Anda di halaman 1dari 24

Asas-Asas Hukum Acara Perdata

Nindry Sulistya Widiastiani

Nindry SW
Asas hukum
• Bellefroid -> Pengendapan hukum positif dalam suatu
masyarakat
• van Eikema Hommes -> tidak boleh dianggap sebagai norma
hukum konkrit. dipandang sebagai dasar-dasar umum atau
petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku
• Paul Scholten -> kecenderungan yang disyaratkan oleh
pandangan kesusilaan pada hukum dan bersifat umum.
• Sudikno Mertokusumo -> bukanlah peraturan hukum konkrit.
pikiran dasar yang umum sifatnya atau latar belakang dari
peraturan konkrit

Nindry SW
Asas point d’interet point d’action
• Hanya pihak yang mempunyai kepentingan
yang berhak menuntut
• Adanya kepentingan hukum merupakan
syarat untuk dapat diterimanya tuntutan hak
oleh pengadilan
• Pasal 163 HIR (283 Rbg, 1865 BW), 178 ayat
(1) HIR serta ketentuan Pasal 8 no.3 Rv.

Nindry SW
Asas hakim bersifat menunggu
• inisiatif untuk mengajukan perkara datang dari
pihak yang berkepentingan
• Hakim tidak secara ex officio (iudex ne
procedat ex officio) mengadili perkara.
• Pasal 118 HIR, 142 RBg

Nindry SW
bolehkah hakim menolak perkara?

Nindry SW
• Ius curia novit (hakim dianggap tahu akan
hukumnya)
• tidak dapat rechtsweigering dengan alasan
hukum yang tidak jelas/lengkap
• Pengecualian:
– Nebis in idem
– Kompetensi multak dan relatif
– recusatie

Nindry SW
Asas kebebasan hakim
• kebebasan untuk mengadili dan bebas dari campur
tangan kekuasaan lain di luar kekuasaan kehakiman
• Salah satu aspek negara hukum (kebebasan hakim,
asas legalitas, pengakuan dan penghormatan HAM)
• Tidak mutlak, dibatasi oleh:
– Yuridis: Pancasila, UUD, UU, hk tidak tertulis
– Non yuridis: pertahanan dan keamanan
• Penjelasan Pasal 24 dan Pasal 25 Undang Undang
Dasar 1945, Pasal 1 butir 1 dan Pasal 3 ayat (1)
Undang-Undang No.48 Tahun 2009.
Nindry SW
Asas hakim pasif
• Hakim hanya dapat memeriksa dan memutus
kecuali yang dituntut oleh penggugat saja
• Ruang lingkup/luas pokok sengketa yang
diajukan ditentukan oleh pihak yang bersengketa
• Hakim terikat pada peristiwa yang diajukan oleh
para pihak (secundum allegata iudicare)
• Tidak boleh ultra petita
• Pasal 178 ayat 3 HIR, Pasal 163 HIR, 283 Rbg,
1865 BW
Nindry SW
Asas hakim aktif
• Hakim harus aktif dalam memimpin sidang
• Menangani segala hambatan dan rintangan yang
terjadi dalam sidang berlangsung
• memimpin sidang, memperlancar jalannya
persidangan, membantu para pencari keadilan
menunjukkan hukumnya, membebani para pihak
dengan pembuktian, menentukan tenggang waktu
sidang dan berusaha untuk mengatasi segala
hambatan bagi jalannya persidangan.
• Pasal 119 dan 132 HIR serta Pasal 4 ayat (2) Undang-
Undang No.48 Tahun 2009.
Nindry SW
Asas mengadili menurut hukum dan keadilan

• yang harus ditegakkan dalam mengadili suatu


perkara adalah hukum dan yang harus
ditegakkan oleh hukum adalah keadilan,
sehingga dalam pemeriksaan perkara
keduanya harus ditegakkan.
• Pasal 1 butir 1 dan Pasal 2 (2) Undang-Undang
No.48 Tahun 2009 , Pasal 2 (1) Undang-
Undang No.48 Tahun 2009

Nindry SW
Asas imparsial
• peradilan yang fair atau objektif
• dalam mengadili suatu perkara hakim harus objektif
• harus mendasarkan putusannya pada fakta-fakta yang terungkap di
persidangan serta mengadilinya berdasarkan hukum dan keadilan,
bukan berdasarkan keterangan sepihak dari salah satu pihak, atau
hanya berdasarkan pemikiran subjektif hakim semata-mata.
• Pasal 184 ayat (1), 319 HIR, Pasal 195, 618 RBg serta Pasal 50 ayat
(1) Undang-Undang No.48 Tahun 2009), Pasal 179 (1) HIR, Pasal
190 Rbg, serta Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang No.48 Tahun 2009,
Pasal 374 ayat 1 HIR, Pasal 702 ayat 1 RBg, Pasal 33-44 Rv, Pasal
157 KUHAP serta Pasal 17 ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) Undang-
Undang No.48 Tahun 2009, Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang No.48
Tahun 2009)
Nindry SW
Asas mendengar kedua belah pihak
• Audi et alteram partem, equality before the law
• Kedua belah pihak harus diperlakukan sama. Sama-sama
diperhatikan, berhak atas perlakuan yang sama dan adil, diberi
kesempatan untuk memberikan pendapatnya
• Hakim tidak boleh menerima keterangan dari salah satu pihak
sebagai benar, bila pihak lawan tidak didengar atau tidak diberi
kesempatan yang layak untuk mengeluarkan pendapatnya
• Pasal 28D (1) Undang Undang Dasar 1945, Pasal 3 ayat (2)
Undang-Undang No.39 Tahun 1999, Pasal 121 ayat (2), 132a
HIR, 145 ayat (2), 157 RBg, Pasal 47 Rv, Pasal 4 ayat (1)
Undang-Undang No.48 Tahun 2009
• Putusan verstek?
Nindry SW
Asas terbukanya sidang
• Tujuan:
– Melindungi HAM
– Obyektifitas peradilan
• Berfungsi sebagai social control yang formal
• Semua pihak dalam persidangan hanya boleh
melihat, mencatat, mengamati persidangan, tapi
tidak boleh mengoreksi langsung di depan
sidang. Hanya boleh mengoreksi di luar sidang
• Jika sidang tidak terbuka?
Nindry SW
• Pengecualian:
– Ditentukan lain dalam UU
– Ada alasan penting
• Pasal 179 ayat 1, 317 HIR, 190 Rbg

Nindry SW
Asas efisiensi peradilan
• perolehan hasil dari suatu tindakan dalam peradilan
yang optimal, dengan cara kerja, penggunaan
fasilitas, biaya secara baik dan tidak boros.
• Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang No.48 Tahun 2009:
peradilan dilakukan secara sederhana, cepat dan
biaya ringan
• SEMA 2/2014: PN 5 bln, PT 3 bln; KMA 214/2014: Di
MA 1 thn
• PERMA 2/2015: tata cara riks.gugatan sederhana
(nilai s/d 200jt)
Nindry SW
Asas putusan disertai alasan
• Untuk menjamin obyektifitas
• Untuk pertanggungjawaban kepada para
pihak, pengadilan tinggi, masyarakat dan
doktrin
• Pasal 184 ayat (1), 319 HIR, 618 Rbg
• Yurisprudensi mengikat?
– Tidak the binding force of precedent
– Tidak stare decisis et quiera non morere

Nindry SW
Praktik di lapangan?
• Persuasive force of precedent
– Alasan praktis
– Alasan psikologis (jam terbang hakim ybs lebih
rendah daripada hakim yang mengeluarkan
putusan sebelumnya)
– Alasan persesuaian pendapat (putusan
sebelumnya lebih meyakinkan)

Nindry SW
Asas pemeriksaan dalam dua tingkat
• Untuk mengulang pemeriksaan perkara dengan tujuan
mengoreksi kesalahan atau kekhilafan yang mungkin
dilakukan oleh hakim, baik dalam memeriksa fakta
atau dalam menerapkan hukumnya, sehingga
diperoleh putusan yang benar dan adil
• Apellate jurisdiction -> PT
• Original jurisdiction -> PN
• Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang No.48 Tahun 2009.
• Mahkamah Agung?

Nindry SW
Asas peradilan yang terpadu
• Adanya keterpaduan, adanya koordinasi,
adanya kesatuan atau kesamaan dalam
menerapkan hukum, agar ada kepastian bagi
pencari keadilan, dengan MA sebagai
puncaknya
• Pasal 20 ayat 1, Pasal 20 ayat 2a Undang-
Undang No.48 Tahun 2009

Nindry SW
Asas actor sequitur forum rei
• Pengadilan yang berwenang memeriksa suatu
perkara pada asasnya adalah pengadilan
dimana di dalam wilayah hukumnya tergugat
bertempat tinggal
• Berkaitan dengan asas pra duga tidak bersalah
(presumption of innocence)
• Pasal 118 ayat (1) HIR

Nindry SW
Asas kebenaran formil
• kebenaran yang didasarkan pada seperangkat alat-
alat bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian
lebih sempurna dibandingkan dengan alat bukti
yang diajukan pihak lawan menurut Undang-
Undang (preponderance of evidence).
• Undang-Undang membatasi kebebasan hakim
untuk mencari kebenaran materiil (lihat ketentuan
Pasal 156,165,169, 174 HIR, 1921 ayat (2) BW).

Nindry SW
Asas beracara dikenakan biaya
• apabila para pihak minta bantuan pengadilan untuk
mengadili tuntutan haknya, maka biayanya harus
ditanggung oleh para pihak yang berperkara, bukan
oleh negara, karena kepentingan yang hendak
diajukan penuntutannya bersifat individual, bukan
kepentingan publik
• Pasal 181, 182, 183 HIR; 145 ayat (4), 192-194 Rbg).

• Siapa yang wajib membayar biaya perkara?


• Jika penggugat tidak menuntut dalam gugatan?
Nindry SW
• Sistem vorschoot: penggugat wajib bayar di
awal (sementara)
• Besarnya ditentukan KPN
• Jika ada sisa, dikembalikan setelah putusan

• Jika tidak mampu?


dapat berperkara secara pro deo (lihat Pasal 237
HIR, 273 Rbg)
Nindry SW
Asas beracara tidak harus diwakilkan

• Para pihak dapat maju sendiri di persidangan


• Pasal 118, Pasal 123 HIR

Nindry SW

Anda mungkin juga menyukai