Anda di halaman 1dari 71

PERATURAN JABATAN

PEJABAT PEMBUAT AKTA


TANAH
Materi Kuliah :
Senin, 21 September 2018
Universitas Narotama Surabaya

Disampaikan Oleh :
SRI WAHYU JATMIKO, SH., MH
PERATURAN JABATAN PPAT DAN
PERATURAN PELAKSANAANNYA

 PP No. 37 Tahun 1998, tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah

 PP No. 24 tahun 2016 tentang Perubahan PP No. 37 Tahun 1998, tentang


Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah

 Perkaban RI No. 1 Tahun 2006, tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan


Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah

 Perkaban No. 23 Tahun 2009, tentang Perubahan Peraturan Kepala Badan


Pertanahan Nasional RI No. 1 Tahun 2006,
 Permen Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No. 2 Tahun 2018 tentang
Pembinaan dan Pengawasan PPAT

 Permen Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No. 20 Tahun 2018 tentang Tata
Cara Ujian, Magang, Pengangkatan, Pengangkatan Kembali dan Perpanjangan
Masa Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah

 Peraturan Pemerintah No. 24/1997 tentang Pendaftaran Tanah;

 Peraturan Menteri ATR/Ka. BPN No. 3/1997 tentang Peraturan Pelaksanaan


PP No. 24/1997

 Peraturan Perundangan lainnya yang terkait dengan pelaksanaan Pendaftaran


Tanah dan tugas jabatan PPAT.
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998, tentang
Peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah

Sebagaimana telah dirubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2016 Tentang


Perubahan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998,
tentang Peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah

PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH


(PJ PPAT)
BAB VI. Pelaksanaan Jabatan
BAB 1
PPAT
Ketentuan Umum (Pasal 1)
(Pasal 19 – 32)

BAB II BAB VII. Pembinaan dan


Tugas Pokok dan Kewenangan Pengawasan
PPAT (Pasal 2 – 4) (Pasal 33)

BAB III. Pengangkatan dan


PP No. 37/1998 BAB VIII. Ketentuan
Pemberhentian PPAT tentang Peraturan Peralihan
(Pasal 5 – 11) Jabatan PPAT (Pasal 34 – 36)

BAB IV. Daerah Kerja PPAT BAB IX. Penutup


(Pasal 12 – 14) (Pasal 37 – 38)

BAB V. Sumpah Jabatan PPAT


(Pasal 15 – 18)
BAB 1 BAB II. Tugas Pokok dan Kewenangan PPAT
Perka BPN No. Ketentuan Umum (Pasal 1) (Pasal 2 – 4)
1/2006
Tentang Ketentuan BAB III. Daerah Kerja PPAT
(Pasal 5 – 6)
Pelaksanaan PP
No. 37/1998 BAB IV. Formasi PPAT, PPATS & PPAT Khusus
tentang Peraturan (Pasal 7 – 10)
Jabatan PPAT
(ditetapkan BAB V. Pengangkatan, Pemindahan dan
tanggal 16 Mei Pemberhentian PPAT
(6 Bagian, Pasal 11 – 31)
2006)
BAB VI. Pelantikan dan Sumpah Jabatan PPAT
(Pasal 32 – 35)
BAB VII. Hak dan Kewajiban PPAT
BAB XII. Penutup
(2 Bagian, Pasal 36 – 45)
(Pasal 71 - 72)
BAB VIII. Pelaksanaan Jabatan PPAT
(7 Bagian, Pasal 46 – 64)
BAB XI. Ketentuan BAB X. Organisasi
BAB IX. Pembinaan dan Pengawasan
Peralihan Profesi PPAT 7 PPATS
(Pasal 65 - 68)
(Pasal 70) (Pasal 69)
Persyaratan Pengangkatan
Pembinaan dan Pengawasan
PPAT

PP No. 24/2016
merubah
PPAT Pengganti fundamental Rangkap Jabatan
terhadap
PP No. 37/1998
antara lain
Kewajiban Setelah Sumpah
Perpanjangan Masa Jabatan
Jabatan

Penghapusan Formasi Pemberhentian PPAT

Daerah Kerja
Bagan PerMen ATR/Ka. BPN No. 10 Tahun 2017
Ketentuan Umum (Pasal 1 – 4)
(Pengganti PerMen No. 31 Tahun 2016)
Penyelenggaraan Peningkatan Kualitas (Pasal
5)

Magang (Pasal 6 – 10)

Ujian PPAT (Pasal 11 – 21)


PerMen
ATR/Ka.
Pengangkatan PPAT (Pasal 22)
BPN No. 10
tahun 2017
Perpanjangan Masa Jabatan (Pasal 23 –
25)

Ketentuan Peralihan (Pasal 26 – 28)

Ketentuan Penutup (Pasal 29 – 31)

Lampiran (Contoh Format)


PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)

 Pejabat umum diberi kewenangan membuat


akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum
tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak
Milik Atas Satuan Rumah Susun.

