Disampaikan Oleh :
SRI WAHYU JATMIKO, SH., MH
PERATURAN JABATAN PPAT DAN
PERATURAN PELAKSANAANNYA
PP No. 37 Tahun 1998, tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
Permen Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No. 20 Tahun 2018 tentang Tata
Cara Ujian, Magang, Pengangkatan, Pengangkatan Kembali dan Perpanjangan
Masa Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
PP No. 24/2016
merubah
PPAT Pengganti fundamental Rangkap Jabatan
terhadap
PP No. 37/1998
antara lain
Kewajiban Setelah Sumpah
Perpanjangan Masa Jabatan
Jabatan
Daerah Kerja
Bagan PerMen ATR/Ka. BPN No. 10 Tahun 2017
Ketentuan Umum (Pasal 1 – 4)
(Pengganti PerMen No. 31 Tahun 2016)
Penyelenggaraan Peningkatan Kualitas (Pasal
5)
PPAT KHUSUS:
pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena
jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat
akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan program
atau tugas Pemerintah tertentu.
PPAT
KHUSUS
Wilayah Kerjanya sebagai pejabat pemerintah yang
menjadi dasar penunjukannya
Akta PPAT
adalah akta yang dibuat oleh PPAT sebagai bukti telah dilaksanakannya
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun.
Protokol PPAT
adalah kumpulan dokumen yang harus disimpan dan dipelihara oleh PPAT yang
terdiri dari daftar akta, akta asli, warkah pendukung akta, arsip laporan, agenda
dan surat-surat lainnya.
Warkah
adalah dokumen yang dijadikan dasar pembuatan akta PPAT.
TUGAS POKOK DAN KEWENANGAN PPAT
a. Jual Beli;
b. Tukar Menukar;
c. Hibah;
d. Pemasukan Ke Dalam Perusahaan (Inbreng);
e. Pembagian Hak Bersama;
f. Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai Atas Tanah Hak
Milik;
g. Pemberian Hak Tanggungan;
h. Pemberian Kuasa Membebankan Hak Tanggungan.
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PPAT
PPAT diangkat dan diberhentikan oleh Menteri untuk satu daerah
tertentu (Pasal 5 ayat (1) dan (2) PJ PPAT)
4. merangkap jabatan.
Meliputi :
1. Kantor PPAT (Pasal 46 – 47)
2. Stempel Jabatan PPAT (Pasal 48, lampiran 6)
3. Papan Nama dan KOP Surat (Pasal 48, lampiran 7 dan 8)
4. Penggunaan Blanko Akta PPAT dan Pembuatan Akta (Pasal 52 dan 55 dan
PerKa BPN No. 8/2012)
5. Buku Daftar Akta PPAT (Pasal 56 – 57)
6. Penjilidan Akta dan Warkah Pendukung Akta (Pasal 58 – 61)
7. Laporan Bulanan PPAT Pasal 62 jo. PP RI No. 34/1997 tentang Pelaporan
atau Pemberitahuan Perolehan Hak Atas Tanah Atau Bangunan (BPHTB).
8. Pengelolaan Protokol PPAT.
LAFAL SUMPAH JABATAN PPAT
“Demi Allah Saya Bersumpah”
“Bahwa Saya, untuk diangkat menjadi PPAT, akan setia dan taat
sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945 dan Pemerintah Republik Indonesia”.
“Bahwa Saya, akan mentaati peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan dan yang
berkaitan dengan ke-PPAT-an serta peraturan perundang-undangan lainnya”.
“Bahwa Saya, akan menjalankan jabatan Saya dengan jujur, tertib, cermat dan penuh kesadaran,
bertanggung jawab serta tidak berpihak”.
“Bahwa Saya, akan selalu senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah
dan martabat PPAT”.
“Bahwa Saya, akan merahasiakan isi akta-akta yang dibuat dihadapan Saya dan protokol
yang menjadi tanggung jawab Saya, yang menurut sifatnya atau berdasarkan peraturan
perundang- undangan harus dirahasiakan”.
“Bahwa Saya, untuk diangkat dalam jabatan Saya sebagai PPAT secara langsung atau tidak
langsung dengan dalih atau alasan apapun juga, tidak pernah memberikan atau berjanji
untuk memberikan sesuatu kepada siapapun juga, demikian juga tidak akan memberikan
atau berjanji memberikan sesuatu kepada siapapun juga’.
KANTOR PPAT:
PPAT wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat kedudukannya,
PPAT yang merangkap jabatan sebagai Notaris harus berkantor yang sama
dengan tempat kedudukan Notaris
Wajib memasang papan nama dan menggunakan stempel yang bentuk dan
ukurannya di tetapkan Menteri
(Pasal 20 PJ PPAT)
Apabila dianggap perlu PPAT dapat membuka kantornya di luar jam kerja
sebagaimana dimaksud dalam rangka memberikan pelayanan
pembuatan akta pada masyarakat.
Dalam hal PPAT sedang cuti dan tidak menunjuk PPAT Pengganti, >>
Kantor PPAT wajib dibuka setiap hari kerja untuk melayani masyarakat
dalam pemberian keterangan, salinan akta yang tersimpan sebagai
protokol PPAT.
Bentuk :
Bulat, terdapat 2 (dua) lingkaran, di tengah lingkaran dalam untuk
nama PPAT atau PPAT Pengganti atau tulisan Camat atau Kepala
Desa.
TULISAN DALAM STEMPEL :
b) bulatan dalam dengan garis tengah 2 cm, dibuat dengan garis lingkar tunggal.
c) di antara bulatan luar dan dalam, di bagian tengah bawah terdapat 2 (dua)
lukisan bintang bersudut 5 (lima) dengan ukuran garis tengah 3 mm.
d) dalam ruang bulatan terdapat ruang yang dibatasi oleh 2 (dua) garis lurus
mendatar sejajar dengan jarak satu sama lain 1 1/2 cm yang ditulis dengan
huruf kapital : .
nama PPAT atau PPAT Pengganti; atau
a. kop surat jabatan PPAT dicantumkan di bagian atas sebelah kiri dari
kertas surat dan sampul dinas PPAT;
PPAT sendiri,
suami atau isterinya,
keluarganya sedarah atau semenda, dalam garis lurus tanpa pembatasan
derajat dan dalam garis ke samping sampai derajat kedua,
menjadi pihak dalam perbuatan hukum yang bersangkutan, baik dengan
cara bertindak sendiri maupun melalui kuasa, atau menjadi kuasa dari
pihak lain.
Pasal 52 Perkaban 1/2006
PPAT melaksanakan tugas pembuat akta PPAT :
di kantornya
dihadiri para pihak dalam perbuatan hukum yang bersangkutan atau kuasanya
sesuai peraturan perundang-undangan.
PPAT dapat membuat akta di luar kantornya hanya apabila salah satu pihak dalam
perbuatan hukum atau kuasanya tidak dapat datang di kantor PPAT karena alasan
yang sah, dengan ketentuan pada saat pembuatan aktanya para pihak harus hadir
dihadapan PPAT di tempat pembuatan akta yang disepakat
PEMBUATAN AKTA PPAT
Pasal 39 /PP 24/1997
PP A T menolak untuk membuat akta, jika:
a. mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan
rumah susun, kepadanya tidak disampaikan sertifikat asli hak yang
bersangkutan atau sertifikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-
daftar yang ada di Kantor Pertanahan; atau
c. salah satu atau para pihak yang akan melakukan perbuatan hukum
yang bersangkutan atau salah satu saksi tidak berhak atau memenuhi
syarat untuk bertindak demikian; atau
d. Salah satu pihak atau para pihak bertindak atas dasar suatu surat
kuasa mutlak yang pada hakikatnya berisikan perbuatan hukum
pemindahan hak;
e. untuk perbuatan hukum yang akan dilakukan belum diperoleh
izin Pejabat atau instansi yang berwenang, apabila izin tersebut
diperlukan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku; atau
Dalam pembuatan akta PPAT tidak diperbolehkan memuat kata-kata “sesuai atau menurut
keterangan para pihak” kecuali didukung oleh data formil.
PPAT berwenang menolak pembuatan akta, yang tidak didasari data formil.
PPAT tidak diperbolehkan membuat akta, atas sebagian bidang tanah yang sudah terdaftar
atau tanah milik adat, sebelum diukur oleh Kantor Pertanahan dan diberikan Nomor
Identifikasi Bidang Tanah (NIB).
Dalam pembuatan akta, PPAT wajib mencantumkan
NIB dan atau nomor hak atas tanah,
nomor Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB,
penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan keadaan lapangan.
PPAT bertanggung jawab secara pribadi atas pelaksanaan tugas dan jabatannya dalam
setiap pembuatan akta.
BUKU DAFTAR AKTA PPAT
1. PPAT wajib membuat daftar akta dengan menggunakan 1 (satu) buku
daftar akta untuk semua jenis akta yang dibuatnya, yang di dalamnya
dicantumkan secara berurut nomor semua akta yang dibuat berikut
data lain yang berkaitan dengan pembuatan akta.
2. Buku Daftar PPAT diisi setiap hari kerja PPAT dan dituntut setiap
akhir hari kerja yang sama dengan garis tinta hitam dan diparaf oleh
PPAT pada kolom terakhir dibawah garis penutup.
3. Apabila pada hari kerja yang bersangkutan tidak terdapat akta yang
dibuat, maka dicantumkan kata “Nihil”, disamping tanggal pencatatan
yang dimaksud.
BUKU DAFTAR AKTA PPAT
Pada akhir kerja terakhir setiap bulan, daftar akta PPAT ditutup dengan
garis merah dan tanda tangan serta nama jelas PPAT, dengan catatan di
atas tanda tangan tersebut yang berbunyi sebagai berikut :
“Pada hari ini …. tanggal …. daftar akta ini ditutup oleh saya, dengan
catatan dalam bulan ini telah dibuat …. (….) buah akta
PENJILIDAN AKTA dan WARKAH PENDUKUNG AKTA
Akta otentik, surat dibawah tangan, atau dokumen lainnya yang dipakai sebagai dasar bagi penghadap
sebagai pihak dalam perbuatan hukum yang dibuatkan aktanya dinyatakan dalam akta yang
bersangkutan dan dilekatkan atau dijahitkan pada akta yang disimpan oleh PPAT. ( Pasal 58
s/d 60 PerKa. BPN No. 1 Tahun 2006 )
Dijilid satu bukan sekali dalam 1(satu) sampul yang berisi 50 (limapuluh) akta.
Warkah yang merupakan dokuman yang dijadikan dasar pembuatan akta, selain akta otentik, surat
dibawah tangan, atau dokumen lainnya dijilid tersendiri dalam bundel warkah pendukung yang
masing-masing berisi warkah pendukung untuk 25 (dua puluh lima) akta.
KEWAJIBAN PPAT BERKAITAN AKTA
PP. 37 Tahun 1998 jo. Pasal 27 PerKa. BPN No. 1 Tahun 2006
a. Dokumen apa saja yang termasuk PROTOKOL PPAT
b. PPAT wajib mengelola PROTOKOL
c. Kewajiban PPAT menerima PROTOKOL PPAT lain atau menyerahkan
PROTOKOL nya apabila Pindah daerah kerja, cuti, berhenti sebagai PPAT
dan atau berakhir masa jabatannya karena pensiun atau meninggal
dunia (bagi ahli warisnya).
MEKANISME & PENGELOLAAN PROTOKOL PPAT
PPAT wajib menerima protokol dari PPAT lain atas penunjukan dari PPAT
yang bersangkutan/Kepala Kantor Pertanahan/Kantor Wilayah BPN
Provinsi
Dalam hal PPAT berhenti karena meninggal dunia, maka ahli waris nya
wajib menyerahkan protokol PPAT kepada PPAT yang ditunjuk oleh Kepala
Kantor Wilayah dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan setelah
penunjukan tersebut.
( Pasal 27-29 PJ PPAT )
Serah terima protokol PPAT dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
protokol PPAT yang diketahui/disaksikan oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya setempat.
MEKANISME & PENGELOLAAN PROTOKOL PPAT
PPAT wajib menurunkan papan nama PPAT nya pada hari yang
bersangkutan berhenti dari jabatan PPAT.
(Pasal 27-29 PJ PPAT jo. PerKa. BPN No. 1 Tahun 2006)
...Pertanahan;
a. cuti;
b. memperoleh uang jasa (honorarium) dari
pembuatan akta
c. memperoleh informasi serta perkembangan
peraturan perundang-undangan pertanahan; Pasal 36
d. memperoleh kesempatan untuk mengajukan Perkaban 1/2006
pembelaan diri sebelum ditetapkannya
keputusan pemberhentian sebagai PPAT.
CUTI PPAT
PPAT dapat melaksanakan cuti :
a. cuti tahunan paling lama 2 (dua) minggu setiap
tahun takwim;
b. cuti sakit termasuk cuti melahirkan, untuk
jangka waktu menurut keterangan dari dokter
yang berwenang;
c. cuti karena alasan penting dapat diambil
Pasal 37 ayat (1)
setiap kali diperlukan dengan jangka waktu Perkaban 1/2006
paling lama 9 (sembilan) bulan dalam setiap 3
(tiga) tahun takwim.
Untuk dapat melaksanakan cuti PPAT yang baru
diangkat dan diangkat kembali harus sudah
membuka kantor PPATnya minimal 3 (tiga)
tahun.
CUTI
PPAT...
...PJ PPAT)
Apabila...
...setempat
Persyaratan...
...setempat