Anda di halaman 1dari 19

MELAWAN HUKUM DALAM HUKUM

PIDANA
Prof. Dr. Komariah Emong Sapardjaja, S.H.
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
• Melawan hukum = perbuatan yang
bertentangan dengan hukum.
• Hukum lebih luas dari pada Undang-undang.
• Dalam hukum pidana  setelah melalui
sejarah yang panjang :
• Strafrecht is overheids monopolie
• Pasal 1 ayat (1) KUHP = asas legalitas 
melawan hukum = melawan UU Pidana
• Arti melawan hukum :
• Dalam kepustakaan secara klasik disebut:
- Bertentangan dengan hak subyektif orang lain;
- Bertentangan dengan kewajiban hukum orang
yang berbuat;
- Bertentangan dengan kesusilaan.
• Dalam hukum pidana : bagi Indonesia
melawan hukum juga bertentangan dengan
nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat -> hukum adat yg merupakan
hukum asli bangsa Indonesia.
• Hukum tidak tertulis -> pasal 2 RKUHP
• Merupakan unsur mutlak bagi terjadinya suat tindak
pidana (Moelyatno)
• Unsur yang secara diam-diam harus selalu ada dalam
tindak pidana.
• Pasal RKUHP – pasal 12 (ayat 2) : “ Untuk dinyatakan
sebagai tindak pidana perbuatan yang diancam
dengan pidana oleh praturan perundang-undangan,
harus juga bersifat melawan-hukum atau
bertentangan dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat”.
• Melawan hukum terletak dalam bidang tindak
pidana yaitu yang berkenaan dengan
perbuatan orang perorangan atau korporasi.
• Pasal 12 ayat (3) : “ Setiap tindak pidana selalu
dipandang bersifat melawan hukum, kecuali
ada alasan pembenar”.
• Alasan pembenar : RUHP – paragraf 8 : pasal
32 s/d 36
• Mohon perhatian : pasal 36 RKUHP :”
Termasuk alasan pembenar adalah tisak
adanya sifat melawan hukum sebagaimana
dimaksud dalam pasal 12 ayat (2);
• Berarti dianut alasan pembenar di luar
undang-undang -> ajaran sifat melawan
hukum materiel.
• Secara ringkas :
• Tindak pidana adalah :
- Ada perbuatan yang dilanggar dan telah diatur
dalam perundang-undangan pidana (pasal 1 ayat
(1) dan pasal 2 RKUHP;
- Ada perbuatan melawan hukum;
- Tidak ada alasan pembenar – baik yang terdapat
dalam Undang-undang maupun di lur undang-
undang.
• Perumusan melawan hukum dalam undang-
undang :
- Dicantumkan secara tegas dalam rumusan
delik -> facet = khusus;
- Tidak dicantumkan secara tegas -> ingat
Moelyatno, Hazewinkel Suringa, RKUHP.
• Apakah facet ?
• Gambar
• Terjemahan dalam bahasa Indonesia
bertujuan untuk memberi kekhususan
pencantuman unsur melawan hukum dalam
rumusan delik.
• Tujuan: melindungi perbuatan seseorang
karena haknya.
• Unsur melawan hukum :
• -> dicantumkan secara tegas dalam rumusan
delik :
= disebut bagian delik = bestand deel -> harus
dibuktikan oleh JPU -> tidak terbukti : bebas
• Tidak dicantumkan secara tegas : = element =
elemen = tidak perlu dibuktikan karena :
• Setiap tindak pidana harus melawan hukum
• Moelyatno : unsur mutlak bagi adanya perbuatan
pidana
• Hazewinkel Suringa : unsur diam-diam yang
harus ada dalam setiap tindak pidana.
• Tidak terbukti : lepas dari segala tuntutan hukum
• Mengapa unsur mutlak ?
- Pasal 1 ayat 1 KUHP = asas legalitas
• Mengapa harus dicantumkan secara tegas
dalam rumusan delik ?
• Supaya orang yang menggunakan haknya
terlindungi dari ancaman delik tersebut : misal
pasal 362 KUHP. delik pengrusakan, delik
penganiayaan, dll
• Caranya : merugikan keuangan negara/
perekonomian negara
• Dalam Tipikor khususnya pasal 2 :
• Secara melawan hukum memperkaya diri
sendiri, orang lain, atau suatu korporasi ...
• Tujuan : melindungi seseorang yang menjadi
kaya secara tidak melawan hukum,
• Melindungi seseorang yang menjadikan orang
lain kaya tidak secara melawan hukum,
• Sda korporasi
• Lihat penjelasan pasal 2 ayat (1)UU N0.31 tahun
1999 (walaupun sdh dinyatakan tidak berlaku oleh
Putusan MK) : “ agar dapat menjangkau berbagai
modus operandi penyimpanga keuangan negara
atau perekonomian negara yang semakin canggih
dan rumit, maka tindak pidana yang diatur dalam
Undang-undang ini dirumuskan sedemikian rupa
sehingga meliputi perbuatan-perbuatan memperkya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
secara melawan hukum .....
• Pasal 2 : delik formil -> terbukti apabila
memenuhi seluruh unsur delik;
• Bukan delik meteriel (tapi diperdebatkan)
• Sifat melawan hukum (wederrechtelijkheid)
-> formil dan materiel
-> yang formil : karena ada pasal1 ayat (1)
-> yang mareriel : alasan penghapus pidana ( di
Indonesia masih berlakunya hukum tidak
tertulis) -> tidak boleh diberlakukan secara
positif : pasal ... UU Kehakiman

Anda mungkin juga menyukai