PPAT  Tempat Kedudukan: Satu wilayah kerja dengan


Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

 Daerah Kerja: (wilayah yang menunjukkan kewenangan untuk


membuat akta terhadap obyek yang terletak di dalamnya)

- Satu wilayah kerja dengan Kantor Pertanahan


Kabupaten/Kota (Pasal 12 (3) PP 26/2016
menjadi propinsi namun belum dilaksanakan)
PPAT SEMENTARA

 pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena


jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT
PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang
SEMENTARA belum cukup terdapat PPAT.

 Wilayah Kerjanya sebagai pejabat pemerintah


yang menjadi dasar penunjukannya
PPAT KHUSUS

 PPAT KHUSUS:
pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena
jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat
akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan program
atau tugas Pemerintah tertentu.
PPAT
KHUSUS
 Wilayah Kerjanya sebagai pejabat pemerintah yang
menjadi dasar penunjukannya
 Akta PPAT
adalah akta yang dibuat oleh PPAT sebagai bukti telah dilaksanakannya
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun.

 Protokol PPAT
adalah kumpulan dokumen yang harus disimpan dan dipelihara oleh PPAT yang
terdiri dari daftar akta, akta asli, warkah pendukung akta, arsip laporan, agenda
dan surat-surat lainnya.

 Warkah
adalah dokumen yang dijadikan dasar pembuatan akta PPAT.
TUGAS POKOK DAN KEWENANGAN PPAT

 Melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat


akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu
mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun,
yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data
pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.
AKTA-AKTA YANG DIBUAT PPAT

a. Jual Beli;
b. Tukar Menukar;
c. Hibah;
d. Pemasukan Ke Dalam Perusahaan (Inbreng);
e. Pembagian Hak Bersama;
f. Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai Atas Tanah Hak
Milik;
g. Pemberian Hak Tanggungan;
h. Pemberian Kuasa Membebankan Hak Tanggungan.
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PPAT
 PPAT diangkat dan diberhentikan oleh Menteri untuk satu daerah
tertentu (Pasal 5 ayat (1) dan (2) PJ PPAT)

 Untuk melayani masyarakat di daerah yang belum cukup terdapat


PPAT atau untuk melayani golongan masyarakat tertentu dalam
pembuatan akta PPAT tertentu, Menteri dapat menunjuk pejabat-
pejabat sebagai PPAT Sementara atau PPAT Khusus :

a. Camat atau Kepala Desa : melayani pembuatan akta di daerah yang


belum cukup terdapat PPAT, sebagai PPAT Sementara;

b. Kepala Kantor Pertanahan : melayani pembuatan akta PPAT yang


diperlukan dlm rangka pelaksanaan program2 pelayanan masyarakat
atau melayani pembuatan akta PPAT tertentu bagi negara sahabat
berdasarkan asas resiprositas sesuai pertimbangan dari Departemen
Luar Negeri, sebagai PPAT Khusus. (pasal 5 ayat (3) PJ PPAT)
RANGKAP JABATAN PPAT
BOLEH : LARANGAN:
merangkap jabatan merangkap jabatan atau profesi sebagai:
sebagai Notaris di tempat a. advokat, konsultan atau penasehat hukum;
kedudukan Notaris. b. pegawai negeri, pegawai badan usaha milik
(pasal 7 ayat (1) PJ PPAT) negara, pegawai badan usaha milik daerah,
pegawai swasta;
c. pejabat negara atau Pegawai Pemerintah
Pelanggaran : dengan Perjanjian Kerja (PPPK);

Kategori pelanggaran Ringan. d. pimpinan pada sekolah, perguruan tinggi


negeri, atau perguruan tinggi swasta;
( Penjelasan Pasal 10 ayat (4)
e. surveyor berlisensi;
huruf C PP 24/2016 )
f. penilai tanah;
g. mediator; dan/atau
h. jabatan lainnya yang dilarang oleh peraturan
perundang-undangan.”
(pasal 7 ayat (2) PJ PPAT)
PPAT BERHENTI MENJABAT

BERHENTI DEMI HUKUM DIBERHENTIKAN OLEH MENTERI


a. Meninggal dunia; a. Diberhentikan dengan hormat;
b. Telah mencapai usia 65 (enam b. Diberhentikan dengan tidak hormat;
puluh lima) tahun dan
(Pasal 8 ayat (1) huruf a dan c. Diberhentikan sementara.

>> tentang usia : max. 2 (dua) tahun sehingga usia


menjadi 67 tahun dengan mempertimbangkan kesehatan
yang bersangkutan. (pasal 8 ayat (2) (Pasal 10 ayat (1) PJ PPAT)

>> PPATS dan PPAT Khusus berhenti melaksanakan tugas


PPAT bila tidak lagi memegang jabatannya atau
diberhentikan oleh Menteri
PEMBERHENTIAN DENGAN HORMAT :
a. Permintaan sendiri; - dapat diangkat kembali menjadi PPAT.

b. Tidak lagi mampu menjalankan tugasnya karena keadaan


kesehatan badan atau kesehatan jiwanya, setelah dinyatakan oleh
tim pemeriksa kesehatan yang berwenang atas permintaan
Menteri/Kepala atau pejabat yang ditunjuk;

c. Merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);

d. Dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah


memperoleh kekuatan hukum tetap; dan/atau

e. Berada di bawah pengampuan secara terus menerus lebih dan 3


(tiga) tahun.
(Pasal 10 ayat (2) PJ PPAT)
PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK HORMAT :

a. Melakukan pelanggaran berat terhadap larangan atau


kewajiban sebagai PPAT; dan/atau
 Jenis Pelanggaran Berat :(Penjelasan pasal 10 ayat (3) PJ PPAT)

1. Membantu melakukan permufakatan jahat yang mengakibatkan


sengketa atau konflik pertanahan;

2. Melakukan pembuatan akta sebagai permufakatan jahat yang


mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan;

3. Melakukan pembuatan akta di luar wilayah kerjanya kecuali


karena pemekaran kabupaten/kota, provinsi, atau membuat akta
tukar menukar, akta pemasukan ke dalam perusahaan, atau akta
pembagian bersama mengenai beberapa hak atas tanah/Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun yang tidak semuanya terletak dalam
wilayah kerjanya;
5. Membuka kantor cabang atau perwakilan atau bentuk lainnya di
dalam dan/atau di luar wilayah kerjanya;

6. Melanggar sumpah jabatan sebagai PPAT;

7. Membuat akta PPAT tanpa dihadiri oleh para pihak;

8. Membuat akta mengenai hak atas tanah/Hak Milik Atas Satuan


Rumah Susun yang obyeknya masih sengketa;

9. Tidak membacakan akta yang dibuatnya di hadapan para pihak,

10. Membuat akta di hadapan para pihak yang tidak berwenang


melakukan perbuatan hukum sesuai akta yang dibuatnya; dan/atau

11. PPAT membuat akta dalam masa dikenakan sanksi pemberhentian


dengan hormat, pemberhentian sementara, atau dalam keadaan cuti.
b. Dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun
atau lebih.
(Pasal 10 ayat (3) PJ PPAT)
JENIS PELANGGARAN RINGAN:

1. memungut uang jasa melebihi ketentuan peraturan


perundang-undangan;

2. dalam waktu 2 (dua) bulan setelah berakhirnya cuti tidak


melaksanakan tugasnya kembali;

3. tidak menyampaikan laporan bulanan mengenai akta


yang dibuatnya; dan/atau

4. merangkap jabatan.

Penjelasan Pasal 10 ayat (4) huruf C PJ PPAT)


PEMBERHENTIAN SEMENTARA :

a. sedang dalam pemeriksaan pengadilan sebagai terdakwa suatu


perbuatan pidana yang diancam dengan hukuman kurungan
atau penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun atau lebih berat;
Pemberhentian ini berlaku sampai ada putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

b. tidak melaksanakan jabatan secara nyata untuk jangka waktu


60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal pengambilan
sumpah; dihitung secara komulatif selama 1 tahun.

c. melakukan pelanggaran ringan terhadap larangan atau


kewajiban sebagai PPAT;
d. diangkat dan mengangkat sumpah jabatan atau
melaksanakan tugas sebagai Notaris dengan tempat
kedudukan di kabupaten/kota yang lain daripada tempat
kedudukan sebagai PPAT;

e. dalam proses pailit atau penundaan kewajiban


pembayaran utang;

f. berada di bawah pengampuan; dan/atau

g. melakukan perbuatan tercela.

(pasal 10 ayat (4) PJ PPAT)


Ruang Lingkup Pelaksanaan Jabatan PPAT
( PJ PPAT dan PerKa BPN No. 1 tahun 2006 (Pasal 46 – 64) )

Meliputi :
1. Kantor PPAT (Pasal 46 – 47)
2. Stempel Jabatan PPAT (Pasal 48, lampiran 6)
3. Papan Nama dan KOP Surat (Pasal 48, lampiran 7 dan 8)
4. Penggunaan Blanko Akta PPAT dan Pembuatan Akta (Pasal 52 dan 55 dan
PerKa BPN No. 8/2012)
5. Buku Daftar Akta PPAT (Pasal 56 – 57)
6. Penjilidan Akta dan Warkah Pendukung Akta (Pasal 58 – 61)
7. Laporan Bulanan PPAT Pasal 62 jo. PP RI No. 34/1997 tentang Pelaporan
atau Pemberitahuan Perolehan Hak Atas Tanah Atau Bangunan (BPHTB).
8. Pengelolaan Protokol PPAT.
LAFAL SUMPAH JABATAN PPAT
“Demi Allah Saya Bersumpah”

“Bahwa Saya, untuk diangkat menjadi PPAT, akan setia dan taat
sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945 dan Pemerintah Republik Indonesia”.

“Bahwa Saya, akan mentaati peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan dan yang
berkaitan dengan ke-PPAT-an serta peraturan perundang-undangan lainnya”.

“Bahwa Saya, akan menjalankan jabatan Saya dengan jujur, tertib, cermat dan penuh kesadaran,
bertanggung jawab serta tidak berpihak”.
“Bahwa Saya, akan selalu senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah
dan martabat PPAT”.

“Bahwa Saya, akan merahasiakan isi akta-akta yang dibuat dihadapan Saya dan protokol
yang menjadi tanggung jawab Saya, yang menurut sifatnya atau berdasarkan peraturan
perundang- undangan harus dirahasiakan”.

“Bahwa Saya, untuk diangkat dalam jabatan Saya sebagai PPAT secara langsung atau tidak
langsung dengan dalih atau alasan apapun juga, tidak pernah memberikan atau berjanji
untuk memberikan sesuatu kepada siapapun juga, demikian juga tidak akan memberikan
atau berjanji memberikan sesuatu kepada siapapun juga’.
KANTOR PPAT:
 PPAT wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat kedudukannya,

 PPAT yang merangkap jabatan sebagai Notaris harus berkantor yang sama
dengan tempat kedudukan Notaris

 Wajib memasang papan nama dan menggunakan stempel yang bentuk dan
ukurannya di tetapkan Menteri
(Pasal 20 PJ PPAT)

 PPAT tidak dibenarkan membuka kantor cabang atau perwakilan atau


bentuk lainnya yang terletak di luar dan atau di dalam daerah kerjanya
dengan maksud menawarkan jasa kepada masyarakat.
(Pasal 46 ayat (3) Perkaban 1/2006)
 Kantor PPAT wajib dibuka setiap hari kerja kecuali pada hari libur resmi
>> jam kerja paling kurang sama dengan jam kerja Kantor Pertanahan
setempat.

 Apabila dianggap perlu PPAT dapat membuka kantornya di luar jam kerja
sebagaimana dimaksud dalam rangka memberikan pelayanan
pembuatan akta pada masyarakat.

 Dalam hal PPAT sedang cuti dan tidak menunjuk PPAT Pengganti, >>
Kantor PPAT wajib dibuka setiap hari kerja untuk melayani masyarakat
dalam pemberian keterangan, salinan akta yang tersimpan sebagai
protokol PPAT.

(Pasal 47 Perkaban 1/2006)


STEMPEL JABATAN PPAT
Stempel jabatan PPAT diterakan pada:
 setiap tanda tangan PPAT,
 akta,
 salinan akta,
 surat dan
 dokumen lain yang merupakan produk dari PPAT yang
bersangkutan.

(Pasal 48 ayat (1) Perkaban 1/2006)


BENTUK & UKURAN STEMPEL

 Bentuk :
Bulat, terdapat 2 (dua) lingkaran, di tengah lingkaran dalam untuk
nama PPAT atau PPAT Pengganti atau tulisan Camat atau Kepala
Desa.
TULISAN DALAM STEMPEL :

1. Untuk PPAT atau PPAT Pengganti, lingkaran luar bagian


atas ditulis “PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH” atau “PPAT
PENGGANTI” dan lingkaran luar bagian bawah ditulis
daerah kerja nama Kabupaten/Kota yang dibatasi dengan
gambar bintang;

2. Untuk PPAT Sementara, lingkaran luar bagian atas ditulis


“PPAT SEMENTARA” dan lingkaran luar bagian bawah
ditulis daerah kerja PPAT Sementara “Kecamatan atau Desa”
yang dibatasi dengan gambar bintang;

3. Warna tinta stempel : Merah.


4. Ukuran stempel :
a) bulatan luar dengan garis tengah 31/2 cm, dibuat dalam garis lingkar rangkap
yang sebelah luar agak menebal sedangkan yang di dalam dengan garis lebih
tipis dan bergaris tengah lebih kecil. Jarak antara kedua bulatan adalah 1
mm.

b) bulatan dalam dengan garis tengah 2 cm, dibuat dengan garis lingkar tunggal.

c) di antara bulatan luar dan dalam, di bagian tengah bawah terdapat 2 (dua)
lukisan bintang bersudut 5 (lima) dengan ukuran garis tengah 3 mm.

d) dalam ruang bulatan terdapat ruang yang dibatasi oleh 2 (dua) garis lurus
mendatar sejajar dengan jarak satu sama lain 1 1/2 cm yang ditulis dengan
huruf kapital : .
 nama PPAT atau PPAT Pengganti; atau

 tulisan Camat; atau

 tulisan Kepala Desa.


5. Sebelah atas maupun bawah dari ruang angka 4 di atas terlukis
garis-garis tegak lurus dengan jarak antara garis satu dengan yang
lainnya sebesar 1 mm.

 PPAT Khusus yang dijabat oleh Kepala Kantor Pertanahan menggunakan


stempel Kantor Pertanahan dalam melaksanakan tugasnya sebagai PPAT
Khusus.

 Wakil Camat atau Sekretaris Desa mempergunakan stempel jabatan yang


dipergunakan PPAT Sementara yang bersangkutan.

(Pasal 48 Perkaban 1/2006)


CONTOH STEMPEL PPAT

 Pada Lampiran VI Perkaban No 1 Tahun 2006


PAPAN NAMA PPAT
 Bentuk dan Ukuran Papan Nama Jabatan PPAT dan PPAT
Sementara yang dijabat oleh Camat dan/atau Kepala Desa:
a. Ukuran :100x 40cm atau150x60cm atau 200x80cm;
b. Warna : Dasar dicat putih, tulisan hitam;
c. Bentuk huruf : Cetak kapital (huruf besar), untuk nama
dipergunakan huruf yang lebih besar.

 Jika pemasangan papan nama dimaksud tidak dapat dilakukan


karena kesulitan tempat, >>> pemasangan papan nama dilakukan
pada tempat yang memungkinkan dan dapat dibaca oleh umum
sepanjang masih dalam lingkungan gedung tempat kantor PPAT
dimaksud.

(Pasal 49 Perkaban 1/2006)


CONTOH PAPAN NAMA PPAT

 Pada Lampiran VII Perkaban No 1 Tahun 2006


KOP SURAT PPAT

Kop surat jabatan PPAT:

a. kop surat jabatan PPAT dicantumkan di bagian atas sebelah kiri dari
kertas surat dan sampul dinas PPAT;

b. tidak dibenarkan menulis jabatan lain kecuali jabatan PPAT;

c. kop surat jabatan PPAT dibuat dengan warna hitam.

(Pasal 50 Perkaban 1/2006)


CONTOH KOP SURAT PPAT

 Pada Lampiran VII Perkaban No 1 Tahun 2006


BLANKO AKTA PPAT
Sebelum Tahun 2013 (sebelum terbit PerKa. BPN No. 8/2012)
1. Tahun 2006 -> PerKa. BPN No. 1/2006 pasal 51
Blanko akta PPAT dibuat dan diterbitkan oleh Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia dan hanya boleh dibeli oleh
PPAT/PPATS/PPAT Pengganti.
2. Tahun 2009 -> PerKa. BPN No. 23/2009
Blanko akta PPAT, pengadaan blanko akta PPAT oleh BPN-RI dan
hanya dan hanya dapat diperoleh PPAT/PPATS/PPAT Khusus/PPAT
Pengganti

3. Setelah terbitnya PerKa. BPN No. 8/2012)


Sejak tanggal 2 Januari 2013, blanko akta PPAT disiapkan dan
diadakan oleh PPAT sesuai dengan bentuk, spesifikasi blanko akta dan
tata cara pengisiannya yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
AKTA PPAT WAJIB:
 Akta PPAT harus :

 dibacakan/dijelaskan isinya kepada para pihak

 dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi

 ditandatangani seketika itu juga oleh para pihak, saksi-saksi


dan PPAT.
Penjelasan Pasal 22 :
Untuk pemenuhan sifat otentik dari akta, pembacaan akta dilakukan sendiri oleh PPAT,
Penandatanganan para pihak, saksi dan oleh PPAT, dilakukan segera setelah pembacaan
akta dimaksud
PPAT DILARANG MEMBUAT AKTA,

 PPAT sendiri,
 suami atau isterinya,
 keluarganya sedarah atau semenda, dalam garis lurus tanpa pembatasan
derajat dan dalam garis ke samping sampai derajat kedua,
 menjadi pihak dalam perbuatan hukum yang bersangkutan, baik dengan
cara bertindak sendiri maupun melalui kuasa, atau menjadi kuasa dari
pihak lain.
Pasal 52 Perkaban 1/2006
PPAT melaksanakan tugas pembuat akta PPAT :
 di kantornya

 dihadiri para pihak dalam perbuatan hukum yang bersangkutan atau kuasanya
sesuai peraturan perundang-undangan.

 PPAT dapat membuat akta di luar kantornya hanya apabila salah satu pihak dalam
perbuatan hukum atau kuasanya tidak dapat datang di kantor PPAT karena alasan
yang sah, dengan ketentuan pada saat pembuatan aktanya para pihak harus hadir
dihadapan PPAT di tempat pembuatan akta yang disepakat
PEMBUATAN AKTA PPAT
Pasal 39 /PP 24/1997
PP A T menolak untuk membuat akta, jika:
a. mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan
rumah susun, kepadanya tidak disampaikan sertifikat asli hak yang
bersangkutan atau sertifikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-
daftar yang ada di Kantor Pertanahan; atau

b. mengenai bidang tanah yang belum terdaftar, kepadanya tidak


disampaikan:
1)   surat bukti hak lama atau surat keterangan Kepala
Desa/Kelurahan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan
menguasai bidang tanah tersebut selama 20 tahun
2) surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang
bersangkutan belum bersertifikat dari Kantor Pertanahan, atau
untuk tanah yang terletak di daerah yang jauh dari kedudukan
Kantor Pertanahan, dari pemegang hak yang bersangkutan dengan dikuatkan oleh
Kepala Desa/Kelurahan; atau

c. salah satu atau para pihak yang akan melakukan perbuatan hukum
yang bersangkutan atau salah satu saksi tidak berhak atau memenuhi
syarat untuk bertindak demikian; atau

d. Salah satu pihak atau para pihak bertindak atas dasar suatu surat
kuasa mutlak yang pada hakikatnya berisikan perbuatan hukum
pemindahan hak;
e. untuk perbuatan hukum yang akan dilakukan belum diperoleh
izin Pejabat atau instansi yang berwenang, apabila izin tersebut
diperlukan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku; atau

f. obyek perbuatan hukum yang bersangkutan sedang dalam


sengketa mengenai data fisik dan atau data yuridis; atau

g. tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar larangan yang


ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang
bersanggkutan.

Penolakan untuk membuat akta tersebut diberitahukan secara


tertulis kepada pihak-pihak yang bersangkutan disertai alasannya
PEMBUATAN AKTA PPAT
Pasal 54
 Sebelum pembuatan akta PPAT wajib melakukan pemeriksaan kesesuaian/keabsahan
sertipikat dan catatan lain pada Kantor Pertanahan setempat dengan menjelaskan maksud
dan tujuannya.

