Anda di halaman 1dari 41

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PENYUSUNAN SURAT DAKWAAN DAN SURAT TUNTUTAN


PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

PUSDIKLAT BALITBANG KUMDIL MA-RI


SABTU, 14 Mei 206
SURAT DAKWAAN DAN SURAT TUNTUTAN
PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
RIWAYAT SURAT DAKWAAN.
 Indonesia negara hukum (Psl. 1(3) UUD’ 45)
 Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang untuk bertindak sebagai
penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan, dst. (Psl. 1(1) UU 16
Th.2004)
 Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang untuk melakukan
penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim (Psl.1 angka 6 b KUHAP)
 Penuntutan, adalah tindakan penuntut umum utk melimpahkan perkara ke PN
dg permintaan spy diperiksa & diputus oleh hakim di sidang pengadilan.(Psl. 1
angka 7 KUHAP)
 Sejarah pembuatan surat dakwaan, pada jaman HIR disebut surat tuduhan ,
dibuat oleh Ketua Pengadilan yg dituangkan dlm acte van verwijzing sbg dasar
pemeriksaan di Pengadilan.
Dengan UU No.15 th.1961 ,surat tuduhan dibuat oleh Jaksa, bila kurang penuhi
syarat, Jaksa wajib perhatikan saran Hakim untuk memperbaiki.
dengan berlakunya KUHAP, Penuntut Umum mandiri dan berwenang membuat
surat dakwaan.
PENGERTIAN SURAT DAKWAAN

1. Merupakan Akta
2. Dibuat oleh Penuntut Umum
3. Memuat perumusan secara singkat tetapi jelas mengenai
tindak pidana yang didakwakan
4. Rumusan bersumber dan ditarik dari hasil
pemeriksaan penyidikan (bukan resume penyidik)
5. Sebagai dasar pemeriksaan di sidang pengadilan
6. Sebagai dasar Penuntut Umum mengajukan tuntutan pidana
dan Hakim mengambil keputusan
DASAR HUKUM
PEMBUATAN SURAT DAKWAAN
1. Psl. 14d KUHAP Wewenang membuat surat dakwaan.

2. Psl. 137 KUHAP. Wewenang melakukan penuntutan.

3. Psl. 140(1) KUHAP. Surat dakwaan dibuat apabila PU


berpendapat bhw dari hasil penyidikan
dapat dilakukan penuntutan.

• Catatan :
• Surat dakwaan merupakan penataan konstruksi yuridis atas fakta-fakta hasil
penyidikan dg cara merangkaikan perpaduan antara fakta perbuatan dg unsur-unsur
tindak pidana dalam UU.
FUNGSI SURAT DAKWAAN
HAKIM PENUNTUT UMUM TERDAKWA/PH.
-Sbg. Dasar dan Sbg. dasar : Sbg.dasar untuk
sekaligus pembuktian/ana-lisa mempersiapkan
membatasi yuridis; pembelaan.
ruling tuntutan pidana;
pemeriksaan. Upaya hukum.
-Sbg.dasar
pertimbangan
dalam
memutuskan.-
KETERPADUAN
TERHADAP FUNGSI SURAT DAKWAAN

ARAH PERTANYAAN PADA


ADA/TIDAKNYA KAITAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
BAGI TERDAKWA

TIDAK MENGARAHKAN PADA HAL-HAL AGAR TIDAK


TERBUKTI
SYARAT SURAT DAKWAAN

Pasal 143 ayat (2) KUHAP :


a. Syarat pembuatan akta / surat resmi :
- diberi tanggal dan ditanda tangani

b. Uraian lengkap identitas terdakwa


c. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak

pidana yang didakwakan


d. Dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu

dilakukan
TATA CARA PEMBUATAN
SURAT DAKWAAN
Yang perlu diperhatikan Sebelum Menyusun
Surat Dakwaan :
• Surat Dakwaan dirumuskan dari hasil penyidikan

• Yang berwenang melakukan penyidikan

• Pasal tindak pidana yang didakwakan

• Fakta perbuatan / kejadian mendukung semua unsur delik

• Bukti-bukti yang mendukung fakta / unsur

• Bukti-bukti diperoleh dari alat bukti yang sah


Persiapan Pembuatan
Surat Dakwaan

1. Penelitian Berkas perkara


2. Menelaah Ketentuan Hukum
Pidana
3. Pemilihan Bentuk Surat Dakwaan
4. Matrik Surat Dakwaan
5. Diskusi Surat Dakwaan
6. Konsep Surat Dakwaan
Penelitian Berkas Perkara
• Focus terpenuhinya kelengkapan formil
dan materiil utk mengetahui apakah fakta-
fakta memenuhi rumusan surat dakwaan

• Identifikasi / inventarisasi :
– alat-alat bukti memiliki keabsahan dan
kekuatan pembuktian
– kelemahan utk siapkan fakta-fakta yg mantap
dan akurat guna antisipasi kendala yg timbul
dlm pembuktian
Menelaah
Ketentuan-Ketentuan Pidana
• Guna menetapkan ketentuan pidana yg
paling mantap dan tepat utk diterapkan
dlm dakwaan, setelah :
Diperoleh kepastian tentang :
– Pelaku tindak pidana
– Kualifikasi dan ketentuan pidana yg akan
didakwakan
– Akibat dari tindak pidana
– Motif terdakwa melakukan tindak pidana
Pemilihan Bentuk
Surat Dakwaan

• Setelah diidentifikasi :
– Jenis
– Sifat
– Ketentuan yang dilanggar

• Pilih bentuk Surat Dakwaan yg


paling tepat utk tindak pidana yg
dilakukan terdakwa.
BENTUK DAKWAAN

1. Dalam hal Penuntut Umum ragu apakah Pasal 2 ayat (1)


ataukah Pasal 3 UU No. 31 tahun 1999 maka untuk kepentingan
pembuktian seyogyanya disusun dalam bentuk alternatif, lagi
pula kedua pasal ini saling mengecualikan
2. Akan tetapi kalau disusun secara subsidiair juga tidak
salah,
hanya harus membuktikan lebih dahulu dakwaan primair
3. Dalam hal terdakwanya orang swasta, lebih tepat
didakwakan
Pasal 2, sedang pegawai negerinya atau Penyelenggara
Negara didakwakan Pasal 3
4. Dalam hal Penuntut Umum ragu apakah Pasal 12.a atau
Pasal
11 UU No. 20 tahun 2001, maka surat dakwaan disusun
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan surat dakwaan

• Pengertian perbuatan (feit)


• Penggunaan istilah lapisan dakwaan
• Uraian dalam masing-masing dakwaan
• Penggabungan dakwaan tindak pidana khusus
dan tindak pidana umum
Matrik Surat Dakwaan
• Sebelum merumuskan Surat Dakwaan

• Buat matrik yang menggambarkan :


– Kualifikasi delik
– Pasal yg dilanggar
– Unsur tindak pidana
– Fakta-fakta perbuatan
– Alat bukti yg mendukung (+ barang bukti)
Pengertian perbuatan (feit)

• Perbuatan dari sudut “materiele feiten”


– “Menselijke handeling”

• Perbuatan ditinjau dari unsur-unsurnya


– Unsur obyektif : berkenaan dg bentuk, jenis, sifat
tindak pidana
– Unsur subyektif : menyangkut diri pelaku –
menyangkut pertanggungjawaban pidana
Syarat-Syarat Surat Dakwaan
1. Syarat Formal (Pasal 143 (2) a KUHAP)
• Tanggal
• Ditandatangani
• Identitas Terdakwa

2. Syarat Materiil (Psl,143(2) b KUHAP)


1. Uraian cermat, jelas, lengkap
(CERJELENG) tindak pidana
2. Waktu dan tempat
Uraian dalam masing-masing lapisan
dakwaan
• Jangan sampai terjadi :
– Uraian bertentangan satu dengan yang lain
– Bentuk tidak sesuai dengan hasil penyidikan
– Hanya menunjuk uraian terdahulu
– Menggabungkan uraian tindak pidana yang berbeda
– Menggabungkan APC dengan APB
– Ketidak jelasan kualitas/peranan terdakwa, utamanya dlm
penyertaan.
BENTUK DAKWAAN
SEBAGIAN PIHAK
-Tunggal MEMANDANG PASAL 2
-Subsidiair AYAT (1) DAN PASAL 3
TIDAK SEJENIS SEHINGGA
-Alternatif FORMULASI DAKWAAN
-Kumulatif BERBENTUK ALTERNATIF
-Kombinasi
FORMULASI DAKWAAN
PASAL 2 AYAT (1)
DAN PASAL 3 UU DALAM Primair : Ps. 2
NOMOR 31 TAHUN BENTUK ayat (1) Subsidiair
1999 JO UU NOMOR SUBSIDIARITAS : Ps.3
20 TAHUN 2001

ALASAN

1. Pasal 2 (1) dan Pasal 3 adalah delik yang sejenis hanya saja cakupan
Surat JAM Pidsus “Unsur Melawan Hukum” dalam Pasal 2 (ayat (1) lebih luas dari unsur
Nomor : “Menyalahgunakan wewenang dala Pasal 3.
B-209/F/Ft.1/1/2009
2. Secara historis Pasal 2 Ayat (1) normanya berasal Pasal 1 (1) huruf a UU
tanggal 30 Januari No. 3 Tahun 1971 dan Pasal 3 bersal dari Pasal 1 ayat (1) huruf b,
2009 formulasi dakwaannya tidak pernah alternatif.

20
URAIAN TINDAK PIDANA YANG DIDAKWAKAN

1. Tidak harus merumuskan unsur delik yang didakwakan


kemudian baru diikuti dengan rumusan perbuatan,
kejadian atau fakta yang mendukung unsur delik.
2. Kalau tetap memasukkan maka tidak semua unsur delik
alternatif dimasukkan, akan tetapi cukup yang
didukung oleh fakta
3. Kalau tetap memasukkan unsur delik, maka uraian
fakta, perbuatan dan kejadian setelah kata : “ yaitu
dengan cara-cara sebagai berikut” , tetap harus
diuraikan secara sempurna sehingga tidak ada unsur
delik yang tertinggal.
4. Lebih baik unsur delik tidak diuraikan akan tetapi fakta
yang mendukung setiap bagian inti delik telah
diuraikan singkat jelas tapi sempurna.
5. Uraian fakta perbuatan tidak sekaligus dibuktikan
dengan bukti-bukti surat atau bukti keterangan ahli
dalam dakwaan.
URAIAN PASAL TINDAK KORUPSI YANG DIDAKWAKAN

1. Meskipun pasal tindak pidana yang didakwakan bukan merupakan syarat


sah surat dakwaan namun tetap harus dicantumkan dalam bagian akhir
dakwaan
2. Penyebutan pasal yang didakwakan harus memenuhi rumusan tindak pidana
yang didakwakan
3. Pasal yang dijunctokan (jo) dengan pasal tindak pidana yang didakwakan,
contoh :
- Pasal ……….., jo Pasal 53 KUHP
- Pasal ……….., jo Pasal 55 ayat (1) ke 2 KUHP
- Pasal ……….., jo Pasal 56 ayat (2) KUHP
- Pasal ……….., jo Pasal 64 KUHP
4. Pasal yang tidak harus dijunctokan, contoh :
- Pasal ……….., jo Pasal 65 ayat (1) KUHP dalam hal dakwaan disusun dalam
bentuk kumulasi, kecuali disusun dalam bentuk tunggal.
- Pasal ……….., jo Pasal 34 c UU No. 3 Tahun 1971
- Pasal ……….., jo Pasal 18 ayat (1) b UU No. 31 tahun 1999
Pasal-pasal tersebut bukan tindak pidana dan tidak
dirumuskan, dalam surat dakwaan
KORESKSI SURAT DAKWAAN
Setelah Surat Dakwaan Selesai :

- Teliti kembali apakah :

• Syarat telah terpenuhi

• Pasal sangkaan sudah tepat

• Bentuk dakwaan telah benar

• Semua unsur telah didukung


dengan fakta
Perubahan Surat Dakwaan

• Untuk sempurnakan dakwaan agar memenuhi syarat


formil + materiil
• Tidak dibatasi sepanjang dari hasil penyidikan
• Waktu :
– Setelah perkara dilimpahkan
– Sebelum penetapan hari sidang
– Atau 7 hari sebelum sidang dimulai
• Distribusi : PN, Penasehat Hukum/Terdakwa
IDENTIFIKASI KELEMAHAN/KEGAGALAN SURAT
DAKWAAN

1.KELEMAHAN DALAM PENYIDIKAN.


2.KELEMAHAN DALAM PRA PENUNTUTAN.
3.TIDAK JELAS :
- Uraian perbuatan kesalahan sbg unsur yg
didakwakan;
- Peran terdakwa dalam pertanggungjawabannya.

4. URAIAN DAKWAAN BERLAPIS


5. DIBUAT COPY PASTE.
SURAT TUNTUTAN
PERKARA
TINDAK PIDANA KORUPSI

27
TUNTUTAN PIDANA
Dasar hukum Pasal 182 ayat (1) KUHAP

•Tuntutan pidana harus disusun dari hasil pemeriksaan di sidang


pengadilan

• Fakta sidang harus diperoleh dari alat bukti yang sah

• Nilai kebenaran masing-masing alat bukti

• Fakta hukum diperoleh dari persesuaian alat bukti yang satu


dengan alat bukti yang lain

• Pembuktian unsur delik didasarkan atas fakta hukum yang


diperoleh di sidang pengadilan
Fungsi Surat Tuntutan
• Pertanggungjawaban PU kepada negara, Pemerintah
(Pimpinan), masyarakat terhadap perkara yang
ditanganinya
• Sebagai bahan yang penting bagi hakim dalam
pertimbangan putusannya
• Bagi terdakwa merupakan hal yang menentukan bagi
nasibnya
• Bagi PU sebagai landasan tuntutannya dan tolok ukur
upaya hukum
KETERPADUAN
TERHADAP FUNGSI SURAT TUNTUTAN

MERUMUSKAN APAKAH :
1. PERISTIWA YANG MELIBATKAN TERDAKWA TSB.
MERUPAKAN SUATU TINDAK PIDANA.
2. ADA KESALAHAN PADA DIRI TERDAKWA.
3. ADA PERTANGGUNGJAWABAN BAGI TERDAKWA.

RASA KEADILAN MASYARAKAT


DG MUATAN KEARIFAN LOKAL.
TUNTUTAN PIDANA
DASAR HUKUM :
Dasar Hukum : Pasal 182 ayat ( 1 ) a KUHAP; setelah pemeriksaan selesai Penuntut
Umum mengajukan tuntutan pidana.
Syarat : Pasal 182 ayat ( 1 ) c; diajukan secara tertulis
Muatan :
Sesuaikan dengan syarat sah putusan pemidanaan :
1. Kepala Tuntutan
2. Identitas lengkap terdakwa
3. Dakwaan yang tercantum dalam surat dakwaan
4. Fakta dan analisis fakta dan keadaan yang diperoleh dari
alat pembuktian dari hasil pemeriksaan di sidang
5. Pernyataan telah terpenuhinya semua unsur delik yang
didakwakan disertai kualifikasinya
6. Pernyataan kesalahan dan pertanggungjawaban pidana
terhadap terdakwa
7. Pernyataan pemidanaan dan tindakan yang harus
dijatuhkan
8. Pernyataan supaya terdakwa ditahan, atau tetap dalam
tahanan atau dibebaskan
9. Perintah membayar biaya perkara dengan menyebutkan
jumlahnya
10. Hal yang beratkan dan yang meringankan
11. Pasal perundang-undangan yang menjadi dasar
pemidanaan dan tindakan dan yang menjadi dasar hukum
dari tuntutan pidana
12. Amar Tuntutan
13. Diberi tanggal dan ditandatangani
SISTEMATIKA SURAT TUNTUTAN :
I. KEPALA TUNTUTAN
II. PENDAHULUAN
III. FAKTA SIDANG
IV. ANALISIS FAKTA
V. ANALISIS YURIDIS
VI. TUNTUTAN ( MENUNTUT )
VII. PENUTUP

I. Muatan Kepala Tuntutan


1. Kejaksaan Negeri yang mengajukan tuntutan pidana
2. Demi Keadilan Dan Kebenaran Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa
3. Tuntutan Pidana dan Nomor Perkara

II. Muatan Pendahuluan


1. Prakata
2. Latar Belakang
3. Identitas Terdakwa ( Lengkap )
4. Status Tahanan
5. Dakwaan ( Sesuai Surat Dakwaan )
6. Nomor/Tanggal Surat Pelimpahan Perkara dan Surat
Penetapan Hakim
III. Muatan Fakta Sidang :
Fakta sidang diperoleh dari :
1. Keterangan saksi ( a charge / a de charge )
2. Keterangan ahli
3. Keterangan terdakwa
4. Surat (dokumen/pembukuan ,dll)
5. Barang bukti.

IV. Muatan Analisis Fakta.


1. analisa keabsahan masing-masing jenis alat bukti.
2. Analisis persesuaian alat bukti antara satu dengan yang lain.
3. Fakta hukum yg diperoleh dari persesuaian alat bukti yg satu
dg yg lain.
V. Muatan Analisis Yuridis
1. Analisis masing-masing Unsur Delik yang didakwakan
dengan memperhatikan bentuk dakwaan
2. Pernyataan telah terpenuhinya semua unsur delik
disertai kualifikasinya
3. Pernyataan kesalahan dan pertanggungjawaban pidana
terhadap terdakwa
4. Pernyataan pidana dan tindakan yang harus dijatuhkan
berupa :
a. Pidana penjara dan denda
b. Pidana tambahan perampasan barang bukti yang
digunakan, diperoleh, hasil atau yang ada
hubungan langsung dengan tindak pidana
c. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya
sama dengan harta yang diperoleh dari korupsi,
kalau tidak dibayar harta bendanya disita dan
dijual lelang dan kalau tidak ada / tidak cukup
diganti dengan pidana penjara
d. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan
tertentu
e. Pencabutan seluruh atau sebagian hak - hak
tertentu atau keuntungan tertentu
( dalam tindak pidana korupsi )
f. Dengan dikurangkan selama ditangkap dan ditahan
5. Pernyataan barang bukti atau Surat dikembalikan kepada
orang tertentu atau dilampirkan dalam berkas perkara
6. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap ditahan
atau dibebaskan
7. Perintah membayar biaya perkara dengan menyebut-
kan jumlahnya
8. Hal-hal yang memberatkan dan meringankan
9. Pasal perUndang-Undangan yang menjadi dasar
pemidanaan / tindakan dan yang menjadi Dasar Hukum
dari tuntutan pidana
VI. Muatan Tuntutan

1. Menuntut supaya terdakwa dinyatakan terbukti secara


sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana ( sebutkan
kualifikasi deliknya )
2. Dan seterusnya disesuaikan dengan analisis pernyataan
pada butir 4 s/d butir 7 angka V di atas.
(tidak ada hal yang dituntut tanpa analisis sebelumnya)

VII. Muatan Penutup

1. Menyebutkan hari dan tanggal pembacaan tuntutan


pidana
2. Diberi tanggal dan ditandatangani Penuntut Umum
YANG MEMBEDAKAN TUNTUTAN PIDANA
DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

PIDANA POKOK :
DIMUNGKINKAN KOMULATIF PENJARA DAN
DENDA DENGAN SUBSIDIAIR KURUNGAN
PIDANA TAMBAHAN :
DIMUNGKINKAN HUKUMAN PEMBAYARAN UANG
PENGGANTI DENGAN SUBSIDIAIR PIDANA
PENJARA.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perkara
tipikor
• Perbuatan terdakwa :
– Kepentingan negara
– Menarik perhatian masy
– Merusak generasi muda

• Keadaan diri Pelaku: Pendidikan, status, motiv, peranan

• Dampak perbuatan terdakwa: kerugian negara, stabilitas


pembangunan
IDENTIFIKASI KEGAGALAN PENUNTUTAN

FAKTOR INTERNAL :
TERKAIT PROFESIONALISME JAKSA/PENUNTUT UMUM :
1. KELEMAHAN DALAM PENYIDIKAN.
2. KELEMAHAN DALAM PRA PENUNTUTAN.
3. SURAT DAKWAAN YANG TIDAK AKURAT.
4. PENUNTUT UMUM PASIF.
5. TIDAK DAPAT MENGAJUKAN ALAT BUKTI YG ESENSIIL.
6. TIDAK DAPAT MEMBERIKAN ARGUMENTASI YURIDIS YG TEPAT , BAIK
DALAM BERACARA MAUPUN PENGAJUAN ALAT BUKTI.
7. TIDAK MENGULAS FAKTA PERSIDANGAN TETAPI TERKOOPTASI DG BERITA
ACARA PEMERIKSAAN/ PENYIDIKAN.

FAKTOR EKSTERNAL :
5. PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK YANG MEMPENGARUHI KONDISI
PERSIDANGAN.
6. IKATAN EMOSIONAL YANG MEMPENGARUHI KULTUR LINGKUNGAN.
KESIMPULAN
SURAT DAKWAAN merupakan pintu pemeriksaan untuk

menentukan salah tidaknya orang yg diduga melakukan tindak pidana.
 PENUNTUTAN merupakan tugas utama Penuntut Umum

 TUNTUTAN PIDANA merupakan puncak proses pemeriksaan


perkara pidana
 PUTUSAN HAKIM menentukan nasib terdakwa yg diajukan ke
persidangan

 Diperlukan sosok Jaksa dan Hakim yang profesional, sikap tingkah


laku yang terpuji dan disiplin.
SINERGITAS PENEGAKAN HUKUM.

1. KOMITMEN UNTUK PELAYANAN PENEGAKAN


HUKUM YANG BERMUARA PADA KEADILAN YG
BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT.
2. MEMPERBAIKI MIND SET DALAM KORIDOR CJS.
3. RUMUSKAN KERANGKA PIKIR DALAM MEMBUAT
KONSTRUKSI YURIDIS UNTUK PERSAMAAN
PERSPSI.

Anda mungkin juga menyukai