Anda di halaman 1dari 107

Hukum

Acara
Peradilan
Ta t a u s a h a
negara
;: oleh
;: Sekti Anggraini, S.H.,
M.H
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
 Hukum formil  menegakkan hukum materiil;
 Beberapa istilah lain: Hukum Acara Peradilan Administrasi
Negara, Hukum Acara Pengadilan di Lingkungan
Administrasi, dsb;
 Adalah: seperangkat peraturan-peraturan yang memuat cara
bagaimana orang harus bertindak terhadap dan dimuka
pengadilan, serta cara pengadilan bertindak satu sama lain
untuk menegakkan Hukum Administrasi Negara materiil;
 HAN materiil  HAN Umum (algemene deel) dan HAN
Khusus (bijzonder deel);
Karakteristik Acara
No Pembeda HAPTUN Acara Perdata

1 Subjek/Pihak badan/Pejabat TUN Warga masy. Lawan


lawan warga warga masyarakat
masyarakat

2 Pangkal sengketa Ketetapan tertulis Kepentingan perdata


pejabat warga masyarakat

3 Tindakan Perbuatan melawan Perbuatan melawan


hukum penguasa hukum masy.
wanprestasi

4 Peran hakim Hakim aktif Hakim pasif

5 Rekonvensi Tidak dikenal Dikenal, diatur


Unsur – Unsur PTUN
Pemahaman tehadap Peradilan Adminstrasi akan lebih mudah jika
terlebih dahulu dimengerti unsur-unsur yang melengkapinya. Menurut
S.F Marbun, setidaknya terdapat lima unsur dalam Peradilan
Adminstrasi, yaitu :
• adanya suatu instansi atau badan yang netral dan dibentuk
berdasarkan peraturan perundang-undangan, sehingga mempunyai
kewenangan untuk memberikan putusan
• terdapatnya suatu peristiwa hukum konkret yang memerlukan
kepastian hukum;
• terdapatnya suatu peristiwa hukum yang abstrak dan mengikat umum
(Peraturan HAN);
• adanya sekurang-kurangnya dua pihak, (Penggugat dan Tergugat;
• adanya hukum formal, (Hukum Acara PTUN)
Sumber Hukum Formil
• UU No.05 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jis.
UU No.09 Tahun 2004 (Perubahan I), UU No. 51 Tahun 2009
(Perubahan II);
• UU No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman;
• UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, diubah
terakhir dengan UU No.03 Tahun 2009;
• HIR dan RBg;
• PP No.7 Tahun 1991 tentang Penerapan UU No.5 Tahun 1986;
• Beberapa aturan teknis dalam SEMA, Buku Pedoman, Juklak-
Juknis yang dikeluarkan oleh Maahkamah Agung.
LATAR BELAKANG URGENSI PERADILAN
ADMINISTRASI:
TUJUAN DIDIRIKANNYA PTUN ?
• Memberikan perlindungan terhadap hak-hak rakyat yang
bersumber dari hak-hak individu; dan memberikan
perlindungan terhadap hak-hak masyarakat yang didasarkan
kepada kepentingan bersama dari individu yang hidup dalam
masyarakat tersebut. (Keterangan pemerintah pada Sidang
Paripurna DPR RI. mengenai RUU PTUN tanggal 29 April
1986).
• Menurut Sjahran Basah (1985;154), tujuan peradilan
administrasi adalah untuk memberikan pengayoman hukum
dan kepastian hukum, baik bagi rakyat maupun bagi
administrasi negara dalam arti terjaganya keseimbangan
kepentingan masyarakat dan kepentingan individu.
PENYELESAIAN SENGKETA DI PTUN PADA
MULANYA BERAWAL DARI ADANYA
TINDAKAN PEMERINTAH/PEJABAT TUN

TANPA ADA TINDAKAN PEMERINTAH, MAKA


TIDAK AKAN PERNAH ADA SENGKETA TUN
Dlm menjalankan tugasnya, tdk jarang terjadi
bahwa tindakan badan atau Pejabat TUN
melanggar batas, shgga menimbulkan kerugian
bagi yg terkena. Hal demikian disebut
perbuatan melanggar hukum oleh penguasa
(onrechtmatige overheidsdaad).
Fungsi ptun
• Sarana untuk menyelesaikan konflik yang timbul
antara pemerintah (Badan/Pejabat TUN) dengan
rakyat (orang perorang/badan hukum perdata),
selain upaya administratif yang tersedia.
Jenis-jenis Tindakan Pemerintah
Melakukan perbuatan materiil/faktual (Materiil daad)
(membuat selokan,memotong pohon)
Mengeluarkan peraturan (regelling)
(UU, PP, Perda Sampah,KTP, Iklan)
Mengeluarkan keputusan (Beschikking)
(mengangkat si A jadi pegawai,si B dipecat)

BESCHIKKING PTUN
SIFAT KHUSUS HUKUM ACARA
PERADILAN TATA USAHA NEGARA
1) Hakim Aktif (Dominus Litis);
2) Terdapat tenggang waktu dalam mengajukan gugatan ( 90
hari) sejak diterima atau diumumkan KTUN;
3) Ada Proses “Dismissal” oleh Ketua Pengadilan TUN;
4) Ada Pemeriksaan Persiapan;
5) Gugatan tidak menunda pelaksanaan keputusan TUN; (Terkait Asas
“Persumtion Justae Causa”)
6) Asas Pembuktian Bebas dan terbatas ( Vrij Bewijs);
7) Tidak ada Gugatan Rekonvensi;
8) Tidak ada Putusan Verstek;
9) PT. TUN dapat menjadi pengadilan tingkat pertama;
10) Putusan PTUN bersifat “ERGA OMNES”
Asas-asas Hukum Acara
Peratun
a) Asas praduga sah menurut hukum
b) Asas pembuktian bebas
c) Asas keaktifan hakim
d) Asas erga omnes (hrs segera dilaksanakan krn untk
kepentingan publik)
e) Asas peradilan cepat, murah, sederhana
f) Asas kesatuan beracara
g) Asas musyawarah
h) Asas kekuasaan kehakiman yg merdeka
i) Asas keterbukaan
j) Asas putusan adil
ASAS PRADUGA RECHTMATIGE
(Vermodens van recht- matige/ Presumptio Justea
Causa ).

 Bahwa setiap KTUN harus dianggap sah (rechtmatige)


sampai ada pembatalan oleh pengadilan.
 Gugatan tdk menunda KTUN (Psl.67 ayat 1 UU
No.5/1986).
ASAS PEMBUKTIAN BEBAS
( Vrij Bewijs ).

Hakim yg menentukan apa yg hrs dibuktikan, beban


& penilaian pembuktian (Psl.107 UU No.5/1986).
(Berbeda dgn peradilan perdata dimana beban
pembuktian diletakkan kpd Pihak Penggugat (psl.
1865 KUH Perd).
ASAS HAKIM AKTIF
( Actieve Rechter/Dominus Litis )

• Asas ini untuk mengimbangi kedudukan para pihak yg tdk


seimbang, dimana poisisi Tergugat (Bdn/Pejabat TUN)
lebih kuat drpd posisi Penggugat ( orang/bdn hk perdata ),
tercermin dalam Pasal-pasal:

• Psl. 58 - berwenang memerintahkan kedua pihak ybs dtg


menghadap meski tlh diwakili kuasa).
• Psl. 63 (1) - memberi nasehat dlm Pemeriks. Persiapan.
• Psl. 80 – memberi petunjuk ttg alat bukti.
• Psl. 85 – berwenang memerintahkan pemeriksaan Pejabat
TUN/Pejabat lain & minta penjelasan ybs.
Susunan, Kedudukan dan Wewenang PERATUN

• Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk


menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
• Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.
KEWENANGAN PTUN

• Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku


kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap
sengketa Tata Usaha Negara.

• Yang dimaksud dengan “rakyat pencari keadilan” adalah setiap


orang baik warga negara Indonesia maupun orang asing, dan
badan hukum perdata yang mencari keadilan pada Peradilan
Tata Usaha Negara
Kekuasaan Kehakiman dilingkungan
Peradilan TUN
• Dilaksanakan oleh :
• Pengadilan Tata Usaha Negara (sebagai pengadilan
tingkat pertama, berkedudukan di Ibu Kota
Kabupaten/Kota, saat ini berjumlah 28 pengadilan);
• Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (sebagai
pengadilan tingkat banding, sekaligus dapat juga
sebagai Pengadilan tingkat pertama berdasarkan
ketentuan Pasal 51 (2)&(3)), berkedudukan di Ibu Kota
Provinsi. Saat ini terdapat 4 buat PT TUN);
• kekuasaan tersebut berpuncak pada MA sebagai
Pengadilan Negara Tertingi.
Absolut
.

KOMPETENSI PTUN

Relatif
KOMPETENSI absolut PTUN
Kompetensi absolut pengadilan adalah kewenangan badan pengadilan dalam
memeriksa dan mengadili jenis perkara tertentu yang secara mutlak tidak dapat
diperiksa dan diadili oleh badan pengadilan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sebagai contoh, kompetensi absolut antara Pengadilan Negeri dengan Pengadilan
Agama dalam sengketa waris;
Sesuai dengan ketentuan Pasal 50 UU Peratun, kompetensi absolut Pengadilan
Tata Usaha Negara adalah memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa TUN
di tingkat pertama.
Sedangkan kompetensi absolut Pengadilan Tinggi TUN adalah:
1) memeriksa dan memutus sengketa TUN ditingkat banding;
2) Memeriksa dan memutus di tingkat pertama dan terakhir sengketa
kewenangan mengadili antar Pengadilan TUN di wilayah hukumnya;
3) Memeriksa serta memutus sengketa TUN (dlm Tk. I) sebagaimana dimaksud
Pasal 48 UU Peratun.
Kompetensi Relatif
Kompetensi relatif pengadilan adalah kewenangan
mengadili antar pengadilan yang setingkat dalam satu
lingkungan peradilan. Kompetensi relatif ini
menunjukkan pada Pengadilan TUN manakah yang
berwenang untuk memeriksa, memutus dan
menyelesaikan suatu sengketa TUN.

 Pada prinsipnya Kompetensi relative PTUN


didasarkan pada asas actor sequitur forum rei, pada
prinsipnya gugatan diajukan di PTUN tempat kediaman
Tergugat dengan pengecualian diatur dalam Pasal 54.
Kompetensi Relatif PTUN:
(Pasal 54)

1. Gugatan sengketa TUN diajukan di Pengadilan


tempat kedudukan tergugat.
2. Apabila tergugat lebih dari satu Badan/Pejabat
TUN gugatan diajukan kepada Pengadilan tempat
kedudukan salah satu Badan/Pejabat TUN.
3. Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak
berada dalam daerah hukum Pengadilan tempat
kediaman penggugat, maka gugatan dapat
diajukan ke Pengadilan tempat kediaman
penggugat untuk selanjutnya diteruskan kepada
Pengadilan yang bersangkutan.
Kompetensi Relatif PTUN:

4. Dalam hal-hal tertentu sesuai dengan sifat


sengketa TUN yang bersangkutan yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah, gugatan dapat
diajukan kepada Pengadilan tempat kediaman
penggugat.
5. Apabila penggugat dan tergugat berkedudukan
atau berada di luar negeri, gugatan diajukan
kepada Pengadilan di Jakarta.
6. Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri
dan penggugat di luar negeri, gugatan diajukan
kepada Pengadilan di tempat kedudukan
tergugat.
Tenggang waktu mengajukan gugatan:

Gugatan dapat diajukan hanya dalam


tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari
terhitung sejak saat diterimanya atau
diumumkannya Keputusan Badan atau
Pejabat TUN. (Pasal 55)
Kekuasaan Pengadilan:
Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan sengketa TUN.
(Pasal 47)

Apabila menurut UU Badan/Pejabat TUN


diberikan wewenang untuk menyelesaikan dengan
upaya administratif maka harus ditempuh dulu
upaya administratif sebelum mengajukan gugatan
ke Pengadilan. (Pasal 48)
Alur Penyelesaian sengketa TUN

keberatan

Upaya Administratif

Sengketa
Banding
TUN

Upaya Peradilan
UPAYA ADMINISTRATIF

- Upaya administratif :
a. KEBERATAN
(Administratief bezwaar), kepada Badan/Pejabat TUN yang
menerbitkan KTUN ----- Digugat ke PTUN;

b. BANDING ADMINISTRATIF
(Administratief beroep), kepada atasan/instansi lain yang lebih tinggI
yang mengeluarkan KTUN ----- gugatan ke PT.TUN;

(Pasal 48 UU No. 5 Tahun 1986)


Objek dan Subjek Sengketa
TUN
• Sengketa Tata Usaha Negara adalah:
• sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara;
• antara orang atau badan hukum perdata dengan badan
atau pejabat tata usaha negara,
• baik di pusat maupun di daerah,
• sebagai akibat dikeluarkannya KEPUTUSAN TATA
USAHA NEGARA,  Objek Sengketa;
• termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 1
angka 10 UU Peratun)
Pasal 1 angka 9
OBYEK SENGKETA TUN KTUN

KTUN
 penetapan tertulis;
 dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara;
 berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang
berdasarkan peraturan per-UU-an;
 bersifat konkret, individual dan final;
 menimbulkan akibat hukum bagi seseorang.
KTUN yang dapat digugat di PTUN adalah

INGAT RUMUS INI !!!!!

(Pasal 1 angka 9 + Pasal 3) – (Pasal 2 + Pasal 49)

Tidak semua KEPUTUSAN dapat digugat di PTUN


KONKRET,INDIVIDUAL,FINAL
• Bersifat konkret, artinya objek yang diputuskan dalam Keputusan Tata
Usaha Negara itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat
ditentukan, umpamanya keputusan mengenai sumah si A, Izin usaha bagi
si B, pemberhentian si A sebagai pegawai negeri.  
• Bersifat individual artinya Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak
ditujukan untuk umum, tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju.
• Bersifat final artinya sudah definitif dan karenanya dapat menimbulkan
akibat hukum. Keputusan yang masih memerlukan persetujuan atasan atau
instansi lain belum bersifat final karenanya belum menimbulkan hak dan
kewajiban, misalnya Keputusan pengangkatan Pegawai Negeri yang masih
memerlukan persetujuan dari Badan Administrasi Kepegawaian Negara.
Parameter/Indikator Untuk Menguji Apakah Memo/Nota
Dinas Dapat Menjadi Obyek Gugatan Di Ptun

• Jelas Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang


mengeluarkannya;
• Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu;
• Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetap-kan
di dalamnya jelas bersifat individual, konkret dan final
• Serta menimbulkan suatu akibat hukum bagi seseorang atau-
pun badan hukum perdata
Perluasan Pengertian KTUN dalam Pasal 3

• Keputusan Fiktif Negatif dianggap KTUN;


• Jangka waktu permohonan berakhir (menurut
peraturan dasarnya) dianggap menolak;
• Apabila peraturan dasarnya tidak mengatur, maka
setelah lewat 4 bulan dari permohonan dianggap
ditolak.
Disamakan dengan Keputusan TUN:
(Pasal 3)

Apabila Badan atau Pejabat TUN tidak mengeluarkan


keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewajibannya.
Badan atau Pejabat TUN dianggap telah menolak
mengeluarkan keputusan apabila jangka waktu
sebagaimana ditentukan peraturan perundang-
undangan dimaksud telah lewat atau apabila peraturan
perundang-undangan tidak menentukan jangka waktu,
maka setelah lewat waktu empat bulan.
Subyek sengketa TUN

Orang-perorang/Badan Hukum Privat yang terkena atau


merasa kepentingannya dirugikan KTUN

Orang Perorang atau Badan Penggugat


Hukum Perdata
Pasal 53 (1)
Pasal 1
angka 10
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara Tergugat
Pasal 1 angka 12

Yang mengeluarkan KTUN (Penerima Atribusi,


Penerima Delegasi, Pemberi Mandat)
KTUN SEBAGAIMANA DISEBUTKAN DALAM PASAL 2 :
a. KTUN HUKUM PERDATA
b. KTUN BERSIFAT UMUM
c. KTUN YANG MASIH MEMERLUKAN PERSETUJUAN
d. KTUN YANG DIDASARKAN PADA KETENTUAN KUHP
DAN KUHAP / PERATURAN LAIN YANG BERSIFAT
PIDANA
e. KTUN ATAS DASAR HASIL PEMERIKSAAN BADAN
KEPUTUSAN PERADILAN
TUN YANG f. KTUN MENGENAI TATA USAHA TNI
BUKAN g. KEPUTUSAN KPU DAN KPUD MENGENAI HASIL
PEMILU
OBYEK
SENGKETA
KTUN SEBAGAIMANA DISEBUTKAN DALAM PASAL 49 :

a. DIKELUARKAN DALAM PERANG, KEADAAN BAHAYA


DAN BENCANA ALAM
b. DIKELUARKAN DALAM KEADAAN MENDESAK
UNTUK KEPENTINGAN UMUM
Tidak termasuk Keputusan TUN:
(Pasal 2)
1. Keputusan TUN yang merupakan perbuatan hukum perdata; mis.
Jual beli antara instansi pemerintah dengan perseorangan
2. Keputusan TUN yang merupakan pengaturan yang bersifat umum;
mis. Keputusan TUN yang mengatur dan mengikat secara umum
3. Keputusan TUN yang masih memerlukan persetujuan; mis.
Keputusan yang berlaku setelah ada persetujuan dari
atasan/instansi lain
4. Keputusan TUN yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan KUHP
atau KUHAP atau peraturan per-UU-an lain yang bersifat hukum
pidana; mis. Surat Perintah Penahanan, dll
Tidak termasuk Keputusan TUN:
(Pasal 2)

5. Keputusan TUN yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan


badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan per-UU-an
yang berlaku; mis. Keputusan TUN berdasarkan Putusan
pengadilan
6. Keputusan TUN mengenai tata usaha Tentara Nasional
Indonesia;
7. Keputusan Komisi Pemilihan Umum, baik di pusat maupun di
daerah mengenai hasil pemilihan umum.
TERGUGAT adalah
 badan atau pejabat tata usaha negara
 yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada
padanya atau
 yang dilimpahkan kepadanya
 yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata.
Siapakah Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara itu?
Pasal 1 angka 8 UU No 51 2009 yang menyebutkan
sebagai berikut:

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah:


Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
Kesimpulan tentang definisi
pejabat menurut PTUN
• Berdasar pada tersebut di atas dapatlah
disimpulkan bahwa dalam PTUN yang
dipentingkan dalam penentuan apakah masuk
dalam klasifikasi pejabat atau badan tata usaha
negara adalah terletak dari apa yang
diperbuat oleh pejabat atau badan tata usaha
negara tersebut, dan tidak mendasarkan
kepada jenis kekuasaan apa yang diembannya
Apakah Swasta bisa digugat ?
• Bisa, sepanjang yang bersangkutan
melakukan tugas / kegiatan di
bidang pemerintahan dengan
berdasar perundangan yang
berlaku:
Contoh: pemecatan mahasiswa
Univ. Swasta;
AWAS!
• Yang digugat adalah Jabatannya bukan Pribadi Orangnya
• Tidak dibenarkan menuliskan nama pribadi pejabat dalam gugatan,
sebab yang digugat adalah jabatannya.
Siapa yang harus dijadikan Tergugat
(kesalahan dalam menunjuk Tergugat berakibat gugatan salah alamat,
dan sangat fatal)

• Periksa Sumber kewenangan Pejabat yang


menandatangani Keputusan TUN yang digugat tersebut:
• Sumber kewenangan terdiri
 Atribusi (tidak dibahas)
 Delegasi
 Mandat
DELEGASI
• PELIMPAHAN WEWENANG
• BERLAKU SELAMANYA
• PEMBERI DELEGASI TIDAK MEN-CAMPURI
PELAKSANAAN TUGAS PE-NERIMA DELEGASI
• TANGGUNG JAWAB PADA PENERIMA
DELEGASI
MANDAT
• BUKAN PELIMPAHAN WEWENANG
• BERLAKU SEMENTARA
• PEMBERI MANDAT DAPAT MEN-CAMPURI
PELAKSANAAN TUGAS OLEH PENERIMA
MANDAT/ MANDATARIS.
• TANGGUNGJAWAB PADA PEMBERI MANDAT
(biasanya ditandatangani dengan tanda An,Ub )
ATRIBUSI
• PEMBERIAN WEWENANG
• YANG DIBERIKAN OLEH UUD 1945 ATAU
UNDANG-UNDANG
• TIDAK DAPAT DIDELEGASIKAN KECUALI
DITENTUKAN LAIN.
• TANGGUNGJAWAB PADA PENERIMA ATRIBUSI
Penggugat
Berdasarkan Pasal 53 (1), maka :
• Hanya orang perorang/Badan Hukum Perdata;
• Pejabat TUN tidak dapat menjadi Penggugat;
• Hanya orang yang dituju atau terkena akibat KTUN dan
karenanya ia merasa dirugikan. CAUSAL VERBAND;
• Berlaku asas “no interest no action”;
Yurisprupensi :
• membolehkan legal standing bagi Organissasi Lingkungan
Hidup, misalnya WALHI;
• Memperbolehkan badan hukum publik menggugat untuk
melindungi kepentigan keperdataannya;
Pasal 48 UU No.14 Tahun 2008 ttg KIP memperluas kompetensi subjek
penggugat  Badan Hukum Publik dapat menjadi Pengguhat dalam Sengketa
Informasi Publik di PTUN;
PENGAJUAN Gugatan
• Gugatan adalah permohonan yang berisi
tuntutan terhadap Badan/Pejabat TUN dan
diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan
keputusan;
• Harus tertulis, jika tidak pandai baca tulis dapat
meminta bantuan Panitera untuk
menuliskannya.
• Pengajuan gugatan dapat menggunakan atau
tanpa kuasa hukum.
Pengecualian
Pengadilan tidak berwenang memeriksa,
memutus dan menyelesaikan sengketa TUN
tertentu dlm hal keputusan yg disengketakan
itu dikeluarkan dlm waktu perang, keadaan
bahaya, keadaan bencana alam, atau keadaan
luar biasa yg membahayakan, berdasarkan
peraturan perundang-undangan yg berlaku.
INGAT di PTUN
Pemberian kuasa TIDAK WAJIB;
Fungsinya alternatif, mendampingi atau mewakili dalam sengketa;
Pemberian kuasa dpt terdiri 1 orang / lebih;
Cara pemberian dapat melalui surat kuasa khusus atau lisan
dipersidangan;
Surat kuasa wajib dilampirkan, jika menggunakan kuasa;
Apabila Tindakan penerima kuasa melampaui kewenangan, pemberi
kuasa dapat mengajukan pembatalan kepada Hakim;
Kapan Menggugat ?
• Gugatan tidak boleh prematur dan daluarsa (90 hari) vide Pasal
55;
• Sejak Kapan perhitungan 90 hari tsb:
 Sejak diterimanya (KTUN memuat nama Penggugt);
 Sejak pengumuman;
 Bagi pihak yang tidak dituju KTUN dan merasa terkena
kepentingannya sejak ia merasa dirugikan dan mengetahui
adanya KTUN tsb.
 Sejak putusan upaya administratif diterima/dibacakan.
• Perhitungan berhenti sejak didaftarkan di Panitera.
Syarat-syarat Gugatan
Syarat Formil
• Gugatan harus memuat nama, kewarganegaraan,
tempat tinggal, pekerjaan penggugat maupun
kuasanya (termasuk melampirkan surat kuasa jika
memakai kuasa) dan nama jabatan dan tempat
kedudukan tergugat (pasal 56).
Syarat Materiil
• Gugatan harus memuat posita (dasar atau alasan-
alasan gugatan) dan petitum (tuntutan baik
tuntutan pokok maupun tambahan (ganti rugi
dan/atau rehabilitasi))
Kerangka Surat Gugatan

A. Identitas para pihak (syarat formil):


1) Penggugat atau kuasanya : orang atau badan hukum perdata,
2) Tergugat : Jabatan yang mengeluarkan KTUN kedudukan hukum
Badan atau PejabatTUN atau kuasanya
B. Posita (Fundamentum Petendi)/alasan gugatan, Pasal 53 ayat (2)
C. Tuntutan (Petitum)
D. Penutup;
E. dapat pula disertakan permohonan penundaan pelaksanaan KTUN (Pasal
67 (2), (3) dan (4)), permohonan beracara cepat (Pasal 98),
Posita
• Posita atau dasar gugatan berisi:
kejadian mengenai duduk perkaranya;
Bagian yg menguraikan tentang hukumnya;
• Uraian :
bahwa objek gugatan adalah kompetensi PTUN ybs;
Penggugat berwenang menggugat;
Tergugatnya tepat;
Kronologis lahirnya KTUN;
Alasan gugatan.
PETITUM
• Pokok & tambahan;
• Tuntutan pokok dalam gugatan adalah agar keputusan
TUN yang digugat dinyatakan batal atau tidak sah.
Tuntutan tambahan berupa ganti rugi dan atau
rehabilitasi (kepegawaian), serta kewajiban Tergugat
yang tidak bersedia melaksanakan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap untuk
dikenakan upaya paksa berupa pembayaran sejumlah
uang paksa (dwangsom), sanksi administratif dan
diumumkan pada media massa cetak setempat.
Tuntutan pokok dpt juga disertai dg tuntutan
ganti kerugian. Khusus untuk pegawai negeri
selain tuntutan di atas dpt jg ditambah dg tuntuan
rehabilitasi.

Rehabilitasi adlh pemulihan hak penggugat dlm


kemampuan, kedudukan, harkat dan martabatnya
sbg pegawai negeri sipil seperti semula sblm ada
keputusan yg disengketakan dan termasuk jg
pemulihan terhadap hak2 yg ditimbulkan oleh
kemampuan, kedudukan, dan harkatnya sbg sbg
pegawai negeri sipil.
Alasan Gugatan
Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 53 ayat (1) adalah:

 Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan


peraturan perundang-undangan yang berlaku;
 Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan
asas-asas umum pemerintahan yang baik.
Dikatakan bertentangan dgn
Peraturan Per-uu-an, jika:
• Bertentangan dengan ketentuan peraturan per-uu-an yang
bersifat prosedural/formalnya;
• Bertentangan dengan ketentuan pertaturan per-uu-an yang
bersifat material;
• Dikeluarkan oleh badan/pejabat TUN yang tidak
berwenang, baik karena :
1. diluar kewenangan materiilnya;
2. diluar wilayah kewenangannya;
3. Kewenangannya sudah lampau waktu, atau kewenangannya
belum mulai berlaku.
“AUPB” adalah meliputi asas:
kepastian hukum;
tertib penyelenggaraan negara;
keterbukaan;
proporsionalitaS;
Profesionalitas
akuntabilitas,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme.
Isi gugatan TUN:
• Dalam gugatan dapat diajukan
permohonan pemeriksaan acara cepat

• Dalam gugatan dapat diajukan


permohonan Schoorsing/Penundaan/
Penangguhan Keputusan TUN
Cara Mengajukan Gugatan TUN:
Pasal 59
1. Untuk mengajukan gugatan, penggugat membayar uang muka
biaya perkara, yang besarnya ditaksir oleh Panitera Pengadilan.
2. Setelah penggugat membayar uang muka biaya perkara,
gugatan dicatat dalam daftar perkara oleh Panitera Pengadilan.
3. Selambat-lambatnya dalam jangka waktu tiga puluh hari
sesudah gugatan dicatat, Hakim menentukan hari, jam, dan
tempat persidangan, dan menyuruh memanggil kedua belah
pihak untuk hadir pada waktu dan tempat yang ditentukan.
4. Surat panggilan kepada tergugat disertai sehelai salinan gugatan
dengan pemberitahuan bahwa gugatan itu dapat dijawab dengan
tertulis.
Permohonan Penundaan
Keputusan TUN:

1. Permohonan Penundaan Keputusan


diajukan bersama gugatan dan dapat
diputus terlebih dahulu dari pokok
sengketanya.

2. Permohonan Penundaan dapat diajukan


sekaligus dalam gugatan dan dapat diputus
terlebih dahulu dari pokok sengketanya.
Agar permohonan penundaan pelaksanaan KTUN
dpt diterima maka permohonan yg diajukan secara
terpisah, hrs memenuhi syarat2 formal yg berlaku
untuk surat gugatan.

Permohonan penundaan pelaksanaan KTUN hrs


hanya berkaitan dg gugatan pokok yg tlh
dimasukan dan jelas masuk dlm kompetensi
pengadilan tsb.
• Permohonan penundaan pelaksanaan KTUN
itu tdk menyangkut kepentingan umum.
• Permohonan penundaan pelaksanaan KTUN
itu blm pernah diputuskan oleh pengadilan.
• Jika permohonan spt itu sdh pernah ditolak
oleh pengadilan, tentu saja permohonan
ulang tdk dpt diterima.
Alasan dikabulkannya
penundaan Keputusan TUN:
• apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak
yang mengakibatkan kepentingan penggugat
sangat dirugikan jika Keputusan Tata Usaha
Negara yang digugat itu tetap dilaksanakan;

• tidak dapat dikabulkan apabila kepentingan umum


dalam rangka pembangunan mengharuskan
dilaksanakannya keputusan tersebut.
PENETAPAN PENUNDAAN
DIKABULKAN :
HANYA APABILA TERDAPAT
KEADAAN YANG SANGAT
DIKABULKAN DALAM
MENDESAK, YANG
DUA TAHAP PROSESUAL :
MENGAKIBATKAN
 OLEH KETUA PTUN
KEPENTINGAN PENGGUGAT
 OLEH MAJELIS HAKIM
SANGAT DIRUGIKAN, JIKA SELAMA PEMERIKSAAN
ALASAN KEPUTUSAN TUN YANG
PENETAPAN DIGUGAT TETAP
DILAKSANAKAN PENGABULAN DAN
PENUNDAAN PENCABUTAN DIBUAT DALAM
BENTUK PENETAPAN KECUALI
DITOLAK /
YANG DITUANG DALAM
TIDAK DIKABULKAN
PUTUSAN AKHIR (SEMA
APABILA ADA KEPENTINGAN
NOMOR 2 TAHUN 1991)
UMUM DALAM RANGKA
PEMBANGUNAN
MENGHARUSKAN PADA PUTUSAN AKHIR
PELAKSANAAN KEPUTUSAN
TUN TERSEBUT
CARA PENYAMPAIAN PENETAPAN PENUNDAAN

DISAMPAIKAN VIA
KURIR KEPADA
TERGUGAT APABILA TIDAK
DILAKSANAKAN /
PENETAPAN DIPATUHI OLEH
PENUNDAAN TERGUGAT, MAKA
OLEH KETUA / DIEKSEKUSI =
MAJELIS EKSEKUSI PUTUSAN
HAKIM BHT
(EX PASAL 116 UU
NOMOR 5/1986 JO SEMA
EXTRACT / AMAR
PENETAPAN VIA FAX / NOMOR 2/1991)
TELEGRAM, PENETAPAN
LENGKAP DIKIRIM VIA
POS TERCATAT /
JURUSITA
(UU NOMOR 9/2004)
Kuasa:
Pasal 57

Para pihak yang bersengketa masing-masing dapat


didampingi atau diwakili oleh seorang atau beberapa
orang kuasa. Pemberian kuasa dapat dilakukan dengan
surat kuasa khusus atau dapat dilakukan secara lisan di
persidangan.

Surat kuasa yang dibuat di luar negeri bentuknya harus


memenuhi persyaratan di negara yang bersangkutan dan
diketahui oleh Perwakilan Republik Indonesia di negara
tersebut, serta kemudian diterjemaahkan ke dalam
bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi.
Isi Surat Kuasa:

1. Identitas pemberi kuasa dan penerima kuasa (nama,


kewarganegaraan, tempat tinggal, pekerjaan)
2. Hal yang dikuasakan (disebutkan hal apa yang
dikuasakan, kedudukan para pihak sebagai
Penggugat/Tergugat, nomor perkara, pengadilan yang
memeriksa)
3. Hak yang diberikan kepada Penerima Kuasa
4. Hak Subtitusi dan/atau hak retensi
5. Tempat dan tanggal surat dibuat
6. Tanda tangan pemberi kuasa dan penerima kuasa
PEMANGGILAN SIDANG

1. Jangka waktu antara pemanggilan dan hari sidang


tidak boleh kurang dari 6 (enam) hari, kecuali
dalam hal sengketa tersebut harus diperiksa
dengan acara cepat

2. Panggilan terhadap pihak yang bersangkutan


dianggap sah, apabila masing-masing telah
menerima surat panggilan yang dikirimkan
dengan surat tercatat.
PEMANGGILAN SIDANG

3. Apabila salah satu pihak berkedudukan atau berada di luar


wilayah Republik Indonesia, panggilan dilampiri salinan
gugatan diteruskan kepada Departemen Luar Negeri
Republik Indonesia.

4. Departemen Luar Negeri segera menyampaikan melalui


Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dalain
wilayah tempat yang bersangkutan berkedudukan atau
berada.

5. Petugas Perwakilan Republik Indonesia dalam jangka


waktu 7 (tujuh) hari sejak dilakukan pemanggilan tersebut,
wajib memberi laporan kepada Pengadilan yang
bersangkutan.
PEMERIKSAAN
1. Terdiri dari :
• Pemeriksaan pendahuluan
• Pemeriksaan Persidangan
2. Acara yang digunakan :
• Acara Singkat;
• Acara Cepat;
• Acara Biasa.
3. Acara Singkat tidak memeriksa pokok sengketa.
Pemeriksaan Pendahuluan
• Penelitian Segi Administratif;
• Dilakukan oleh Panitera, hanya syarat2 formalnya yang
diperiksa.
• Rapat Pemusyawaratan (Pasal 62);
• Dilakukan oleh Ketua Pengadilan, untuk menyaring
perkara;
• Tahap ini disebut juga dismissal proses;
• Pemeriksaan Persiapan (Pasal 63)
• Dilakukan oleh Majelis Hakim, untuk melengkapi gugatan
yang kurang jelas;
• jika permohonan acara cepat dikabulkan, maka tidak ada
tahap ini.
Pemeriksaan Administratif dan
pemeriksaan Persiapan
• Kriteria pemeriksaan administratif
setelah perkara didaftar dan memperoleh nomor
perkara, kemudian staf kepaniteraan
membuatkan resume gugatan sblm diajukan kpd
ketua PTUN dg bentuk formal sbb:
a. Subjek gugatan yaitu siapa subjek gugatan dan
penggugat atau tergugat maju sendiri atau diwakili
oleh kuasanya
b. Objek gugatan, yaitu hal yg menjadi objek gugatan,
misalnya surat keputusan pemberhentian sbg
PNS, atau misalnya surat keputusan
pembongkaran gedung atau rumah.
c. Ringkasan alasan gugatan → ringkasan alasan
gugatan diteliti secara sepintas apakah memenuhi
unsur Ps. 53 ayat (3) huruf a, b, dan c UU No. 5 tahun
1986.
d. Apakah Tuntutan penggugat (petitum) hanya berisi
permintaan pembataan surat keputusan yg
diselenggarakan saja, atau ditambah dg tuntutan
ganti kerugian dan atau rehabilitasi.
• Pendaftaran perkara baik di tgkt pertama maupun di
tgkt banding baru dimasukan dlm register perkara
stlh biaya panjar perkara yg ditaksir oleh panitera
dipenuhi.
• Jika ada phk yg didampingi oleh kuasa, maka isi dan
bentuk surat kuasa khusus hrs memenuhi
persyaratan dg dibubuhi materai secukupnya.
• Jika surat kuasa khusus tsb hanya dibubuhi cap
jempol pemberi kuasa, maka perlu adanya
penguatan dari seorang pejabat yg berwenang.
• Jika kuasa itu seorang advokad, maka surat kuasa
khusus tdk perlu dilegalisasi.
• Dlm surat kuasa khusus mungkin saja disebutkan
kuasa subtitusi, maka menurut Mahkamah Agung
kuasa subtitusi juga harus memiliki izin praktek.
• Hasil penelitian adm dilaporkan kpd Ketua PTUN atau
wakilnya untuk dilajutkan dlm rpt permusyawaratan.
• Ketua atau wakil ketua akan memeriksa kembali terutama
mengenai wewenang PTUN yg bersangkutan untuk memutus
atau mengadilinya.
• Apakah gugatan tsb tlh memenuhi persyaratan, alasan-alasan
pengajuan gugatan, daluwarsa atau tdknya gugatan yg diajukan
tsb.
• Dlm rpt permusyawaratan, ketua pengadilan berwenang
memtuskan dg suatun penetapan yg dilengkapi dg
pertimbangan2 bahwa gugatan tsb dinyatakan tdk dpt diterima
atau tdk berdasar.
• Apabila pokok gugatan nyata2 tdk termasuk dlm wewenang
pengadilan, syarat2 gugatan tdk dipenuhi penggugat sekalipun
dia tlh diberitahukan dan diperingakan, gugatan iajukan sblm
waktunya atau tlh lwt waktunya.
Rapat Permusyawaratan/
DISMISSAL PROCESS

Ketua Pengadilan berwenang memutuskan


dengan suatu penetapan yang dilengkapi
dengan pertimbangan-pertimbangan
bahwa gugatan yang diajukan itu
dinyatakan tidak diterima atau tidak
berdasar
Alasan-alasan yang dapat
dijadikan dasar dalam DISMISSAL PROCESS
Pasal 62

1. pokok gugatan tidak termasuk dalam wewenang


Pengadilan;
2. syarat-syarat gugatan tidak dipenuhi sekalipun
PENGGUGAT telah diberi tahu dan diperingatkan;
3. gugatan tidak didasarkan pada alasan-alasan yang
layak;
4. apa yang dituntut dalam gugatan sudah terpenuhi
oleh Keputusan TUN yang digugat;
5. gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah
lewat waktunya.
Upaya hukum PERLAWANAN atas
penetapan DISMISSAL PROCESS
Pasal 62
1. Penggugat dapat mengajukan atas penetapan
Dismissal Proses;
2. Tenggang waktu 14 hari setelah penetapan
diucapkan;
3. Perlawanan diperiksa dengan acara singkat.
4. Apabila perlawanan dibenarkan maka penetapan
gugur demi hukum dan gugatan akan
diperiksadengan acara biasa.
5. Atas putusan mengenai perlawanan tidak ada
upaya hukum.
PEMERIKSAAN PERKARA TUN

1. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA CEPAT


Perkara Gugatan  Hakim Tunggal

2. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA


Perkara Gugatan  Majelis Hakim
Acara Singkat
• prosedur acara yang digunakan untuk memeriksa perlawanan dari
penggugat terhadap penetapan Ketua PTUN dalam tahap Rapat
Permusyawaratan (lihat pasal 62).
• Acara singkat ini digunakan untuk memeriksa pemeriksaan
perlawanan dan pemutusan terhadap upaya perlawanan. Jika
perlawanan dibenarkan, maka penetapan dismissal Ketua PTUN gugur
demi hukum,
• selanjutnya pokok gugatan akan diperiksa dengan menggunakan acara
biasa. Terhadap putusan ini tidak ada upaya hukum
Acara Cepat
• diatur dalam Pasal 98-99, dipimpin oleh hakim tunggal.
• Pemeriksaan dengan acara ini didahului oleh adanya
permohonan kepada ketua pengadilan dengan alasan adanya
kepentingan dari penggugat yang cukup mendesak.
• Dalam waktu 14 hari setelah permohonan ketua pengadilan
mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan atau tidaknya
permohonan.
• Jika dikabulkan, tujuh hari setelah penetapan oleh ketua
pengadilan harus sudah ditentukan waktu dan tempat sidang
tenpa pemeriksaan persiapan.
• Tenggang waktu jawab-jinawab tidak boleh melebihi waktu 14
hari. Pemeriksaan dilakukan oleh hakim tunggal
PEMERIKSAAN DENGAN
ACARA CEPAT
- Ada kepentingan penggugat yang cukup mendesak, mis.
Pembongkaran rumah
- Hakim Tunggal
- Di ruang sidang terbuka untuk umum
- Tanpa dilakukan Pemeriksaan Persiapan
- Proses jawab jinawab
- Pemeriksaan bukti surat
- Pemeriksaan bukti saksi-saksi
- Putusan
Proses acara cepat maksimal 30 (tiga puluh) hari
Acara Biasa
• Pemeriksaan dengan acara biasa diatur mulai
Pasal 68.
• Jangka waktu pemeriksaan tidak boleh melebihi
waktu 6 bulan sejak registrasi perkara;
• Pemeriksaan dilakukan oleh Majelis Hakim.
• Pemeriksaan diawali dengan adanya pemeriksaan
persiapan.
• Jangka waktu pemanggilan dengan pemeriksaan
tidak boleh kurang dari 6 hari.
PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA

PEMERIKSAAN PERSIAPAN
• Pemeriksaan tertutup untuk umum
• Penggugat berhak mendapat nasehat guna melengkapi
gugatan
• Hakim dapat meminta penjelasan dan data-data yang
diperlukan kpd Tergugat
• Dalam jangka waktu 30 hari Penggugat harus melengkapi
gugatan apabila tidak dilengkapi gugatan dinyatakan tidak
dapat diterima (NO)terhadap putusan tsb tidak ada upaya
hukum tapi bisa diajukan gugatan baru
PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA

PEMERIKSAAN di PERSIDANGAN
• pemeriksaan terbuka untuk umum
• Pembacaan gugatan
• Jawab jinawab
• Pemeriksaan bukti surat
• Pemeriksaan bukti saksi
• Kesimpulan
• Putusan
MASUKNYA PIHAK KETIGA
(INTERVENSI)

- Dalam pemeriksaan perkara yang sedang


berjalan, dimungkinkan masuknya Pihak
Ketiga yang berkepentingan

- Kedudukan pihak ketiga bisa sebagai


Penggugat Intervensi atau Tergugat II
Intervensi
PROSES BERACARA DI PTUN
DISMISSAL
Keputusan PROSES OLEH
Lolos PEMERIKSAAN
Final Gugatan KETUA PTUN PERSIAPAN
(Pasal 62) (Pasal 63)

N.O

VERZET
PEMERIKSAAN
DALAM SIDANG
- Pasal 68
GUGATAN - Pasal 98
PERLAWANAN
d.t.w. 14 hari

PUTUSAN
(Pasal 108)
BAGAN PROSES PEMERIKSAAN GUGATAN DI PTUN
GUGATAN

TAHAP I
PANITERA - Penelitian Administrasi
TAHAP II
a. Proses Dismissal
b. Menolak/mengabulkan permohonan Penundaan
KETUA PelaksanaanKeputusan Tata Usaha Negara (Skorsing)
c. Menolak/mengabulkan permohonan pemeriksaan Cuma-
Cuma
d. Menolak/mengabulkan pemeriksaan acara cepat.
MAJELIS e. Menetapkan perkara diperiksa dengan acara biasa.
TAHAP III
- Pemeriksaan Persiapan
TAHAP IV
- Sidang Terbuka untuk Umum
PROSES PEMERIKSAAN PERKARA DENGAN ACARA CEPAT
( Pasal 98 dan Pasal 99 UU No. 9 Tahun 2004 jo UU No. 5 Tahun 1986 )

Gugatan KETUA PTUN


PENETAPAN
disertai permohonan d.t.w. 14 hari
acara cepat

Permohonan diterima
Permohonan ditolak
sekaligus dalam penetapan tersebut
Penunjukkan Hakim Tunggal ditetapkan Pemeriksaan dilaksanakan
d.t.w. 7 hari dengan Acara Biasa

Penetapan hari sidang


Tanpa Pemeriksaan Persiapan

Jawaban dan Pembuktian


masing-masing pihak tidak
lebih dari 14 hari

KESIMPULAN

PUTUSAN
TAHAP PEMERIKSAAN PERKARA DENGAN ACARA BIASA

Pemeriksaan Persiapan PEMBACAAN


oleh Majelis Hakim SURAT GUGATAN

JAWABAN
Tergugat

Tujuannya adalah untuk REPLIK


melengkapi gugatan Penggugat
yang kurang jelas
DUPLIK
Tergugat
- Bukti Surat/Tulisan
PEMBUKTIAN - Bukti Saksi-Saksi

KESIMPULAN

PUTUSAN
Pembuktian
• Alat bukti, yaitu: surat atau tulisan; keterangan ahli; keterangan saksi;
pengakuan para pihak; pengetahuan hakim (Pasal 100)
• Keadaan yang telah diketahui umum tidak perlu dibuktikan;
• Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian
beserta penilaian pembuktian, dan untuk sahnya pembuktian
diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan
Hakim (Pasal 107).
Untuk mendapat gambaran yg jelas mengenai
permasalahanya, ketua pengadilan atau majelis
hakim dpt jg memanggil para phk yg bersengketa,
sanksi- sanksi, saksi ahli, ahli penerjemah, atau juru
bahasa.
Para phk dpt juga membawa saksi atau saksi ahli.
Orang yang tidak boleh didengar
sebagai saksi (Pasal 88)

• Keluarga sedarah atau semenda menurut garis keturunan lurus


keatas atau kebawah sampai derajat kedua dari salah satu pihak
yang bersengketa;
• Isteri atau suami salah satu pihak yang bersengketa, meskipun
sudah bercerai;
• Anak yang belum berusia tujuh belas tahun;
• Orang yang sakit ingatan
• Dlm hal pemerikasaan sengketa sdh diselesaikan,
kedua belah phk diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat yg terakhir berupa
kesimpulan masing2.
• Pemeriksaan sengketa sdh diselesaikan artinya
sesudah penggugat mengajukan replik dan tergugat
mengajukan duplik yg kmudian disusul dg
pembuktian, hakim memberi kesempatan kpd kedua
belah phk untuk mengajukan kesimpulan.
• Dlm ksmpatan tsb phk penggugat dan tergugat hrs
dpt mempertahankan dalil2 yg tlh dikemukakanya.
Putusan Peradilan tata Usaha Negara
 Putusan pengadilan dpt berupa gugatan ditolak,
gugatan dikabulkan, gugatan tdk dpt diterima,
atau gugatan gugur.
 Gugatan ditolak artinya memperkuat Keputusan
yg dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN.
 Gugatan dikabulkan artinya tidak membenarkan
Keputusan yg dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat
TUN baik sebagian atau seluruhnya.
 Gugatan tdk dpt diterima artinya gugatan itu tdk
memenuhi persyaratan yg tlh ditentukan.
 Gugatan gugur artinya apabila para phk atau
kuasanya semua tdk hadir pd persidangan yg tlh
ditentukan dan tlh dipanggil secara patut.
 Dlm hal gugatan dikabulkan oleh pengadilan, maka dlm putusan
sekaligus dittpkan kwjiban yg hrs dilakukan oleh Badan atau Pejabat TUN
yg mengeluarkan kptsn berupa:
a) Pencabutan KTUN yg bersangkutan;
b) Pencabutan KTUN yg bersangkutan ditambah dg kwjban untuk
menerbitkan kptsn yg baru; atau
c) Penerbitan KTUN apabila gugatan didasarkan pd adanya sikap diam yg
disamakan dg kptsn penolakan pd Ps. 3 UU No. 5 th 1986.
 Apabila hakim ketua sidang berhalangan menandatangani, maka
putusan ditandatangani oleh ketua pengadilan dengan menyatakan
berhalanganya hakim ketua sidang.
 Apabila yg berhalangan adlh hakim anggota majelis, putusan
ditandatangani oleh keta majelis dg menyatakan berhalanganya
hakim anggota majelis itu.
 Setiap perkara yg diputus pengadilan memerlukan biaya.
 Pihak yg kalah lazimnya dihukum untuk membayar biaya perkara,
baik untuk seluruhnya atau sebagian.
 Agar ada kepastian hukum, jumlah biaya perkara yg dibebankan
kpd phk yg kalah harus dimuat dlm amar putusan akhi pengadilan.
 Dlm hal pelaksanan putusan yg berisi kewajiban kpd Badan/Pejabat
TUN untuk memberikan rehabilitasi, dikirim kpd para phk dlm
tempo 3 hari stlh putusan mempunyai kekuatan hkm tetap.
 Biaya perkara tsb dibebankan kpd phk yg
kalah meliputi:
a. Biaya kepaniteraan dan biaya materai yg
diperlukan untuk perkara itu.
b. Biaya saksi, ahli, dan alih bahasa yg diperlukan dlm perkara
termasuk biaya penyumpahanya, dg catatan bahwa phk yg
meminta pemeriksaan lbh dari 5 orang saksi hrs membayar
biaya untuk saksi yg lbh itu meskipun phk tsb dimenangkan.
c. Biaya pemeriksaan ditempat lain dari ruang sidang dan
biaya lain yg diperlukan bagi pemutusan sengkea atas
perintah hakim ketua sidang.
 Apabila tergugat tdk dpt atau tdk sempurna
melaksanakanya sbb tlh terjadi perubahan keadaan, maka
dia wajib memberitahukan kpd Ketua Pengadilan dan
Penggugat.
PENGADILAN TINGGI TUN
SEBAGAI PENGADILAN
TINGKAT PERTAMA

- Dalam perkara yang harus ditempuh melalui upaya


banding administratif, gugatan diajukan ke
Pengadilan Tinggi TUN sebagai pengadilan tingkat
pertama.

- Contoh Keputusan Badan Pertimbangan


Kepegawaian berdasarkan PP No. 30/1980 tentang
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri.
PELAKSANAAN
PUTUSAN
(EKSEKUSI)
- HANYA putusan yang TELAH mempunyai
kekuatan hukum yang dapat dieksekusi
PROSEDUR EKSEKUSI

- Salinan putusan yang telah mempunyai


kekuatan hukum tetap dikirim kepada para
pihak dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari;
- Dalam hal Tergugat harus mencabut objek
sengketa, apabila empat bulan setelah
putusan dikirimkan Tergugat tidak
melaksanakan kewajibannya SK objek
sengketa tidak mempunyai kekuatan hukum
lagi;
- Dalam hal Tergugat harus mencabut dan
menerbitkan SK baru atau menerbitkan SK dari
keputusan fiktif negatif, setelah 3 (tiga) bulan
tidak dilaksanakan, Penggugat mohon agar Ketua
PTUN memerintahkan Tergugat melaksanakan
putusan;
- Apabila telah diperintahkan Tergugat tidak
melaksanakan putusan akan dikenakan uang
paksa (dwangsom) dan/atau sanksi
administratif;
- Tergugat tidak mau melaksanakan putusan
pengadilan dapat diumumkan melalui media
massa setempat oleh Panitera.
Terimak
asi
Ada
pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai