Anda di halaman 1dari 12

HUKUM DAGANG

By: Kartika Dewi Irianto, SH. MH.


BAB I
PENDAHULUAN
HUKUM DAGANG

PERTANYAAN :
• Sejarah Hukum Dagang
• Pengertian Hukum Dagang
• Sumber-sumber Hukum Dagang
• Hubungan antara Hukum Dagang
dengan Hukum Perdata
SEJARAH
• Perkembangan hukum dagang telah dimulai
sejak abad pertengahan di Eropa yaitu kira-kita
dari tahun 1000 sampai 1500.
• Pada saat itu, di kawasan Eropa Barat,
khususnya Italia dan Perancis Selatan telah
lahir kota-kota sebagai pusat perdagangan.
• Dan dari perkembangan tersebut, mulai muncul
perkara-perkara di bidang perdagangan yang
ternyata tidak mampu diselesaikan dengan
menggunakan Hukum Romawi (Corpus Iuris
Civilis) yang berlaku pada saat itu.
• Oleh sebab itu, disusunlah peraturan-peraturan
hukum baru di samping Hukum Romawi di
kota-kota Eropa Barat tersebut.
• Hukum baru ini berlaku bagi golongan
pedagang dan disebut Hukum Pedagang
(Koopmansrecht).
• Seiring waktu, hubungan perdagangan di
antara kota-kota itu pun semakin erat, maka
dilakukanlah unifikasi dalam bidang hukum
dagang tersebut, yaitu dengan menerbitkan
Ordonnance du Commerce pada tahun 1673.
• Pada Tahun 1807 Kaisar Napoleon di
Perancis mengkodifikasikan 2 Kitab
Undang Undang Hukum :
1. Kitab Undang Undang Hukum Perdata
Perancis (Code Civil des Francais);
2. Kitab Undang Undang Hukum Dagang
Perancis (Code de Commerce)
• Kebetulan pada saat itu Belanda dijajah oleh Perancis (1809-
1813) sehingga hukum Perancis itu diberlakukan di Belanda
sesuai dengan Asas Konkordansi (Concordantie Beginsel) –
yaitu Asas yang menyatakan bahwa hukum suatu negara juga
diberlakukan sama di negara lain.
• Tapi pada tanggal pada tanggal 1 Oktober 1838 Belanda
berhasil membuat membuat Burgerlike Wetboek dan Wetboek
Van Koophandel.
• Kemudian karena saat itu (tahun 1838 Indonesia sedang
dijajah oleh Belanda maka Burgerlike Wetboek dan
Wetboek Van Kophandel diberlakukan di Indonesia (Hindia
Belanda) sejak tahun 1848 yang diterjemahkan dengan nama
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan
Kitab Undag-Undang Hukum Dagang (KUHD).
Pengertian
• M. Ikhsan, mendifinisikan hukum dagang adalah
hukum yang mengatur masalah perdagangan yaitu
masalah yang timbul karena tingkah laku manusia
dalam perdagangan / perniagaan.
• Purwosutjipto, mengartikan hukum dagang
sebagai hukum perikatan yang timbul dalam
lapangan perusahaan.
• CST. Kansil, menyamakan hukum dagang dengan
hukum perusahaan, sehingga hukum perusahaan
adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia
yang turut melakukan perdagangan dalam usahanya
memperoleh keuntungan.
• Sunaryati Hartono, lebih khusus lagi mensinonimkan
hukum dagang dengan hukum ekonomi yaitu,
keseluruhan peraturan putusan pengadilan dan hukum
kebiasaan yang menyangkut pengembangan kehidupan
ekonomi.
• Munir Fuadi, mengartikan Hukum Bisnis, suatu
perangkat kaedah hukum yang mengatur tentang tata
cara pelaksanaan urusan kegiatan dagang, industri
atau keuangan yang dihubungkan dengan produksi
atau pertukaran barang atau jasa dengan
menempatkan uang dalam resiko tertentu dengan
usaha tertentu dengan optik adalah untuk
mendapatkan keuntungan tertentu.
• Van Kan, beranggapan bahwa hukum dagang
adalah suatu tambahan hukum perdata yaitu suatu
tambahan yang mengatur hal-hal yang khusus,.
KUHPerdata memuat hukum perdata dalam arti
sempit sedangkan KHUD memuat penambahan yang
mengatur hal-hal khusus hukum perdata dalam arti
sempit.

• Van Apeldoorn, menganggap hukum dagang suatu


bagian istimewa dari lapangan hukum perikatan
yang tidak dapat ditetapkan dalam Buku III
KUHperdata.
Sumber-Sumber Hukum
1. KUHD
2. KUH Perdata
3. Peraturan Perundang-Undangan
4. Kebiasaan
5. Perjanjian yang dibuat para pihak
6. Perjanjian Internasional
Hubungan Hukum Perdata dengan
Hukum Dagang
• Van Kan beranggapan bahwa hukum dagang
adalah suatu tambahan hukum perdata yaitu
suatu tambahan yang mengatur hal-hal yang
khusus. KUHper memuat hukum perdata
dalam arti sempit sedangkan KHUD memuat
penambahan yang mengatur hal-hal khusus
hukum perdata dalam arti sempit.
• Van Apeldoorn menganggap hukum dagang
suatu bagian istimewa dari lapangan hukum
perikatan yang tidak dapat ditetapkan dalam
Kitab III KUHperdata.
• Hukum Dagang merupakan bagian
dari Hukum Perdata, atau dengan
kata lain Hukum Dagang merupakan
perluasan dari Hukum Perdata.
Untuk itu berlangsung asas Lex
Specialis derogat Lex Generalis, yang
artinya ketentuan atau hukum
khusus dapat mengesampingkan
ketentuan atau hukum umum.

Anda mungkin juga menyukai