuan tata
o SCLC
laksana NSCLC ini. Staging dimulai dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisis yang teliti serta
perhatian khusus kepada keadaan sistemik,
kardiopulmonal, neurologi, dan skeletal. Hitung jenis
sel darah tepi dan pemeriksaan kimia darah
diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya
metastasis ke sumsum tulang, hati, dan tengkorak.
SCLC
dibagi menjadi dua, yaitu: (1) limited-stage disease yang
diobati dengan tujuan kuratif (kombinasi kemoterapi dan
radiasi) dengan angka keberhasilan terapi sebesar 20%; (2)
extensive-stage disease yang diobati dengan kemoterapi
dengan angka respon terapi inisial sebesar 60-70% dan angka
respon terapi komplit sebesar 20-30%. Angka median-survival
time untuk limited-stage disease adalah 18 bulan dan untuk
extensive-stage disease adalah 9 bulan.
PROGNOSIS

1. NSCLC
SCLC
• Prognosis kanker paru terutama bergantung pada stadium penyakit.
• Angka ketahanan hidup rata-rata
• Sekitar 75% pasien KSS meninggal akibat komplikasi torakal, 25%
(median survival time) meningkat
akibat komplikasi ekstratorakal, dan 2% meninggal karena gangguan
dari <3 bulan menjadi 1 tahun. sistem saraf pusat.
• Pada kelompok limited disease, • Hampir 40% pasien adenokarsinoma dan karsinoma sel besar
angka ketahanan hidup rata-rata meninggal akibat komplikasi torakal, 55% akibat komplikasi

naik menjadi 1-2 tahun dan 20% ekstratorakal, 15% bermetastasis ke otak, 8-9% meninggal karena
kelainan sistem saraf pusat.
pasien dapat tetap hidup dalam 2
• Kemungkinan hidup rata-rata penderita tumor metastasis bervariasi
tahun.
dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Hal ini sangat tergantung pada: □
• Sekitar 30% pasien meninggal
Status performa pasien -(skala Karnofsky) □ Luasnya penyakit □
karena komplikasi lokal dari Adanya penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir
tumor.
STATUS PASIEN
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Ester Br. Simatupang
No. RM : 01.12.00.36
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 60 tahun
Alamat : Dysyn V Simpang Empat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Protestan
Suku : Batak
Status pernikahan : Sudah Menikah
A. Anamnesis : Heteroanamsesis
 
 Keluhan Utama : Sesak Nafas (+)
 Deskripsi :
Pasien datang dengan keluhan sesak napas. Pasien mengaku sesak napas yang dirasakan sudah
sejak ± 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, sesak semakin kuat sejak sekitar 4 hari yang lalu atau
tepatnya tanggal 9 Desember 2020. Keluhan sesak napas kadang diikuti dengan dada terasa nyeri.
Pasien juga mengeluhkan adanya batuk sudah sejak ± 1 tahun, batuk berdahak (+), berwarna putih
dan kadang ada bercak berwarna merah. Saat ini pasien mengeluhkan batuknya semakin memberat.
Pasien juga mengeluhkan bahwa tubuhnya terasa lemah, nafsu makan menurun, dan badan dirasakan
semakin kurus.Pasien mengatakan bahwa ia tidak dapat melihat dan hanya dapat melihat bercas
cahaya. Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak bertahun-tahun yang lalu. Mual (-), muntah (-),
pusing (-), demam (+) hilang timbul, penurunan nafsumakan (+), penurunan berat badan (+), keringat
malam hari (-), kebiasaan merokok (+) sejak muda sekitar 1 bungkus perhari, namun sudah berhenti
sejak 2 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit dahulu :

 Hipertensi (+) tidak terkontrol. Diabetes melitus , asma, penyakit jantung dan
riwayat konsumsi OAT juga disangkal.Riwayat pribadi :
Riwayat penyakit keluarga :

 Tidak ada pihak keluarga yang mengalami hal yang sama seperti yang dialami
oleh pasien.

Riwayat Sosial Ekonomi :

 Saat ini pasien sudah tidak bekerja melainkan hanya seorang ibu rumah tangga.
Dulu sekatu muda, pasien bekerja sebagai seorang petani.

