Anda di halaman 1dari 57

REFARAT

INFEKSI SALURAN KEMIH


Disusun Oleh :
Siti Sinar Dewi Amelia
15 19 777 14 352

Pembimbing Klinik
dr. Kartin Akune, Sp.A
DEFINISI
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI), ISK adalah keadaan adanya infeksi
(ada pertumbuhan dan perkembangan
biakan bakteri) dalam saluran kemih,
meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai
infeksi di kandung kemih dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna.
EPIDEMIOLOGI
• Insidens ISK pada neonatus cukup
bulan1% dan neonatus premature 3%

• Prevalensi ISK dengan demam pada bayi


dan anak umur 2-24 bulan 5-7%.

• Insidens ISK pada anak laki-laki 2-3% dan


anak perempuan 8-10%
EPIDEMIOLOGI
• Insidens ISK 15-20 kali lebih tinggi pada
anak yang tidak di sirkumsisi dibandingkan
anak yang sudah sirkumsisi.

• Insidens ISK tinggi pada anak yang


malnutrisi dan diare kronik.
ETIOLOGI
Penyebab lainnya seperti : Klebsiella,
Proteus, Staphylococcus saprophyticus,
Coagulase- negative Staphylococcus,
Pseudomonas aeroginosa, streptococcus
fecalis, dan streptococcus agalactilae,
jarang ditemukan.
KLASIFIKASI ISK

Berdasarkan
Komplikasi

ISK Simpleks ISK Kompleks


(simple UTI) (Complicated UTI)

ISK Simpleks adalah ISK kompleks adalah ISK


ISK tanpa penyulit yang disertai kelainan
anatomi maupun anatomi ataupun
fungsional. fungsional
KLASIFIKASI ISK

Berdasarkan
Lokasi

ISK Bawah Batas ISK Atas


“Sisititis” ISK atas “Pielonefritis”
dan
bawah :
Sistitis adalah Infeksi Pielonefritis adalah
Vesicour
vesika urinaria dan Infeksi pada perenkim
eteral
urethra. ginjal, gejala dapat
valve
bersifat sistemik dan
lokal
MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis bergantung umur anak dan lokalisasi
infeksi didalam saluran kemih.
Pada neonatus gejala ISK tidak spesifik, seperti
:
Demam
Pertumbuhan yang lambat
Muntah
rewel
Temperatur yang tidak stabil
Perut kembung
Ikterus
MANIFESTASI KLINIK
Gejala ISK pada usia 1 bulan - ≤ 1 tahun, juga
tidak menunjukan gejala yang khas, dapat
berupa :
• Demam (≥ 38 °C)
• Rewel
• Letargi
• Tidak ada nafsu makan
• Muntah
• diare
• Ikterus dan perut kembung bisa juga
ditemukan.
MANIFESTASI KLINIK

• Gejala ISK pada anak sekolah:


• Demam
• Menggigil
• Nyeri pinggang
• Nyeri ginjal
• Bladder symptoms : Dysuria,
Polakisuria, Urgency
PENEGAKAN DIAGNOSIS

1) Anamnesis
* Onset akut (Acute illness)
- demam, nyeri perut, nyeri pinggang, muntah,
diare, anoreksia, penurunan aktivitas fisik, gejala
sistitis)

- gejala penyakit dasar penyebab ISK


*Riwayat ISK sebelumnya

*Riwayat kateterisasi urine

*Diagnosis antenatal kelainan saluran kemih

*Riwayat keluarga ( ISK berulang, refluks


vesicoureteral, kelainan urogenital lain)
*2) Pemeriksaan Fisik
*Periksa keadaan umum pasien :suhu, nadi, tekanan
darah, status hidrasi dan sirkulasi.

*Menilaiparameter pertumbuhan: pertumbuhan lambat,


ISK berulang, malformasi saluran kemih, insufisinsi ginjal

*Periksa
abdomen: nyeri supra pubik, nyeri perut, nyeri
pinggang, nyeri ketok costovertebral, palpasi kandung
kemih dan ginjal.

