Anda di halaman 1dari 26

Trakeostomi dan krikotirotomi

Disusun Oleh:

Muhammad Silpi 1610070100098


Elza Ramadhani Afnis 1610070100116

Preseptor:
dr. Ade Ariadi, Sp. An
ANATOMI DAN FISIOLOGI
JALAN NAFAS

Organ sistem respirasi bagian


atas:
– Hidung dan mulut
– Faring
– Laring

Organ sistem respirasi bagian


bawah:
–Trakhea
–Paru-paru
–Bronkus
–Alveoli
Hidung
• Udara  nostril (lubang hidung eksternal)  rongga
hidung  koana (lubang hidung internal)
Nasofaring
• Mempunyai kelenjar Adenoid  jaringan limfe.
• Biasa ditemukan pada anak-anak, dan akan menghilang saat
pubertas.
• Adenoid dapat:
– Menghambat jalannya udara
– Menghalangi masuknya tube (NGT/NPT/ETT)
– Sumber perdarahan jika trauma
Mulut - Orofaring
• Gigi
• Lidah
• Uvula
• Tonsil
Laringofaring
• Valecula
• Epiglotis
• Pita suara
Laring
Pada bagian laring
terdapat glotis dan
epiglotis yang terdiri atas
tulang rawan yang akan
bergerak ke atas sehingga
menutup saluran nafas
pada saat menelan
makanan.
Trakea
• Berupa pipa yang panjangnya sekitar
11-12 cm dengan diameter 2,5 cm.
• Dimulai dari C6 (setelah kartilago
krikoid) sampai dengan T5-6 yaitu
karina (daerah mediastinum)
• Terdiri dari 15-20 cincin kartilago
berbentuk “C”  melindungi jalan
nafas dari kolaps.
Bronkus
• Bronkus kanan: paling landai  25o, panjangnya dari karina
 2,5 cm, diameter lebih besar  aspirasi.
• Bronkus kiri: 45o, panjangnya dari karina  5 cm.
• Kartilago  supaya jalan nafas tetap terbuka
• Bermukus dan bercilia
Bronkiolus
• Otot polos
• Otonom:
– Simpatis konstriksi
– Parasimpatis dilatasi
Proses Pertukaran Gas

Proses yang terlibat sehubungan dengan pertukaran gas :


• Ventilasi : perpindahan gas serta distribusinya ke dalam
alveolus
• Difusi : perpindahan gas dari alveolus ke kapiler darah
• Perfusi : distribusi aliran darah melalui sirkulasi pulmoner.
Trakeostomi

Tindakan operatif yang memiliki tujuan membuat jalan


nafas baru pada trakea dengan mebuat sayatan atau insisi.
Indikasi Trakeostomi
1. Obstruksi faring
2. Obstruksi laring
3. Penimbunan secret di saluran pernafasan
4. Rencana melakukan operasi di daerah laring dan
radioterapi
Alat-Alat Trakeostomi

Obat analgesia

Kanul trakea

Pengait tumpul

Pinset anatomi
Klem arteri

Needle holder

Gu
nti
n
tu gpa
scalpel m n
pu ja
l ng
Teknik Trakeostomi
1. Trakeostomi dilakukan dengan pasien dalam posisi tidur
telentang (supinasi), bahu diganjal
2. Kulit daerah leher dibersihkan secara aseptik dan
antiseptik dan ditutup dengan kain steril
3. Anestesi lokal infiltrasi kulit (dipertengahan cricoid
dengan fosa suprasternal)
4. Insisi kulit dapat vertical digaris tengah leher mulai di bawah
cricoid sampai fosa suprasternal . Sayatan jangan terlalu sempit,
dibuat kira-kira 5 cm
5. Dengan gunting panjang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya
dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait
tumpul.
6. Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke
lateral. Istmus thyroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya
cincin trakea jelas terlihat
Komplikasi Trakeostomi
1. Trakea tertekuk ke depan
2. Tukak dinding depan trakea karena ukuran kanul terlalu
besar
3. Emfisema subkutis karena dislokasi kanul
4. Tukak karina karena kateter isap
5. Manset ditiup terlalu kuat sehingga menyebabkan
penutupan kanul
6. Manset kanul terlepas di trakea
7. Nekrosis cincin trakea karena manset ditiup terlalu kuat
8. Cedera dinding belakang (hati – hati fistel trakeo-esofagus)
Krikotirotomi

Suatu tindakan membuat jalan nafas melalui trakhea


dengan memasang kanula trakhea pada pasien dengan
indikasi sumbatan total jalan nafas bagian atas.
• Desinfeksi daerah leher dengan
antiseptik
1. Palpasi membrana krikoidea, sebelah
Prosedur anterior antara kertilago tiroid dan
krikoid.
2. Pegang trakea dengan ibu jari dan
telunjuk dengan tangan kiri agar trakea
tidak bergerak ke lateral pada waktu
prosedur.
3. Dengan tangan yang lain (kanan) tusuk
kulit pada garis tengah (midline) di
atas membran krikoidea dengan jarum
besar ukuran 12 sampai 14 yang telah
dipasang pada semprit. Untuk
memudahkan masuknya jarum maka
dapat dilakukan incisi kecil di tempat
yang akan ditusuk dengan pisau
ukuran 11.
4. Arahkan jarum dengan sudut 45 ke arah
kaudal, kemudian dengan hati-hati
tusukkan jarum sambil mengisap semprit.
Bila teraspirasi udara atau tampak
gelembung udara pada semprit yang terisi
aquades menunjukkan masuknya jarum ke
dalam lumen trakea
5. Lepas semprit dengan kateter IV,
kemudian tarik mandrin sambil dengan
lembut mendorong kateter ke arah bawah.
6. Sambungkan ujung kateter spuit 3 cc dan
endotrakeal tube connector
7. Ventilasi berkala dapat dilakukan dengan
ventilation bag
Komplikasi

1. Hipoksia dan kematian


2. Aspirasi darah
3. Laserasi esophagus
4. Hematoma
5. Perforasi dinding posterior trakea
6. Emfisema subkutis atau emfisema mediastinum
7. Perforasi tiroid
Kriteria sumbatan jalan napas atas menurut kriteria Jackson

1. Jackson I : ditandai dengan sesak, stridor


inspirasi ringan, retraksi suprasternal, tanpa
sianosis
2. Jackson II : gejala sesuai jackson I tetapi lebih
berat yaitu disertai retraksi supra dan
infraklavikula, sianosis ringan dan pasien tampak
mulai gelisah
3. Jackson III: jackson II yang bertambah berat
disertai retraksi interkostal,
epigastrium dan sianosis lebih jelas
4. Jackson IV: ditandai dengan gejala jackson III
disertai wajah yang tampak tegang dan terkadang
gagal napas.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai