Anda di halaman 1dari 53

Toksikologi “PESTISIDA”

Farmakologi & Farmasi Veteriner


FKH Univ. Udayana

1
Pestisida = pesticide
• Pest = hama, Sida = Cide = membunuh
• Mencakup bahan-bahan kimia yg digunakan utk
mengendalikan populasi hama (termasuk vektor
penyakit), jasad hidup yang mengganggu
tumbuhan, hewan, dan juga manusia
• Pestisida tidak dapat dikategorikan aman atau
berbahaya bagi hewan/manusia, karena
penggunaan untuk hama

2
Akibat & Dampak Pestisida Pada Lingkungan
• Penerapan pada bidang pertanian, diperkirakan
20% mengenai mahluk bukan sasaran, 80% jatuh ke
terakumulasi tanah.
• Menyebabkan pencemaran lingkungan, bila masuk
kedalam rantai makanan dpt menyebabkan efek
keracunan
• Dampak terhadap lingkungan ekosistem: punahnya
spesies, peledakan hama, gangguan keseimbangan
lingkungan dan penurunan kesuburan tanah

3
Fakta: penggunaan pestisida dapat menimbulkan efek yg
merugikan, bagi mahluk hidup dan lingkungan
Karena semua pestisida merupakan bahan racun maka
penggunaanya perlu kehati-hatian.
Manajemen resiko keracunan (toxicity) dengan mengurangi
ekposure (paparan), mengutamakan keamanan operator,
dgn baju pelindung & bantuan peralatan.
Penting memahami petunjuk pemakaian yang tercantum
pada label, perintah keamanan, kemungkinan rute
peracunan dan reaksi spesifik dari bahan kimia tersebut.

4
• Pada label kemasan terdapat “Tanda” (signal
word) : Danger, Warning, Caution atau
“BERBAHAYA”, “AWAS BERACUN”
“PERHATIAN”, “HAT-HATI”
• Suatu produk pestisida akan mencantumkan
salah satu dari tanda tersebut.
• Tanda tersebut tidak menentukan tingkat
efektivitas dari suatu produk pestisida tetapi
menunjukkan derajat potensi resiko bagi yang
menggunakan.
5
Contoh label pestisida

6
7
Pesticide label signal words &
relative toxicities

Signal Words Toxicity Oral Lethal Dose


(Human, 150 lbs)

Dangerᵃ Highly toxic (tinggi) Few drops to 1 teas

Warning Moderately toxic 1 teaspoon to 1 tablespoon


(sedang)
Caution Low toxicity (rendah) 1 ounce to more than a pint

(Schulze et al.)
• Lambang tengkorak & crossbones (“Beracun”/”Berbahaya”)
• Jauhkan dari jangkauan anak-anak

8
Effect Keracunan Pestisida
1. Kematian
2. Iritasi
3. Sensitisasi kulit
4. Kerusakan organ-organ tubuh (hewan sakit)
5. Mutasi genetik
6. Tumor : leukemia, lymphoma, sarcoma dan
carcinoma
7. CAIDS (Chemically Acquired Deficiency
Syndrom) 

9
Effect Pada Hewan
• Effect pestisida pada semua hewan tidak sama
, respon yang muncul bisa species–spesific
atau individual-spesific.
• Sistem tubuh dari species hewan tertentu
memungkinkan pestisida dimetabolisme
sehingga menjadi metabolit non toxic,
sedangkan species yang lainnya tidak mampu.
• Pada satu populasi juga dapat muncul respon
yang berbeda antara individu sejenis.

10
• Species–spesific
Effect pestisida yang sama timbul bervariasi
diantara species yang berbeda. Misal pada species
tertentu hanya menimbulkan iritasi kulit akan
tetapi pada spesies lainnya memungkinkan
terjadinya penyakit liver.

• Individual-spesific
Respon yang bervariasi dipengaruhi oleh ukuran
tubuh, sex, umur dan kondisi kesehatan secara
umum.

11
• Beragam pola keracunan pestisida telah dipelajari dan diteliti
dengan baik. Kenyataan yg terjadi pada manusia tidak sama
seperti yg diujikan pada hewan coba.
• Toxicity yang diuji pada tikus hasilnya tdk bisa disamakan
yg terjadi pd anjing, sapi, hewan liar ataupun manusia.
• Penelitian terus berkembang untuk menambah referensi
bagaimana proses keracunan terjadi dan membandingkan
antar pestisida.
• Beberapa pestisida berbahaya apabila terexposure dalam
jumlah besar, sedangkan yg lainnya kemungkinan akan
berbahaya hanya dalam dosis kecil atau dosis berulang.

12
Paparan pestisida

• Dermal Exposure : penyerapan per


cutaneus/mll kulit dan juga melalui mata.
• Oral Exposure : melalui mulut dan saluran
pencernaan, tertelan dan atau bersama
makanan dan air yang tercemar.
• Respiratory Exposure : penghirupan pestisida
bersama udara kedalam paru-paru

13
• Di daerah tropis / suhu tubuh meningkat, absorpsi
juga meningkat. Exposure melalui kulit
memerlukan waktu lebih lama.
• Bila tertelan dapat menimbulkan penyakit yang
serius, kerusakan jaringan/organ bahkan kematian.
• Respiratory exposure merupakan route yg paling
berbahaya, di paru-paru partikel pestisida dengan
cepat diserap menuju peredaran darah.

14
Pestisida berdasarkan jasad target

• Insektisida  racun serangga (insekta)


• Fungisida  racun cendawan / jamur
• Herbisida  racun gulma / tumbuhan
pengganggu
• Akarisida  racun tungau dan caplak
(Acarina)
• Rodentisida  racun binatang pengerat (tikus)
• Nematisida  racun nematoda, dst.
15
Mekanisme Toxic
1. Sebagai racun sel umum / merusak
protoplasma;
2. Racun syaraf;
kebanyakan pestisida bertindak sebagai racun
neuroaktif dgn cara mengganggu lewatnya
impuls-impuls dalam sistem saraf.
3. Racun lain bersifat spesifik misalnya merusak
mitokondria, sel darah dll

16
Racun Syaraf
• Mempengaruhi keseimbangan ion-ion K dan Na
dalam neuron (sel syaraf) dan merusak selubung
syaraf. Contoh DDT dan pestisida Organoklorin
• Menghambat bekerjanya enzim Cholinesterase
(ensim pengurai acethylcholine mjd asam asetat
dan choline). Contoh semua pestisida
Organofosfat dan Karbamat
• Tempat aksi dari toksisitas mencakup:
1. Transmisi aksonal
2. Penerima acetylkolin
3. Asetilkolinesterase
17
 Matsumura (1985); simptom pada mamalia yg
menjadi kriteria penting:
- ptosis (kelopak mata jatuh)
- hiper salivasi (air liur berlebihan)
- lakrimasi (keluarnya air mata)
- pupil miasis atau midriasis (melebar atau
menyempit)
- perubahan temperatur rektum dan
produksi keringat
- Konvulsi
18
Parameter penilaian efek peracunan
Pestisida
• Nilai LD50 (lethal dose 50 %)
menunjukkan banyaknya pestisida dalam
miligram (mg) untuk tiap kilogram (kg) berat
seekor binatang-uji, yang dapat membunuh 50
ekor binatang sejenis dari antara 100 ekor
yang diberi dose tersebut.
• Yang perlu diketahui dalam praktek adalah
LD50 akut oral (termakan) dan LD50 akut
dermal (terserap kulit).

19
• Nilai-nilai LD50 diperoleh dari percobaan-
percobaan dengan tikus putih.
• Nilai LD50 yang tinggi (di atas 1000)
menunjukkan bahwa pestisida yang
bersangkutan tidak begitu berbahaya bagi
manusia.
• LD50 yang rendah (di bawah 100)
menunjukkan hal sebaliknya

20
Nilai LD50 insektisida organofosfat
Komponen LD50 (mg/Kg)
Akton
146
Coroxon
12
Diazinon
100
Dichlorovos
56
Ethion
27
Malathion
1375
Mecarban
36
Methyl parathion
10
Parathion
3
Sevin
274
Systox
2,5
TEPP
1
LD50 (mg/Kg) Pestisida
Pestisida Kijang Piaraan Kambing

Organoklorin
Endrin - 25-50
Dieldrin 75-100 100-200
Toksafen 139-240 >160
Organofosfat
Demeton - 13
Paration 33 42
Monokrotofos 38 35
Dimetoat >200 -
Klorpirifos - >500
Fenitrotion 727 -
Karbamat
Aminokarb 11 -
Metomil 16 -
Meksakarbat 25 22
Profoxur 225 >800
Karbaril 300 - 22
INSEKTISIDA ORGANOFOSFAT
(ORGANOPHOSPHATE)

• Merupakan ester asam fosfat atau ester asam


triofosfat.
• Bekerja kontak langsung dgn serangga atau
secara sistemik melalui tumbuhan.
• Beberapa derivat OF digunakan sebagai
antiparasit.
• Absorpsi berlangsung melalui kulit, saluran
nafas & saluran cerna.
• Biotransformasi umumnya berlangsung cepat
23
Mekanisme kerja Organofosfat
• Organofosfat  berperan meniru acetylcholin, dengan
menghambat aksi pseudocholinesterase (pd plasma) dan
cholinesterase (pd darah & sinapsis) membentuk komplex
penghambatan enzim yg irreversibel.
• Hambatan aktifitas enzim kholinesterase, menyebabkan Ach
tdk terhidrolisa menjadi as.asetat dan kholin  penumpukan
acetylcholine
• Akumulasi acetylcholin memberikan rangsang berlebihan
saraf kolinergik; muskarinik & nikotinik, juga SPP.
• Melibatkan siklus krebs dan kekurangan energi sehingga
terjadi kegagalan respirasi  aspiksia  kematian

24
• Klasifikasi tingkat keracunan berdasarkan persentase cholinesterase dalam darah
menurut Suma’mur (1987), antara lain sebagai berikut :
• Aktivitas cholinesterase dalam darah antara 76% -100% belum dianggap suatu
keracunan sehingga tenaga kerja masih dapat terus bekerja dan dilakukan pemeriksaan
ulangan di waktu yang dekat.
• Aktivitas cholinesterase dalam darah antara 51% – 75% kemungkinan ada keracunan
sehingga tenaga kerja perlu melakukan pemeriksaan kesehatan ulang dan bila telah
dipastikan, maka tenaga kerja tersebut masih boleh bekerja selama dua minggu.
Kemudian dilakukan pemeriksaan kesehatan ulang.
• Aktivitas cholinesterase dalam darah antara 26% – 50%, dapat diartikan telah terjadi
keracunan yang gawat, jika diyakini tenaga kerja tersebut tidak boleh bekerja dengan
pestisida dari golongan apapun juga. Tenaga kerja tersebut harus mendapat
pemeriksaan dan pengobatan dari dokter bila terlihat tanda¬tanda ia sakit.
• Aktivitas cholinesterase dalam darah pada kadar 0 % – 25 %, telah terjadi keracunan
sangat gawat sehingga tenaga kerja tidak boleh bekerja dan harus menjalani
perawatan dan pengobatan dokter.

25
26
27
Sign of poisoning :
• Muscarinic type :
a. Hipersalivasi
b. Hipermotilitas saluran gastro intestinal
c. Abdominal cramps (kejang perut)
d. Vomitus, diare, lakrimasi, berkeringat
e. Dyspnea, miosis, pallor, cyanosis, urination
• Nicotinic type
a. Kelemahan otot dan paralisis (muscles of face, eyelids and tongue)
b. Tremor
c. Dyspnoe
d. Takikardia
• CNS type
Vary with species; domestic food-producing animals may exhibit excessive stimulation of
CNS but rarely convulsive seizures (but seen in dogs and cats). This is followed by CNS
depression, and death.

28
Diagnosis
An important diagnostic aid is the cholinesterase activity in
blood and brain.Unfortunately, the depression of blood
cholinesterase does not necessarily correlate withcthe severity
of poisoning; signs are seen when nerve cholinesterase is
inhibited, and the enzyme in blood reflects, only in a general
way, the levels in nervous tissue. The key factor appears to be
the rate at which the enzyme activity is reduced. Analyses
performed after exposure may be negative because OP do not
remain long in tissues as the parent compound. Chlorinated
OP compounds have greater potential for tissue residue.
Frozen stomach and rumen samples should be analysed for
the pesticide because OP are generally more stable in acids

29
Lesions
Animals with acute OP poisoning have
nonspecific or no lesions. Pulmonary edema
and congestion, hemorrhages; and edema of
the bowel and other organs may be found.
Animals surviving >1 day may become
emaciated and dehydrated

30
Treatment

1. Pertolongan pertama, dgn pernafasan buatan &


bersihkan dari lendir / saliva yg menyumbat
2. Muscarinic blocking agents; Atropin sulfat
3. Cholinesterase reactivators; 2-pyridine
aldoxime methchloride (2-PAM, pralidoxime
chloride), and
4. Emetics, cathartics, and adsorbants to decrease
further absorption
31
Contoh Organophosphate

• Coumaphos: is used against cattle grubs and a number of other ectoparasites and
for treatment of premises. The maximum concentration that may be safely used on
adult cattle, horses, and pigs is 0.5%. Young calves and all ages of sheep and goats
must not be sprayed with concentrations >0.25%; 0.5% concentrations may be
lethal. Adult cattle may show mild toxicity at 1% concentrations.
• Diazinon: Young calves appear to tolerate 0.05% spray but are poisoned by 0.1%
concentrations. Adult cattle may be sprayed at weekly intervals with 0.1%
concentrations without inducing poisoning. Young calves tolerate 0.44 mg/kg body
wt, PO, but are poisoned by 0.88 mg/kg. Cattle tolerate 8.8 mg/kg, PO, but are
poisoned by 22 mg/kg. Sheep tolerate 17.6 mglkg but are poisoned by 26 mg/kg.
• Dichlorvos: has many uses on both plants and animals. It is rapidly metabolised and
excreted, ~nd residues in meat and milk are not a problem if label directions are
followed. It is of moderate toxicity, with a minimum toxic dose of 10 mg/kg body wt
in young calves and 25 mg/kg in horses and sheep. The LD50 in rats is 25-80 mg/kg,
PO. A 1 % dust was not toxic to cattle. Flea collars containing dichlorvos may cause
skin reactions in some pets.

32
INSEKTISIDA KARBAMAT
• Derivat Carbamic acid (NH2-COOH)
• Gejala keracunan insektisida karbamat mirip dgn
keracunan OF, Karbamat mengahambat aktivitas
acetylcholinesterase dengan melakukan carbamyolasi
pada situs esterase yaitu penghambatan aktivitas enzim
cholinesterase (ChE).
• Sebagai inhibitor kuat ChE, tetapi kompleks
(ChE+Karbamat) yg terbentuk bersifat reversibel dan
reaktivasi ChE berlangsung spontan dan cepat,
kompleks tersebut cepat mengalami hidrolisis
• durasi efek klinis keracunan lebih pendek.
33
• Rentang dosis aman dan dosis toxic karbamat lebih lebar
dibandingkan dg FO.
• Simptom keracunan dan kematian hampir sama dg kasus
toksikasi golongan organofosfat.
• Siptom awal: headache, weakness & nausea. Kemudian
kontriksi pupil, peningkatan skresi bronki, lakrimasi dan
salivasi, muntah krn hipermotility gastrointestinal.
• Penanganan:
*Pemberian bantuan nafas buatan
*Antidote : atropin utk bloks depolarisasi postsynaptic, 4
mg/kg,IV dan diulang tiap 10 menit sampai kondisi dianggap
normal.

34
• Contoh Karbamat:
1. Carbaryl (Sevin®)  sering digunakan sbg
pengendali serangga pada pertanian &
peternakan
2. Propoxur (Baygon®)  bekerja sbg racun
kontak sistemik pd serangga, bekrja cepat dg
residual yg lama

35
INSEKTISIDA ORGANOCHLORINE
(Hidrokarbon Terklorinasi)

• Golongan organochlorine adalah senyawa aril,


karbosiklik atau heterosiklik yg mengandung
substituen chlorine.
• Diklasifikasikan mjd 4 kelompok : DDT (Dikloro
Difenil Trikloroetan / cholorophenothan) dan BHC
(Benzene hexachloride), Cychlodiene & Toxaphene.
• Bersifat Karsinogenik
• BHC penggunaan scr luas pd hewan ternak & anjing,
namun sangat toksik pada kucing pada konsentrasi
utk membunuh parasit

36
Mekanisme toxic OK :
• OK pada konsentrasi tinggi dpt langsung
menyerang saraf motoris

DDT berafinitas dg kolesterol pada membran liofil


Permeabilitas membran u/ ion Ca2+ menurun
Hambatan pengikatan Ca2+ =//= ATP
tdk terbentuk Ca-ATPase pd membran akson
Gejala hipokalsemik, kehabisan energi / ATP
Gangguan transmisi inpuls
37
kematian
Hidrokarbon Terklorinasi
• Biotransformasi & kapasitas simpan didlm
jaringan utk setiap senyawa OK berbeda.
Bahan dgn mudah diabsorpsi mll kulit,
inhalasi atau salaruan cerna.
• Terdapat perbedaan kuantitatif antara berbagai
macam derivat, DDT dlm larutan sulit
diabsorbsi mll kulit, sebaliknya dieldrin sangat
mudah diabsorbsi mll kulit, endrin derivat dari
siklodien yg sangat toksik.

38
Hidrokarbon Terklorinasi
• BHC
• Cattle in good condition have tolerated 0.2% lindane applications, but
stressed, emaciated cattle have been poisoned from spraying or dipping in
0.075% lindane.
• Horses and pigs appear to tolerate 0.2-0.5%, and sheep and goats
ordinarily tolerate 0.5% applications. Emaciation and lactation increase
the susceptibility of animals to poisoning by lindane; such animals should
be treated with extreme caution.
• Young calves are very susceptible to lindane and are poisoned by a single
oral dose of 4.4 mg/kg body wt. Mild signs appear in sheep given 22
mglkg, and death occurs at 100 mg/kg. Adult cattle have tolerated 13
mg/kg without signs. BHC is stored in body fat and excreted in milk.

39
Mekanisme toxic OK
• Selain penghambatan pd transfor ion Ca, juga
menyebabkan penonaktifan kanal natrium pd membran
yg dpt dieksitasi & menyebabkan letupan sinyal
berulang (refetitive firing) yg cepat pd sebagian neuron.
• Keadaan ini menyebabkan repolarisasi menurun &
eksitabilisasi neuron meningkat.
• Efek utamanya adalah stimulasi SSP.
• Pada DDT manifestasi awal berupa tremor diikuti
kejang, sedangkan pada senyawa yg lain kejang
merupakan tanda awal intoksikasi.
• Tidak ada pengobatan spesifik pada intoksikasi akut,
penanganan didasarkan pd gejala yg muncul

40
Clinical Findings
• Gejala umum gangguan CNS : Tremor, Kejang, hipereksitasi,
Paralisis, Koma
• Muscle fasciculation occurs, becoming visible in the facial
region and extending backward until the whole body is
involved
• Large doses of DDT, DOD, and methoxychlor cause
progressive involvement leading to trembling or shivering,
followed by convulsions and death
• Other chlorinated hydrocarbons, the muscular twitchings are
followed by convulsions, usually without the intermediate
trembling

41
Clinical Findings
• Behavioral changes such as abnormal postures (e.g.,
resting the sternum on the ground while remaining
upright in the rear, keeping the head down between
the forelegs, "head pressing" against a wall or fence,
or continual chewing movements) may be seen
• Animals showing acute eXCitability often have a
fever >106°F (41°C). The signs of poisoning by these
insecticides are highly suggestive but not diagnostic;
other poisons and encephaliti or meningitis must be
considered
42
Clinical Findings
• Chlordane
• Signs of acute intoxication by chlordane in birds
are nervous chirping, excitability, collapse on
hocks or side, and mucous exudates in the
nasal passages.
• Signs of subacute and chronic intoxication are
molting, dehydration and cyanosis of the comb,
weight loss, and cessation of egg production.

43
DDT
Chemistry ; Dichloro-diphenyl-trichloroethane (DDT); insoluble in
water
Metabolism in animals ;
• Poorly absorbed from the skin as powder or in water suspension.
a. An oily vehicle increases absorption of DDT
b. Poorly absorbed from the GI tract
c. Fator fat solvents in the GItract increase absorption of DDT
• Distributes to all tissues, but selectively distributes to fat. Will
store in fat over a period of time and reach levels higher than the
level in the ration. Is cumulative.
• Partly biotrans formed by the liver.
• Excreted by kidney both free and in metabolites.
• Excreted by mammary gland in the butterfat of milk

44
DDT
Toxicity
• DDT has a relatively wide margin of safety under
common uses because little is absorbed in to the
blood
• Order of decreasing species-susceptibility to DDT
toxicity: Rodents, Monkey, Cat, Swine, Dog, Horse,
Rabbit, Cow, Guinea pig, Sheep, Goat
• Young animals are especially susceptible.
• Fasted animals are especially susceptible.

45
DDT
Toxic reactions:
1. Stimulation of CNS produce tremors, in coordinated walk,
convulsions, coma, respiratory failure and eventually death
from respiratory paralysis.
2. Sensory nerve is most sensitive; nerve ganglia are least
sensitive.
3. Produces a change in the permeability of the nerve
membrane.
4. Produces a prolongation of the falling phase of nerve action
potential (i. e., negative after potential).
5. High body temperature.
6. Liver damage by high dose

46
Insektisida Botanik
• Derivat Insektisida bersumber dari alam
• Karaktersisasi memiliki tingkat kestabilan yg
rendah dengan waktu aksi yang singkat
• Aman digunakan pada hewan
• Pyretrin (Chrysanthemum cinerariaefolium)
• Nicotine (tanaman tembakau)
• Rotenone (Pohon tuba)

47
Nicotine
• Insektisida alami diperoleh dari Nicotina tabacum &
Nicotina rustica.
• Nicotine berupa alkoloid bebas mudah diabsorpsi
melalui membran mukosa dan kulit.
• Nikotin bereaksi dg reseptor membran pascasinaptik
menyebabkan depolarisasi membran.
• Tanda reaksi diawali stimulasi mengikuti depresi
pernafasan.
• Gejala awal ditandai dizziness, diare, nausea, vomiting,
penurunan tekanan darah, salivasi & berkeringat, juga
disertai konvulsi, cardiac irreguler, depresi, koma.
48
Nicotine
• Keracunan pada hewan dikarenakan mandi air bekas
rendaman daun tembakau
• Hewan besar makan daun tembakau kering, rasanya nikmat

Toxicity :
• Nicotinoids are not particularly toxic to insects, e. g., LD50 of
nicotine in insect is 300-600 mglkg. But for animals it is
extremely toxic. In laboratory animals the oral tD50 is 24
mg/kg in the mouse and 55 mg/kg in the rat. The minimum
lethal dose of nicotine for the dog and cat is 20 to 100 mg;
100-300 mg for horse and 100-200 mg for sheep.

49
Nicotine
Symptoms;
• Nicotinoids act on CNS; primarily on the ganglia. Low
concentration produces excitation, rapid respiration, salivation,
irritation, diarrhea, vomiting, convulsions and death.
• Poisoned animals may die within 15-30 minutes in heavy
spasms of the respiratory muscles. The symptoms of poisoning
vary with the mode of penetration of the poison into the body.
• Tympany, colic and diarrhea prevail in the early stages.
• Inhalation of nicotine vapour may kill poultry within a few
minutes.

50
Rodentisida
Fluoroasetat
• Toksisitas sangat cepat
• Fluoroasetat  menyebabkan gangguan pada siklus
krebs (hambatan siklus as. Citrate).
menjadi terhenti dan terjadi dehidrasi.
• Pada mamalia kematian terjadi dlm waktu 20-60
menit
• Contoh: Nissol®

51
• Mekanisme kerja:
Fluoroasetat + Co-A  fluoroasetil-CoA
Fluoroasetil-CoA + Oxaloasetat  As. Fluorocitrate
pada siklus krebs, Fluorocitrate bersaing dengan asam sitrat
 mengikat enzim akotinase,  tjd akumulasi as. Sitrat 
dehidrasi, hipokalsemia & kematian.
• Simptom:
- muntah – muntah
- konvulsi
- gagal jantung

52
Rodentisida
Zinc phosphide (Zn3P2)
• Berupa powder hitam
• Pada kasus peracunan gajah di Riau (Sumatra),
zinc phospide di campur dengan hijauan daun
kelapa sawit
• Kematian gajah akibat terbentuknya gas
posphin yang sangat mematikan pada
lambung gajah, sebagai hasil dari hidrolisis
Zn3P2
53

Anda mungkin juga menyukai