A. PEMERIKSAAN FISIK
 
STATUS PRESENS
 
Keadaan Umum : Baik
Keadaan Sakit : Tampak Lemah
Kesadaran : CM, E4M6V5
 
Tanda Vital
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 94x/i, reg, t/v cukup
Pernapasan : 32 x/i
Temperatur : 36,0°C (axilla)
KULIT : Warna Kulit Sawo Matang , Sianosis (-), Turgor Kulit Normal
KEPALA : Bentuk Normocephal, Simetris, Nyeri Tekan (-)
MATA : Pupil Bulat, Isokor, 3/3 mm, Refleks Cahaya (+/+),
Konjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-)
TELINGA : Sekret (-)
HIDUNG : Sekret (-), Deviasi Septum (-)
MULUT : Bibir Sianosis (-), Lidah Kotor (-), Selaput Putih (-)
LEHER : pembesaran limfanodi daerah supraklavikula (-/-), kaku kuduk
(-/-), deviasi trakea (-/-), bedungan JVP (-)
THORAX : bentuk dada normal, sela iga tidak melebar

PARU
- Inspeksi : statis : simetris
dinamis : simetris saat bernafas (ka=ki), tidak ada
yang tertinggal
- Palpasi : fremitus taktil simetris
- Perkusi : sonor dikedua lapang paru
- Auskultasi : suara napas dasar vesikuler , ronki (+/+), wheezing (-/-)
JANTUNG
- Inspeksi : ictus cordis terlihat di SIC VI
- Palpasi : ictus cordis teraba di SIC VI
- Perkusi :
Batas atas : SIC III garis midklavikula sinistra
Batas kanan : SIC V garis para sternalis dekstra
Batas kiri : SIC VI garis midklavikula sinistra
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular tunggal, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN
- Inspeksi :bentuk simetris, venektasi (-)
- Palpasi :nyeri tekan (-)
- Perkusi :timpani pada ke empat kuadran, asites (-)
- Auskultasi :bisingususnormal
Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-/-), sianosis (-), Capillary Refill Time
< 2 detik.
A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Rhontgen Thorax
 EKG : Sinus Rhytme
 Laboritorium

Eritrosit : 4,22

Hematokrit : 31,8 % (N: 35,0-55,0%)

Trombosit : 250.000 (N:100.000-400.000)

Hb : 12,2 g/dL (N: 11,5-16,5 g/dL)

Leukosit : 13,9 (N:3,5-10)

Ureum : 22,6 mg/dL (10-50 mg/dL)

Kreatinin : 0,7 mg/dL ( 0,5-1,2 mg/dL)

GDS : 108 mg/dL (70-150 mg/dL)

Kolesterol : 141 mg/dL ( 0-200 mg/dL)

Trigliserida : 75 mg/dL (0-200 mg/dL)

HDL : 67 mg/dL (0-65 mg/dL)

LDL : 59 mg/dL (0-150 mg/dL)

Kesan : Cor tak membesar. Operasi inhomogen pada SGOT : 13,9 U/L (0-38)
parakardial kanan suspek massa.
SGPT : 17,3 U/L (0-41)
RESUME

Pasien perempuan 60 tahun datang dengan keluhan utama sesak napas. Sesak napas dirasakan
sejak sekitar 3 bulan yang lalu, sesak semakin hebat sejak sekitar 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Sesak napas kadang diikuti dengan nyeri dada. pasien juga mengeluhkan adanya batuk sejak 1 tahun
yang lalu, berdahak, berwarna putih dan kadang terdapat bercak darah warna merah. Pasien juga
mengeluhkan bahwa tubuhnya terasa lemah, nafsu makan menurun, dan badan dirasakan semakin
kurus.

Pasien mengatakan bahwa ia tidak dapat melihat dan hanya dapat melihat bercas cahaya.
Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak bertahun-tahun yang lalu. Mual (-), muntah (-). pusing (-).
demam (+) hilang timbul, penurunan nafsu makan (+). penurunan berat badan (+), keringat nmalam
hari (-), kebiasaan merokok (+) sejak muda sekitar 1 bungkus perhari, namun sudah berhenti sejak 2
tahun yang lalu.

Riwayat Hipertensi (+) tidak terkontrol. Diabetes melitus , asma, penyakit jantung dan riwayat
konsumsi OAT juga disangkal serta tidak ada pihak keluarga yang mengalami hal yang sama seperti
yang dialami oleh pasien.

Hasil pemeriksaan fisik ditemukan adanya ronkhi +/+ dan lainnya dalam batas normal. Hasil
laboratorium dalam batas normal. Hasil foto thorak PA ditemukan adanya opasitas inhomogen pada
parakardial kanan suspek massa paru.
DIAGNOSIS

Diagnosis : Susp. Tumor Paru

TATALAKSANA

Non Medikamentosa :

- Istirahat dan mengurangi aktivitas berlebih


- Tirah baring
- Terapi cairan RL, Dextrose 5%
- Terapi nutrisi (tinggi kalori tingi protein, makanan berserat)
- O23Ipm nasal kanul, bila sesak bertambah berat diganti dengan masker

Medikamentosa : - Konsul spesialis mata

- Inj. Ceftriaxone 1gr/8jam IV


- Inj. Dexamethason 1amp/8jam IV
PROGNOSIS
- Inj. Ranitidin 1 amp/8jam IV
- Inj. Kalnex 1 amp/8jam IV Ad vitam : dubia ad malam
- Aminophilin 3x1 PO Ad functionam : dubia ad malam

Salbutamol Ad sanactionam : dubia ad malam

Gliseril glikolat

- Ulsafat 1cth/8jam IV
PEMBAHASAN

Seorang perempuan 60 tahun datang dengan keluhan sesak napas. Sesak napas dirasakan sejak sekitar 3
bulan yang lalu, sesak semakin hebat sejak sekitar 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas kadang diikuti
dengan nyeri dada. pasien juga mengeluhkan adanya batuk sejak 1 tahun yang lalu, berdahak, berwarna putih dan
kadang terdapat bercak darah warna merah. Pasien juga mengeluhkan bahwa tubuhnya terasa lemah, nafsu makan
menurun, dan badan dirasakan semakin kurus. Pasien mengatakan bahwa ia tidak dapat melihat dan hanya dapat
melihat bercas cahaya. Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak bertahun-tahun yang lalu.

Keluhan mual, muntah dan pusing disangkal, adanya demam yang hilang timbul, adanya penurunan nafsu
makan dan penurunan berat badan, sedangkan adanya keringat malam hari juga disangkal. Pasien mengaku
memiliki ebiasaan merokok sejak muda sekitar 1 bungkus perhari, namun sudah berhenti sejak 2 tahun yang lalu.

Pasien tampak sakit ringan dan terlihat lemah. pada pemeriksaan paru didapatkan hasil bahwa pada keadaan
statis maupun dinamis kedua dada masih terlihat simetris. Pada auskultasi didapatkan suara dasar vesikuler
disertai dengan suara napas tambahan rhonki pada lapang paru kanan dan kiri.

Pada follow up yang dilakukan selama pasien di rawat di rumah sakit didapatkan pada anamnesis keluhan
batuk dan sesak serta kelemahan tubuh pada pasien yang menetap dan cenderung memberat. Pasien merasa
semakin lemah dan sulit berkati fitas meskipun untuk kebutuhan sendiri seperti makan. minum ataupun ke toilet.
Pasien mengalami penurunan nafsu makan namun BAB dan BAK masih seperti biasa.
Dari foto toraks didapatkan gambaran adanya perselubungan inhomogen pada pada
parakardial kanan suspek massa. Pada pasien ini belum adanya dilakukan pemeriksaan
histopatologi sehingga belum diketahui apakah termasuk kedalam keganasan atau tidak.

Pada pasien ini, usia merupakan faktor risiko terjadinya keganasan pada paru.
Kemungkinan seseorang untuk mendapatkan kanker paru pada pria dimulai di usia 40 tahun
dan akan meningkat pada usia 75 tahun. Pada wanita insiden lebih kecil tetapi mengikuti pola
yang sama, mulai terkena di usia 40 dan mencapai puncak di usia 70 tahun dengan rata-rata
penderita 155 orang / 100.000 penduduk. Lebih kurang 75% kanker paru sudah bermanifestasi
pada decade kelima sampai keenam dari umur penderita.

Faktor risiko terbesar untuk terjadinya kanker paru sampai saat ini adalah tembakau.,
dimana lebih dari 80% kanker paru ditemukan pada perokok dan insidennya 10 kali lebih
besar dibandingkan bukan perokok. Pada pasien ini memiliki riwayat merokok yaitu sejak usia
muda sekitar bungkus perhari. Namun pasien mengaku sudah berhenti merokok sejak dua
tahun yang lalu.
Gejala sesak napas yang dialami pasien disebabkan tumor yang berada
intrapulmoner menekan saluran napas serta dapat menyebabkan atelektasis dan
penurunan faal paru. Sesak napas terjadi karena refleks neurogenik paru dan
dinding dada karena penurunan keteregangan (compliance) paru, penurunan volume
paru ipsilateral, pendorongan mediastinum ke arah kontralateral dan penekanan
diafragma ipsilateral. Sesak napas juga terjadi karena berkurangnya kemampuan
meregang otot inspirasi akibat terjadi restriksi toraks oleh cairan jika terdapat
adanya efusi pleura. Nyeri dada mengisyaratkan adanya keterlibatan pleura
parietalis, dan dirasakan saat inspirasi. Batuk terjadi karena adanya berbagai
rangsangan pada reseptor batuk intratoraks antara lain terdapat di bronkus. Batuk
merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan oleh penderita kanker paru (70%
- 90% kasus).
Gejala tidak spesifik seperti penurunan berat badan dan
penurunan nafsu makan merupakan gejala paraneoplastik sering
ditemukan pada penderita dengan karsinoma paru. Untuk menilai stadium
dari suatu keganasan diperlukan penilaian TNM sebagai berikut.
T1 Tumor dengan garis tengah terbesar T3 Tumor sebarang ukuran,
Tidak melebihi 3 cm, dikelilingi oleh dengan perluasan langsung
 
jaringan paru atau pleura viseral
pada dinding dada (termasuk
dan secara bronkoskopik invasi tidak
tumor sulkus superior),
lebih proksimal dari bronkus lobus
(belum sampai ke bronkus utama). diafragma, pleura
Tumor supervisial sebarang ukuran mediastinum atau tumor
dengan komponen invasif terbatas dalam bronkus utama yang
pada dinding bronkus yang meluas jaraknya kurang dari 2 cm
ke proksimal bronkus utama.
sebelah distal atau tumor
yang berhubungan dengan
T2 Setiap tumor dengan ukuran atau
perluasan sebagai berikut :
atelektasis atau pneumonitis
obstruktif seluruh paru.
 Garis tengah terbes ar lebih dari
T4 Tumor sebarang ukuran yang
dari 3 cm
 Mengenai bronkus utama sejauh 2 mengenai mediastinum atau
cm atau lebih distal dari karina, jantung, pembuluh besar,
dapat mengenai pleura visceral trakea, esofagus, korpus
 Berhubungan dengan atelektasis vertebra, karina, tumor yang
atau pneumonitis obstruktif yang
disertai dengan efusi pleura
meluas ke daerah hilus, terapi
ganas atau tumor satelit nodul
belum mengenai seluruh paru.
ipsilateral pada lobus yang sama
Kelenjar getah bening
N M Metastasis (anak
regional (KGB)

Nx Kelenjar getah bening tak Mx sebar) jauh


dapat dinilai
N0 M0 Metastasis tak
Tak terbukti keterlibatan
dapat dinilai
N1 kelenjar getah bening M1
Metastasis pada kelenjar Tak ditemukan
  getah bening peribronkial
dan/atau hilus ipsilateral,
metastasis jauh
N2
termasuk perlua san tumor
Ditemukan
  secara langsung

Metastasis pada kelenjar


metastasis jauh.
N3 getah bening mediastinum Metastatic tumor
ipsilateral dan/atau KGB
subkarina
nodule (s) ipsilateral
Metastasis pada hilus atau di luar lobus tumor
mediastinum kontralateral primer dianggap
atau KGB
sebagai M1
Occult Tx N0 Pengobatan tumor paru adalah combined modality therapy (multi modality terapi).
M0
Carcinoma Kenyataa nnya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya diharapkan pada
  jenis histologist, derajat dan tampilan pasien saja tetapi juga kondisi non medis
0
Tis N0 seperti fasilitas yang dimiliki rumah sakit dan ekonomi pasien juga merupakan
1A
M0 faktor yang sangat menentukan.
1B
T1 N0 Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah bersifat suportif dan
IIA
M0 berdasarkan gejala diantaranya adalah antibiotik ceftriaxone diberikan untuk
IIB kemungkingkinan adanya infeksi pada parenkim paru yang ditandai dengan adanya
T2 N0
  M0 bunyi rhonki pada pemeriksaan auskultasi, yang disertai dengan pemberian
ranitidin untuk mencegah adanya gejala nyeri lambung akibat peningkatan sekresi
  T1 N1
M0 asam lambung. Pemberian dexamethason diberikan untuk menangani keluhan sesak
IIIA
napas pada pasien sedangkan pemberian kalnex untuk mengatasi keluhan batuk
T2 N1
  dengan bercak darahnya. Secara oral, pasien juga diberikan racikan untuk keluhan
M0
  batuk serta ulsafat sirup sebagai proteksi lambung.
T3 N0
IIIB M0 KESIMPULAN

  T1 N2 Seorang perempun, 60 tahu, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

IV M0 dan pemeriksaan penunjang sederhana berupa foto rontgen thorax didapatkan


diagnosis kerja adanya suspek tumor paru.
T2 N2
M0 Penatalaksanaan yang dapat diberikan yaitu berupa pengobatan supuratif
dan pengobatan berdasarkan keluhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai