AS U
G AW AT D A R U R ATA N
K E
TRAU M A N E UR O
TRAUMA KEPALA & SPINAL
DAN
Komplikasi Lain
1. Hemorrhagie
2. Infeksi
3. Edema
4. Herniasi
5. Kegagalan nafas
Laboratorium: darah lengkap (hemoglobin, leukosit, CT, BT) 1
Rotgen Foto
2
CT Scan
3
MRI
4 Pemeriksaan
Penunjang
Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma
kepala adalah sebagai berikut:
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih
dahulu.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
6. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
7. Pemberian obat-obat analgetik.
8. Pembedahan bila ada indikasi.
TRAUMA TULANG BELAKANG
Definisi
• Cedera medula spinalis (CMS) atau spinal cord injury
(SCI ) ditandai dengan adanya tetralegia atau paraplegia,
parsial atau komplit, dan tingkatan atau level tergantung
area terjadinya lesi atau CMS. Tetraplegia atau
quadriplegia adalah kehilangan fungsi sensorik dan
motorik di segmen servikal medulla spinalis. Sedangkan
paraplegia adalah gangguan fungsi sensorik dan motorik
di segmen thorakal, lumbal dan sakrum ( Kirshblum &
Benevento, 2009).
Etiologi
Cedera tulang belakang terjadi sebagai
akibat :
1. Jatuh dari ketinggian, misal pohon kelapa,
kecelakaan ditempat kerja.
2. Kecelakaan lalu lintas
3. Kecelakaan olah raga Cedera terjadi akibat
hiperfleksi, hiperekstensi,
4. kompresi atau rotasi tulang belakang.
Didaerah torakal tidak banyak terjadi
karena terlindung oleh struktur torak.
• Gambaran klinik bergantung pada lokasi dan besarnya
kerusakan yang terjadi. Kerusakan melintang
manifestasinya : hilangnya fungsi motorik maupun sensorik
kaudal dari tempat kerusakan di sertai syok spinal. Syok
spinal terjadi pada kerusakan mendadak sumsum tulang
Manifestasi belakang karena hilangnya rangsang dari pusat. Ditandai
dengan :
Klinis
a. Kelumpuhan flasid
b. Arefleksi
c. Hilangnya prespirasi
d. Gangguan fungsi rectum dan kandung kemih
e. Priapismus
Patofisiologi
Cedera medula spinalis kebanyakan terjadi sebagai akibat cedera pada vertebra. Medula spinalis yang mengalami cedera
biasanya berhubungan dengan akselerasi, deselerasi, atau kelainan yang diakibatkan oleh berbagai tekanan yang mengenai
tulang belakang. Tekanan cedera pada medula spinalis mengalami kompresi, tertarik, atau merobek jaringan. Lokasi cedera
umumnya mengenai C1 dan C,, C4, C6, dan Til atau L,. Mekanisme terjadinya cedera medula spinalis dapat dilihat pada Figur
3-3.
Fleksi-rotasi, dislokasi, dislokasi fraktur, umurnnya mengenai servikal pada C5 dan C6. Jika mengenai spina
torakolumbar, terjadi pada T12—L1. Fraktur lumbal adalah fraktur yang terjadi pada daerah tulang belakang bagian bawah.
Bentuk cedera ini mengenai ligamen, fraktur vertebra, kerusakan pernbuluh darah, dan mengakibatkan iskemia pada medula
spinalis.
Hiperekstensi. Jenis cedera ini umumnya mengenai klien dengan usia dewasa yang memiliki perubahan degeneratif
vertebra, usia muda yang mendapat kecelakaan lalu lintas saat mengendarai kendaraan, dan usia muda yang mengalami cedera
leher saat menyelam. Jenis cedera ini menyebabkan medula spinalis bertentangan dengan ligamentum flava dan mengakibatkan
kontusio kolom dan dislokasi vertebrata. Transeksi lengkap dari medula spinalis dapat mengikuti cedera hiperekstensi. Lesi
lengkap dari medula spinalis mengakibatkan kehilangan pergerakan volunter menurun pada daerah lesi dan kehilangan fungsi
refleks pada isolasi bagian medula spinalis.
Kompresi. Cedera kompresi sering disebabkan karena jatuh atau melompat dari ketinggian, dengan posisi kaki atau
bokong (duduk). Tekanan mengakibatkan fraktur vertebra dan menekan medula spinalis. Diskus dan fragmen tulang dapat
masuk ke medula spinalis. Lumbal dan toraks vertebra umumnya akan mengalami cedera serta menyebabkan edema dan
perdarahan. Edema pada medula spinalis mengakibatkan kehilangan fungsi sensasi.
Komplikasi
1. Neurogenik shock
2. Hipoksia
3. Gangguan paru-paru
4. Instabilitas spinal
5. Orthostatic hipotensi
6. Ileus paralitik
7. Infeksi saluran kemih
8. Kontraktur
9. Dekubitus
10.Inkontinensia bladder
11. Konstipasi (Fransisca B.Batticaca: 2008)
Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X spinal : untuk menentukan lokasi dan jenis cedera tulang belakang
(fraktur atau dislokasi)
2. CT scan : untuk menentukan tempat luka/jejas
3. MRI : untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal
4. Foto rongent thorak : mengetahui keadaan paru
5. AGD : menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi
Penatalaksanaan Medis
Terapi dilakukan untuk mempertahankan fungsi neurologis yang masih ada,
memaksimalkan pemulihan neurologis, tindakan atas cedera lain yang menyertai,
mencegah, serta mengobati komplikasi dan kerusakan neural lebih lanjut. Terapi
steroid, nomidipin, atau dopamin untuk perbaiki aliran darah koral spiral. Dosis
tertinggi metil prednisolon/bolus adalah 30 mg/kgBB diikuti 5,4 mg/kgBB/jam
untuk 23 jam berikutnya.
ASUHAN KEPERAWATAN Trauma kepala
Pengkajian
1. Identitas
Identitas klien : meliputi nama, tanggal lahir, alamat, pendidikan, pekerjaan, umur, suku/bangsa.
Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian,
pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.
Riwayat Penyakit Sebelumnya : Apakah pasien pernah menderita, Stroke, Infeksi Otak, DM, Diare/muntah,
Tumor Otak, Trauma kepala.
2. Pemeriksaan fisik
Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot, hiperventilasi, ataksik)
Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
Sistem saraf :
Kesadaran GCS.
Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke batang otak akan melibatkan penurunan
fungsi saraf kranial.
Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri, gangguan diskriminasi suhu, anestesi,
hipestesia, hiperalgesia, riwayat kejang.
Sistem pencernaan
Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik hemiparesis/plegia, gangguan gerak volunter, ROM,
kekuatan otot.
Pemeriksaan 6B : Breathing ,Blood,Brain,Blader,Bowel,Bone
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah:
1. Nyeri Akut (D.0077)
2. Perubahan perfusi jaringan serebral
3. Resiko ketidakseimbangan volume cairan
4. Resiko tidak efektifnya bersihan jalan nafas dan tidak efektifnya pola nafas
5. Resiko infeksi
6. Gangguan Mobilitas fisik
7. Kurangnya perawatan diri
8. Ansietas
9. Resiko gangguan integritas kulit.
Nursing Care
Plan
Lanjutan..
ASUHAN KEPERAWATAN Trauma spinal
Pengkajian
1. Identitas
1. Identitas klien : meliputi nama, tanggal lahir, alamat, pendidikan, pekerjaan, umur, suku/bangsa.
2. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera
setelah kejadian.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya
4. Apakah pasien pernah menderita :Stroke, Infeksi Otak, DM, Diare/muntah, Tumor Otak, Trauma kepala.
2. Pemeriksaan fisik
1. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot, hiperventilasi, ataksik)
2. Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK
3. Sistem saraf :
1. Kesadaran GCS.
2. Fungsi saraf kranial trauma yang mengenai/meluas ke batang otak akan melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
3. Fungsi sensori-motor adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri, gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat
kejang.
4. Sistem pencernaan
1. Bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan, kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika
pasien sadar tanyakan pola makan?
2. Waspadai fungsi ADH, aldosteron : retensi natrium dan cairan.
3. Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.
5. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik hemiparesis/plegia, gangguan gerak volunter, ROM, kekuatan otot.
6. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan disfagia atau afasia akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.
7. Psikososial data ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat pasien dari keluarga.
Lanjutan..
3. Pola Aktivitas
1. Aktivitas dan istirahat : kelumpuhan otot terjadi kelemahan selama syok spinal
2. Sirkulasi : berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi, hipotensi, bradikardia,
ekstremitas dingin atau pucat
3. Eliminasi : inkontinensia defekasi dan berkemih, retensi urine, distensi perut, peristaltic usus
hilang
4. Integritas ego : menyangkal, tidak percaya, sedih dan marah, takut, cemas, gelisah dan menarik
diri
5. Pola makan : mengalami distensi perut, peristaltic usus hilang
6. Pola kebersihan diri : sangat tergantung dalam melakukan ADL
7. Neurosensori : kesemutan, rasa terbakar pada lengan atau kaki, paralisis flasid, hilangnya
sensasi dan hilangnya tonus otot, hilangnya reflek, perubahan reaksi pupil, ptosis
8. Nyeri/kenyamanan : nyeri tekan otot, hiperestesi tepat di atas daerah trauma, dan mengalami
deformitas pada darah trauma
9. Pernapasan : napas pendek, ada ronkhi, pucat, sianosis
10. Keamanan : suhu yang naik turun.
Diagnosa Keperawatan
Penatalaksanaan Terapeutik
1. Pengobatan peningkatan tekanan intrakranial.
• Pembedahaan
• Terapi obat : diuresis osmotik (manitol,gliserol,glumosa dan
urea,furosemide/lasix),kortikosteroid,antikonvulsi dan antihipertensi.
2. Pembatasan cairan.pemasukan cairan biasanya diberikan antara 900 ml/24jam
sampai dengan 2500 ml/24 jam.
3. Hiperventilasi untuk mempertahankan PO2 dan PCO2 dalam batas normal.
4. Pengontrolan temperatur tubuh.
5. Pengaliran cairan serebrospinal dengan kateter drainage yang merupakan tindakan
sementara.
6. Terapi koma barbiturat bila pengobatan untuk mengatasi hipertensi intrakranial
tidak ada perubahan.
Pengkajian
1. Pemeriksaan GCS.
2. Tingkat kesadaran.
3. Respon pupil.
4. Gerakan mata.
5. Tanda – tanda vital.
6. Pemeriksaan saraf kranial
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan gawat darurat yang mungkin muncul pada klien
dengan peningkatan TIK antara lain
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungn dengan kerusakan neurologis
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera (fisik, biologis, kimia)
4. Resiko kekurangan volume cairan
Intervensi Keperawatan
1. Stabilkan CAB
Airway bebas -> beri therapi O2.
Tidak nafas spontan -> intubasi dan VM.
2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat kortikosteroid, anti
hipertensi, anti batuk, antibiotik profilaksis/anafilaksis, obat pencahar,
analgetik, antikonvulsan dan neurotropik
3. Jaga posisi kepala tetap netral untuk memfasilitasi venous return dari otak
lancar.
4. Posisikan klien terlentang dengan posisi kepala lebih tinggi 30 derajat jika
tidak ada kontraindikasi
5. Hindari rotasi dan fleksi pada leher karena dapat menghambat venous
return dan meningkatkan TIK.
6. Hindari fleksi berlebihan pada pinggang karena dapat meningkatkan
tekanan intra-abdomen dan intratoraks yang dapat meningkatkan TIK.
PENURUNAN KESADARAN
Definisi
• Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana
penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga /
tidak terbangun secara utuh sehingga tidak
mampu memberikan respons yang normal
terhadap stimulus.
Tingkat Kesadaran
Komposmentis Somnelen Sopor Semikoma Koma