Disusun Oleh:
Rahmad Ari Wibowo 1610070100059
Khalvia Khairin 1610070100133
Preseptor:
dr. Ade Ariadi, Sp.An
Pendahuluan
Sindrom Koroner Akut merupakan penyebab kematian
tertinggi di dunia, World Health Organization (WHO) pada
tahun 2015 melaporkan keseluruhan kematian secara global
yang diakibatkan sindrom koroner akut sebesar 7,4 juta.
Sindroma Koroner Akut (SKA) adalah sebuah kondisi yang
melibatkan ketidaknyamanan dada, nyeri dada (chest pain),
atau gejala lain yang disebabkan oleh kurangnya oksigen ke
otot jantung (miokardium).
Pendahuluan
Mekanisme terjadinya SKA disebabkan oleh proses
pengurangan pasokan oksigen akut atau subakut dari miokard,
yang dipicu oleh adanya robekan plak aterosklerotik dan
berkaitan dengan adanya proses inflamasi, trombosis,
vasokonstriksi, dan mikroembolisasi dengan manifestasi dapat
berupa:
• Angina pektoris tidak stabil (APTS) atau unstable angina (UA)
• Non-ST elevation myocardial infarction (NSTEMI)
• ST elevation myocardial infarction (STEMI).
Ilustrasi Kasus
Identitas
Nama : Tn. L
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Aie Dingin Lembah Gumanti
Seorang pasien laki-laki usia 58 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada
sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan dirasakan pasien saat beraktivitas
dan disertai keringat dingin. Pasien tidak mengeluhkan sesak, nyeri ulu hati tidak ada,
mual tidak ada, muntah tidak ada, batuk tidak ada, dan demam tidak ada. Kesadaran
pasien saat masuk CMC dengan GCS 15. Pasien memiliki riwayat bells palsy sejak 9
tahun yang lalu. Riwayat hipertensi ada, riwayat stroke ada, riwayat DM tidak ada,
riwayat penyakit jantung tidak ada. Riwayat obat: acyclovir, mecobalamin,
methilprednisolon.
Pasien direncanakan untuk pemeriksaan darah rutin, X-Ray, dan cek elektrolit.
Hari I/ 02-03-2021 , 16.18 WIB DI IGD
S - Dada terasa berat ± 1 jam sebelum masuk rumah sakit
- Keluhan dirasakan saat beraktivitas dan disertai keringat dingin
O -Status generalis :
Kes: CMC, GCS E4V5M6
TD : 176/103 mmhg
HR : 57 x/i
RR : 20 x/I
T : 36,5 ℃
-Pemeriksaan fisik :
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik
Jantung : Irama reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada
Paru : Vesikuler, Ronkhi tidak ada, Wheezing tidak ada
Abdomen : Nyeri tekan tidak ada, nyeri lepas tidak ada, bising usus (+)
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik
Pemeriksaan Laboratorium 02 Maret 2021, 17.00 WIB
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hematologi
Hematologi Lengkap
Hb 14.1 g/dl 14.0-17.4
Eritrosit 9.94 106/mm3 4.5-5.5
Hematokrit (L) 38.4 % 42-52
MCV (L) 77.7 fL 84-96
MCH 28.5 pg/cell 28-34
MCHC (H) 36.7 g/dl 32-36
RDW-CV 14.0 % 11.5-14.5
Leukosit (H) 13.1 103/mm3 5.0-10.0
Trombosit (L) 139 103/mm3 140-400
Eosinofil (L) 0 % 1-3
Neutrofil 70 % 50-70
Limfosit 23 % 20-40
Pemeriksaan Laboratorium 02 Maret 2021, 17.00 WIB
Pemeriksaan Hasil Rujukan
ALC 3013 /µL 1500-4000
NLR 3.04 <3.13
KIMIA KLINIK
Glukosa darah (H) 298 mg/dL <200
Ureum 43 mg/dL 20-50
Kreatinin 1.08 mg/dL 0,5-1.5
Kalsium 9.23 mg/dL 8.8-10.4
Elektrolit Serum (Na-K-CL)
Natrium (Na) 140.4 mEq/L 135-145
P
• IVFD RL 500cc 12 Rencana Lanjutan:
jam/kolf
• Oksigen 2-3 liter • Trombolitik
• Tunda drip NTG, jika TD ≥160/90
• Drip Criticall ILL insulin
maka berikan ISDN sublingual
• Pasang nasal canul 5mg
• Loading aspilet 1x160 mg dan
CPG 1x300 mg
• Simvastatin 1x40 mg
• Nitral 1x500 mg
• Pasien dipindahkan ke ruang
CVCU untuk perawatan lebih
lanjut pada pukul 19.30 WIB
Hasil pemeriksaan EKG 02 maret 2021
Hasil pemeriksaan pasien saat di pindahkan ke CVCU pada tanggal 02-03-2021 pukul
19.30 WIB
S Pasien di pindahkan ke CVCU dalam keadaan sadar dan nyeri pada bagian dada rasa
terhimpit disertai keringat dingin.
O Status generalisata
Kesadaran : CMC, GCS : E4M6V5 Gula darah sewaktu:
TD : 158/88 mmHg • Pukul 20.00 : 166 mg/dL
HR : 61 x/menit • Pukul 21.00 : 157 mg/dL
RR : 16 x/menit • Pukul 22.00 : 176 mg/dL
T : 36,5 ℃ • Pukul 23.00 : 141 mg/dL
SPO2 : 98%
MAP : 115 • Pukul 00.00 : 135 mg/dL
Pemeriksaan fisik • Pukul 01.00 : 113 mg/dL
Mata : konjungtiva tidak anemis , sklera tidak ikterik
Jantung : irama reguler, murmur (-), s3 gallop (-)
Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : supel, BU (+), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT<2 detik
a. Anamnesis
Nyeri dada tipikal merupakan gejala pasien Infark Miokard Akut (IMA).
Sifat nyeri dada angina sebagai berikut:
• Lokasi: substernal, retrosternal, dan prekordial
• Sifat nyeri: rasa sakit seperti ditekan, rasa terbakar, rasa tertindih
benda berat, rasa tertusuk, rasa diperas dan dipelintir.
• Penjalaran: ke lengan kiri, ke leher, rahang bawah, gigi, punggung,
perut dan dapat juga ke lengan kanan.
• Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat, atau obat nitrat
• Faktor pencetus: latihan fisik, stres emosi, udara dingin.
• Gejala yang menyertai: mual, muntah, sulit bernapas, keringat
dingin, cemas dan lemas.
• Faktor resiko predisposisi aterosklerosis dan penyakit arteri koroner,
yakni merokok, dislipidemia, hipertensi, diabetes, dan riwayat
keluarga penyakit arteri koroner sebelumnya.
Pemeriksaan fisik
• Bunyi jantung S3
Tatalaksana awal
• N : Nitrat sublingual
1. Stroke hemoragik atau stroke yang 1. Transcient ischemic attack dalam 6 bulan
penyebabnya belum diketahui dengan terakir
awitan kapanpun 2. Penggunaan antikoagulan oral
2. Stroke iskemis dalam 6 bulan terakhir 3. Kehamilan hingga 1 minggu post partum
3. Kelainan sistem saraf sentral dan neoplasma 4. Hipertensi refrakter (tekanan darah sistolik
4. Trauma/ pembedahan kepala (dalam 1 >180mmHg)
bulan terakhir) 5. Penyakit hepar lanjut
5. Perdarahan gastrointestinal dalam 1 bulan 6. Endocarditis infektif
terakhir 7. Ulkus peptikum aktif
6. Gangguan perdarahan, menstruasi 8. Resusitasi traumatik
7. Diseksio aorta
3. Coronary Artery Bypass Graft (CABG) Surgery
Pembedahan CABG emergensi dapat dipertimbangkan untuk
pasien dengan arteri infark yang paten, tapi tidak dapat
dilakukan PCI secara anatomi, luas infark yang besar, ataupun
dengan syok kardiogenik. Pada pasien STEMI dengan gagal PCI
atau oklusi coroner yang sulit untuk dilakukan PCI, CABG jarang
dilakukan karena keuntungan revaskularisasinya tidak jelas.
Semakin lama waktu reperfusi, prognosis miokard semakin turun
dan risiko pembedahan semakin naik.
Komplikasi
• Disfungsi ventrikuler
• Gangguan hemodinamik
• Syok kardiogenik
• Infark ventrikel kanan
• Aritmia pasca STEMI
Prognosis
Beberapa cara stratifikasi risiko telah dikembangkan dan
divalidasi untuk SKA sebagai indicator prognosis. Beberapa yang
dapat dinilai adalah TIMI (Thrombolhysis in Myocardial
Infarction), GRACE score (Global Registry of Acute Coronary
Events), dan kelas Killip.
Pembahasan
Berdasarkan hasil anamnesa, pada pasien ini didapatkan
keluhan utama adalah nyeri dada sejak 1 jam sebelum masuk
rumah sakit dan keluhan dirasakan pasien saat beraktivitas
disertai dengan keringat dingin. Pasien tidak mengeluhkan
sesak, nyeri ulu hati tidak ada, mual tidak ada, muntah tidak
ada, batuk tidak ada, dan demam tidak ada. Kesadaran pasien
saat masuk CMC dengan GCS 15. Pasien memiliki riwayat bells
palsy sejak 9 tahun yang lalu. Riwayat hipertensi ada, riwayat
stroke ada, riwayat DM tidak ada, riwayat penyakit jantung tidak
ada. Riwayat obat: acyclovir, mecobalamin, methilprednisolon.
Gejala klinis yang ditemui pada pasien adalah nyeri dada.
Nyeri dirasakan seperti terhimpit dan pasien tidak dapat
menunjukkan lokasi nyeri. Nyeri dirasakan saat
beraktivitas dan disertai keringat dingin. Gejala nyeri ini
disebut dengan angina tipikal, yaitu khas pada sindrom
koroner akut.
Semua pasien dengan keluhan nyeri dada yang mengalami iskemia
harus menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan sesegera mungkin
sesampainya di ruang gawat darurat. Hasil EKG pada pasien ini
menunjukkan adanya ST elevasi di lead II, III, AVF yang menandakan
lokasi iskemia atau infark di inferior. Pasien juga melakukan
pemeriksaan biomarka jantung troponin I. Hasil yang didapatkan
adalah 46.95 ng/ml yaitu adanya peningkatan enzim troponin I
jantung.
Troponin adalah protein pada sel otot jantung yang mengatur interaksi
antara aktin dan miosin jantung. Troponin T/I sangat spesifik dan
sensitif untuk mendeteksi cedera kardiomiosit, sehingga peningkatan
nilai biomarker ini digunakan sebagai diagnostik dan prognostik.
Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut,
elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan disertai
peningkatan enzim jantung.
• Terapi awal pada pasien ini :
• O2 berupa nasal kanul 3L/menit untuk mempertahankan oksigenasi pada
pasien, karena berkurangnya supply oksigen sementara demand meningkat.
• Loading aspilet 160 mg
• Maintenance diberikan dengan dosis 80 mg. Merupakan anti agregrasi
trombosit pada pasien infark miokard dan pasien angina tidak stabil.
Sehingga dapat menghambat pembentukan trombus, dan menghambat
aktivitas enzim cyclo-oxygenase I dan II (COX 1 dan 2) yang selanjutnya
menghambat produksi tromboksan.
• Loading CPG 1x300 mg
Maintenance diberikan dengan dosis 75mg. Indikasi: serangan
infark miokard. CPG diberikan untuk menghambat ikatan ADP
pada reseptor ADP diplatelet menghambat aktivasi
kompleks glikoprotein GPIIb/IIIa yang menimbulkan
penghambat terhadap agregasi platelet.
• Simvastatin 1x40 mg
• Nitral 1x500 mg
Diindikasikan untuk penyakit jantung dan angina akut.
Mekanisme kerja obat ini adalah Glyceryl trinitrate membentuk
radikal bebas nitrat oksida (NO), yang merangsang guanylate
cyclase dalam sel otot polos vaskular yang menghasilkan
relaksasi otot polos mengurangi permintaan O2 jantung
dengan mengurangi preload dan dapat mengurangi afterload,
melebarkan pembuluh darah jantung dan meningkatkan aliran
kolateral ke daerah iskemik.
• Streptokinase 1,5 juta unit
Mekanisme kerja Streptokinase sebagai agen fibrinolitik
adalah dengan mengaktifkan plasminogen menjadi
plasmin. Plasmin sendiri memiliki aktivitas sebagai
penghancur fibrin, yang merupakan protein penggumpal
darah.
• Critical ILL insulin
Indikasi untuk pasien dengan hiperglikemia dengan
kondisi infark miokard akut dan gagal jantung akut.
Pasien dipindahkan ke ICU tanggal 02 Maret 2021
pukul 19.30 untuk memantau hemodinamik pasien. Di
ICU dilakukan pemasangan nasal kanul 3L/menit,
terpasang kondom kateter untuk memantau balance
cairan, Pasien juga diberikan RL 500 cc 12/kolf untuk
menggantikan cairan dan elektrolit pasien yang hilang.
Pasien juga mengeluhkan nyeri dada, lalu diberikan
aspilet 80mg, CPG 75mg dan nitral 500mg.
• Selama dua hari di ICU keluhan nyeri dada yang
dirasakan pasien sudah mulai berkurang karena
pemberian trombolitik dan tanda – tanda vital pasien
sudah membaik. Pada tanggal 04 Maret 2021 pasien
dipindahkan ke bangsal jantung pada pukul 16.30
WIB.
Kesimpulan