13
*Periksa genital eksternal: sirkumsisi anak laki-
laki, kelainan anatomi (pimosis, labial adhesions),
benda asing

*Periksa kelainan bawaan:


- mielomeningocel, spina bifida sebagai
penyebab
kandung kemih neurogenik/neurogenic bladder.
3) Pemeriksaan penunjang
A. Urinalisis :
a) dipstick

Glucose
Bilirubin
Ketones
Specific Gravity
Blood
pH
Protein
Urobilinogen
Nitrite
Leukocyte Esterase
Dipstik urine: Nitrit
Signifikansi
- Bakteriuria untuk gram negatif Negative
- Hanya dapat mendeteksi bakteri Positive
yang dapat merubah nitrat menjadi nitrit.
Dipstik urin: Leukosit Esterase
 Signifikansi Negative
- Piuria Trace
- Inflamasi akut + (weak)
- Batu ginjal
++ (moderate)
+++ (strong)
b) Mikroskopik :
- leukosituria bermakna ( >5 sel/LPB)
- torak leukosit
- hematuria.

c) Biakan Urine : sampel urine


- urine pancar tengah/ Clean void
- kateterisasi urine
- aspirasi suprapubic
- urine bag collector
B. Pemeriksaan Darah
Leukositosis, peningkatan nilai absolut neutrofil,
peningkatan laju endap darah, C-reactive protein
yang positif, merupakan indikator non-spesifk ISK
atas.
Kadar prokalsitonin yang tinggi digunakan
sebagai prediktor yang valid untuk pielonefritis akut
pada anak dengan ISK febris dan skar ginjal.
*C. Biakan Urine
a. cara pengambilan sampel urine:

• Teknik pengambilan urin pancar tengah


merupakan metode non-invasif bernilai tinggi,
dan urin bebas terhadap kontaminasi dari
uretra.
• Kateterisasi urin merupakan metode yang dapat
dipercaya terutama pada anak perempuan,
tetapi cara ini traumatis.
• Punsi Suprapubik
Cara terbaik untuk menghindari kemungkinan
kontaminasi ialah dengan aspirasi suprapubik,
dan baku emas pengambilan sampel urin untuk
biakan urin

b. Interpretasi biakan urine


Urin umumnya dibiak dalam media agar
darah dan media McConkey. Interpretasi hasil
biakan urin pada teknik pengambilan sampel
urin, waktu, dan keadaan klinik.
Interpretasi biakan urine
Teknik Jumlah bakteri Kemungkinan ISK
pengambilan cfu/ml (%)*
sampel
Aspirasi Bakteri Gram- > 99%
suprapubik negative :
berapapun
jumlahnya
Bakteri Gram-
positive :>103
Kateterisasi > 105 95%
Urin pacar tengah 3 specimens ≥ 105 95%
laki-laki 2 specimens ≥ 105 90%
perempuan 1 specimens ≥ 105 80%
Diagnosis Radiologi
1. Ultrasonografi Ginjal
Prosedur Non-invasif
Informasi tentang:

• Ukuran & bentuk ginjal

• Ukuran,konfigurasi & ketebalan vesiko urinaria.

• Dilatasi Pelvicalyceal & ureter


Diagnosis Radiologi
2. Micturating cysto urethrogram (MCUG)
Informasi tentang
• Lesi Vesiko urinaria

• Lesi Urethra (katup uretra posterior pada anak


laki-laki)

• Derajat vesicoureteric reflux (VUR)


Diagnosis Radiologi
3. Technetium Dimercaptosuccinic acid (DMSA)
Informasi tentang:
• Pielonefritis akut

• Menentukan suatu skar ginjal

• Dapat membandingkan fungsi dari kedua ginjal.


Diagnosis Banding Pielonefritis dan Sistitis
Parameter Klinis Pielonefritis sistitis
Umur < 3 tahun ≥ 3 tahun
Demam + -
Voiding dysfunction - +
Nyeri supra pubik - +
Nyeri pinggang + -
C-reactive protein Meningkat Normal
Renal involvement + -
• Peningkatan kreatinin
• Area of edema on power
Doppler ultrasound
TATALAKSANA
Secara garis besar, tatalaksana ISK terdiri atas:
1. Eradikasi infeksi akut,

2. Deteksidan tatalaksana kelainan anatomi dan


fungsional pada ginjal dan saluran kemih, dan

3. Deteksi dan mencegah infeksi berulang.


1. Eradikasi Infeksi Akut
Tujuan eradikasi infeksi akut adalah
mengatasi keadaan akut, mencegah terjadinya
urosepsis dan kerusakan parenkhim ginjal.
Jika seorang anak dicurigai ISK, berikan
antibiotik dengan kemungkinan paling sesuai
sambil menunggu hasil biakan urin, dan terapi
selanjutnya disesuaikan hasil biakan urin.

30
Biasanya, untuk pengobatan ISK simpleks
diberikan antibiotik per oral selama 7 hari, tetapi
ada penelitian yang melaporkan pemberian
antibiotik per oral dengan waktu yang lebih
singkat (3-5 hari), dan efektifitasnya sama
dengan pemberian selama 7 hari.

31
* NICE merekomendasikan penanganan
ISK fase akut, sebagai berikut
1. Bayi < 3 bulan dengan kemungkinan ISK harus
segera dirujuk ke dokter spesialis anak,
pengobatan harus dengan antibiotik parenteral.
2. Bayi ≥ 3 bulan dengan pielonefritis akut/ISK
atas:
*Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari, dengan
antibiotik yang resistensinya masih rendah
berdasarkan pola resistensi kuman, seperti
sefalosporin atau ko-amoksiklav.
• Jika antibiotik per oral tidak dapat digunakan,
terapi dengan antibiotik parenteral, seperti
sefotaksim atau seftriakson selama 2-4 hari
dilanjutkan dengan antibiotik per oral hingga
total lama pemberian 10 hari

33
3. Bayi ≥ 3 bulan dengan sistitis/ ISK bawah:
*Berikan antibiotik oral selama 3 hari
berdasarkan pola resistensi kuman setempat.
Bila tidak ada hasil pola resistensi kuman, dapat
diberikan trimetroprim, sefalosporin, atau
amoksisilin.
*Bila dalam 24-48 jam belum ada perbaikan
klinis harus dinilai kembali, dilakukan
pemeriksaan kultur urin untuk melihat
pertumbuhan bakteri dan kepekaan obat.

34
2. Deteksi kelainan anatomi dan
fungsional serta tata laksananya
Berdasarkan studi tentang pemeriksaan
pencitraan Stark mengajukan alternatif pilihan
pemeriksaan pencitraan sebagai berikut:
1. Anak yang diduga menderita pielonefritis
akut dan semua bayi yangmenderita ISK
perlu pemeriksaan USG dan MSU.

35
Bila ditemukan RVU, pemeriksaan PIV atau
sintigrafi DMSA dapat dilakukan. Bila pada
pemeriksaan USG dicurigai adanya kelainan
anatomik maka PIV lebih disarankan.

36 03/08/2022
2. Anak perempuan dengan ISK bawah (sistitis)
berulang sampai dua atau tiga kali, atau ISK
pertama dengan adanya riwayat RVU dalam
keluarga, diperlakukan seperti pilihan no. 1.

3. Sebagian besar anak perempuan dengan ISK


serangan pertama atau ISK bawah saja tidak
memerlukan pemeriksaan pencitraan. Kelompok
ini cukup dipantau tiap 6-12 bulan dan biakan
urin bila ada demam.

37
3. Deteksi dan mencegah
infeksi berulang
pada anak perempuan, parasit seperti cacing
benang, pemakaian bubble bath, pakaian dalam
terlalu sempit, pemakaian deodorant yang bersifat
iritatif mukosa perineum dan vulva, pemakaian
toilet paper yang salah, konstipasi, ketidak
mampuan pengosongan kandung kemih secara
sempurna, baik akibat gangguan neurologik
maupun faktor lain.
* ISK berulang dapat dicegah dengan
meningkatkan keadaan umum pasien
termasuk memperbaiki status gizi, edukasi
tentang pola hidup sehat, dan menghilangkan
atau mengatasi faktor risiko. Asupan cairan
yang tinggi dan miksi yang teratur bermanfaat
mencegah ISK berulang.

39
42
TATALAKSANA
Mencegah factor risiko ISK:
1) Infrequent voiding (Sering berkemih)
2) Pimosis (sirkumsisi)
3) Hegine perineum yang buruk
(Bersihkan area perineum anak perempuan dari
depan ke belakang)
*Area perineum selalu kering
*Celana dalam dari katun
*Hindari mandi rendam
A. Pemberian antibiotik sebagai
terapi ISK
*Untuk ISK bawah atau sistitis: 5 – 7 hari, per
oral

*Untuk ISK atas atau pielonefritis akut: 7- 10


hari, parenteral. Jika setelah 3-4 hari
pemberian antibiotik parenteral tampak
perbaikan klinis, pengobatan dapat dilanjutkan
dengan antibiotik oral
*pemberian antibiotik selesai atau lama
pemberian parenteral dan oral : 7-10 hari
(switch therapy)

*Untuk ISK pada neonatus: 10 – 14 hari,


parenteral

45 03/08/2022
A. Pemberian antibiotik sebagai terapi
ISK
*Pemberian antibiotik parenteral harus
dipertimbangkan pada anak yang toksik,
muntah, dehidrasi, ataupun yang mempunyai
kelainan pada sistem saluran kemih.

*Jika kondisi pasien tidak membaik dalam


waktu 48 jam, perlu dilakukan biakan urin
ulangan dan pertimbangkan melakukan
pemeriksaan pencitraan segera untuk
mengetahui kelainan urologi
Antibiotik oral pada pasien sistitis
Antibiotik Dosis
Trimethoprim- 8 mg/kg/hari/12 jam/x
Sulfamethoxazole 5-7 mg/kg/hari /6 jam/x
Nitrofurantoin 25-40 mg/kg/hari/12
Amoxicillin jam/x
Amoxicillin-Clavulanate 25-40 mg/kg/hari/8-12
Cephalexin jam /x
Cefixime 25-50 mg/kg/hari / 6
jam/x
8 mg/kg/hari/ 12 jam/x
Antibiotik oral pada pasien pielonefritis

Antibiotik Dosis
Cefixime 8 mg/kg/hari/ 12 jam
Cefdinir 14 mg/kg/hari/12 jam
Amoxicillin-Clavulanate 25-40 mg/kg/hari/ 8-
Ciprofloxacin 12jam
20-30 mg/kg/hari / 12
jam
Antibiotik intravena pada pasien
pielonefritis
Antibiotik Dosis
Ampicillin 100 mg/kg/hari / 6 jam
Cefotaxime 100-200 mg/kg/hari/ 8
Ceftriaxon jam
Cefipime 50-100 mg/kg/hari/ 12
jam
Gentamicin
100 mg/kg/hari / 12 jam
Amikacin
7,5 mg/kg/hari / 8 jam
15-20 mg/kg/hari / 12 jam
B. Pemberian antibiotik sebagai
profilaksis
*Antibiotik
profilaksis tidak rutin diberikan pada anak
dengan ISK pertama kali.

*Antibiotik profilaksis tidak terindikasi pada ISK demam


yang tidak disertai RVU atau hanya RVU derajat I dan
II.

*Antibiotik profilaksis diberikan pada anak risiko tinggi


seperti refluks vesiko-ureter derajat tinggi (III-V),
uropati obstruktif, dan berbagai kondisi risiko tinggi
lainnya.
B. Pemberian antibiotik sebagai
profilaksis
*Antibiotik profilaksis diberikan pada pielonefritis
akut setelah pengobatan selesai

*Antibiotikprofilaksis dipertimbangkan pada ISK


berulang dan ISK pada neonatus.

*Jika bayi dan anak yang mendapat antibiotik


profilaksis mengalami reinfeksi, maka infeksi
diterapi dengan antibiotik yang berbeda dan tidak
dengan menaikkan dosis antibiotik profilaksis
tersebut.
Antibiotik profilaksis pada
refluks vesicoureter
Antibiotik Dosis
Trimethoprim- 2 mg/kg/hari /single daily
Sulfamethoxazole dose
1-2 mg/kg/dosis / single
Nitofurantoin daily dose
Cephalexin 10 mg/kg/dosis / single
Amoxicillin daily dose
10 mg/kg/dosis /single
daily dose
Tatalaksana Suportif
Selain terapi kausal terhadap infeksi,
pengobatan suportif dan simtomatik juga perlu
diperhatikan, misalnya pengobatan terhadap
demam dan muntah.
Terapi cairan harus adekuat untuk menjamin
diuresis yang lancar. Anak yang sudah besar
dapat disuruh untuk mengosongkan kandung
kemih setiap miksi.
Higiene perineum perlu ditekankan
terutama pada anak perempuan. Untuk
mengatasi disuria dapat diberikan
fenazopiridin HCl (Pyridium) dengan dosis 7 –
10 mg/ kgbb/hari.
Perawatan di rumah sakit diperlukan bagi
pasien sakit berat seperti demam tinggi,
muntah, sakit perut maupun sakit pinggang.

54 03/08/2022
PROGNOSIS

• Prognosis ISK simpleks baik jika diagnosis dini dan


terapi adekuat.
• Komplikasi hipertensi ditemukan pada 10-30%
kasus ISK
• Parut ginjal ditemukan pada 10-20% kasus ISK
PROGNOSIS

• Dialisis
dan transplantasi ginjal pada ISK dengan
refluks vesikoureter primer dan uropati obstruktif
pada 33% kasus

• Pasien ISK umur <18 tahun yang disertai parut


ginjal 23% akan mengalami hipertensi kronik
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai