Anda di halaman 1dari 12

Strategi

Promosi
Kesehatan
Kismi M
Ada 3 (tiga) strategi dasar promosi kesehatan, yaitu Gerakan
Pemberdayaan sebagai ujung tombak, yang didukung oleh Bina
Suasana dan Advokasi.

Kesemuanya diarahkan agar masyarakat mampu mempraktikkan


perilaku mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya
1. Pemberdayaan Masyarakat
Proses pemberian
informasi secara
bertahap untuk
mengawal proses
perubahan pada diri
sasaran, dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tahu
menjadi mau, dan dari
mau menjadi mampu
mempraktikkan PHBS.

Tahu - - Mau - - Mampu


Setiap fase perubahan
memerlukan informasi
yang berbeda. Tetapi yang
paling menentukan adalah
fase pertama, di mana kita
harus dapat menyadarkan
sasaran bahwa suatu
masalah kesehatan adalah
masalah bagi yang
bersangkutan.

(Misalnya, menyadarkan ibu-ibu di desa bahwa perut buncit anak-


anaknya adalah masalah).
Sebelum ini berhasil dilakukan, maka informasi selanjutnya tidak
akan ada artinya (tidak akan digubris). Kalau ini sudah berhasil
dilakukan, maka batu sandungan kedua akan dijumpai pada fase
perubahan dari mau ke mampu.

Banyak orang yang sudah mau berperilaku tertentu (misalnya


memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas), tetapi tidak mampu
melakukan karena tidak adanya dukungan sarana (misalnya tidak
punya uang untuk transport)
Nah, di sinilah perlu hadirnya Advokasi untuk mengupayakan subsidi
dari pemerintah dan atau bantuan dana dari penyandang dana.

Selain itu, banyak juga dijumpai orang-orang yang “bandel” – yang


katanya mau, tetapi tidak melakukan. Bagi mereka perlu dibuat dan
diterapkan peraturan perundang-undangan. Untuk itu, Advokasi
kepada pengambil keputusan (bupati /walikota, DPRD, dll) diperlukan.
Bina Suasana (Social Support)
Strategi dasar ke-2 adalah Bina Suasana. Yaitu upaya
untukmenciptakan lingkungan sosial yang mendorong
perubahan perilaku sasaran. Menurut teori, perubahan perilaku
seseorang akan lebih cepat terjadi, jika lingkungan sosialnya
berperan sebagai pendorong, atau penekan (pressure).
Advokasi
Strategi dasar ke-3 adalah Advokasi. Sebagaimana disebutkan di awal,
Advokasi diperlukan untuk mendapatkan dukungan baik berupa
peraturan perundang-undangan, dana maupun sumber
daya lain. Advokasi tidak boleh dilakukan alakadarnya, karena
Advokasi sebenarnya merupakan upaya/proses strategis dan
terencana, menggunakan informasi yang akurat & teknik yang tepat.
Kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama yang formal antara
individu-individu,kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas
atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama ada
kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-
masing, tentang peninjauan kembali terhadap
kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan
berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan.
Kemitraan inilah yang mendukung dan menyemangati
penerapan 3 (tiga) strategi dasar.
Penerapan 3 (tiga) strategi dasar tersebut perlu metode dan teknik masing-
masing, yaitu dengan pendekatan-pendekatan individual, kelompok, maupun
masyarakat. Pendekatan individu biasanya berupa pemberian informasi dan
edukasi, konseling, mencari faktor risiko (risk assessment) terutama untuk
pencegahan penyakit. Pendekatan individu lebih cocok dilaksanakan di rumah
sakit, praktik dokter, dan bidan, serta posyandu dan puskesmas.
Pendekatan kelompok, biasanya lebih efisien dan efektif serta
lebih luas jangkauannya. Metode bermacam-macam seperti
ceramah, seminar, lokakarya, konferensi. Pendekatan massa atau
populasi, untuk menjangkau masyarakat luas.

Metodenya:
Pemakaian media
massa,
pengembangan
masyarakat,
kebijakan public dan
legislasi,
pengembangan
organisasi.
Referensi
1. School of Public Health and Tropical Medicine James Cook
University 2002 : Introduction to Health Education and Health
Promotion.
2. WHO, 1986, : The Ottawa Charter for Health Promotion.
3. Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, 1998: Dari Alma Ata ke
Deklarasi Jakarta.
4. Green and Kreuter, 1992:
5. Bangkok Charter, Agustus 2005.
6. Vancouver Charter 2007.

Anda mungkin juga menyukai