 Dalam pembuatan akta PPAT tidak diperbolehkan memuat kata-kata “sesuai atau menurut
keterangan para pihak” kecuali didukung oleh data formil.

 PPAT berwenang menolak pembuatan akta, yang tidak didasari data formil.
 PPAT tidak diperbolehkan membuat akta, atas sebagian bidang tanah yang sudah terdaftar
atau tanah milik adat, sebelum diukur oleh Kantor Pertanahan dan diberikan Nomor
Identifikasi Bidang Tanah (NIB).
 Dalam pembuatan akta, PPAT wajib mencantumkan
 NIB dan atau nomor hak atas tanah,
 nomor Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB,
 penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan keadaan lapangan.
 PPAT bertanggung jawab secara pribadi atas pelaksanaan tugas dan jabatannya dalam
setiap pembuatan akta.
BUKU DAFTAR AKTA PPAT
1. PPAT wajib membuat daftar akta dengan menggunakan 1 (satu) buku
daftar akta untuk semua jenis akta yang dibuatnya, yang di dalamnya
dicantumkan secara berurut nomor semua akta yang dibuat berikut
data lain yang berkaitan dengan pembuatan akta.

2. Buku Daftar PPAT diisi setiap hari kerja PPAT dan dituntut setiap
akhir hari kerja yang sama dengan garis tinta hitam dan diparaf oleh
PPAT pada kolom terakhir dibawah garis penutup.

3. Apabila pada hari kerja yang bersangkutan tidak terdapat akta yang
dibuat, maka dicantumkan kata “Nihil”, disamping tanggal pencatatan
yang dimaksud.
BUKU DAFTAR AKTA PPAT
 Pada akhir kerja terakhir setiap bulan, daftar akta PPAT ditutup dengan
garis merah dan tanda tangan serta nama jelas PPAT, dengan catatan di
atas tanda tangan tersebut yang berbunyi sebagai berikut :

“Pada hari ini …. tanggal …. daftar akta ini ditutup oleh saya, dengan
catatan dalam bulan ini telah dibuat …. (….) buah akta
PENJILIDAN AKTA dan WARKAH PENDUKUNG AKTA

 Akta otentik, surat dibawah tangan, atau dokumen lainnya yang dipakai sebagai dasar bagi penghadap
sebagai pihak dalam perbuatan hukum yang dibuatkan aktanya dinyatakan dalam akta yang
bersangkutan dan dilekatkan atau dijahitkan pada akta yang disimpan oleh PPAT. ( Pasal 58
s/d 60 PerKa. BPN No. 1 Tahun 2006 )

 Dijilid satu bukan sekali dalam 1(satu) sampul yang berisi 50 (limapuluh) akta.

 Warkah yang merupakan dokuman yang dijadikan dasar pembuatan akta, selain akta otentik, surat
dibawah tangan, atau dokumen lainnya dijilid tersendiri dalam bundel warkah pendukung yang
masing-masing berisi warkah pendukung untuk 25 (dua puluh lima) akta.
KEWAJIBAN PPAT BERKAITAN AKTA

 PPAT wajib menyampaikan akta PPAT dan dokumen-dokumen lain yang


diperlukan untuk keperluan pendaftaran akta perbuatan hukum yang
dibuatnya kepada Kepala Kantor Pertanahan paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja sejak ditandatangani akta yang bersangkutan.

 Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut merupakan pelanggaran


administratif.
LAPORAN BULANAN PPAT/PPATS

PPAT wajib mengirim laporan bulanan mengenai


akta yang dibuatnya, yang diambil daribuku daftar
akta PPAT selambat-lambatnya tanggal 10 bulan
berikutnya kepada :
1. Kepala Kantor Pertanahan
2. Kepala Kantor Wilayah Ps. 26 ayat (3) PP
37/1998 jo. Ps.
3. Kepala Kantor Pelayanan PBB
58
4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Perkaban
1/2006

Pengiriman laporan bulanan dapat


diantarkan langsung atau dapat juga
melalui jasa pengiriman tercatat
PROTOKOL PPAT

kumpulan dokumen yang harus disimpan dan


dipelihara oleh PPAT yang terdiri dari:
 daftar akta,
 akta asli,
 warkah pendukung akta, arsip laporan,
PROTOKOL
 agenda surat-surat lainnya.
PPAT
( Pasal 1 angka 5 PJ PPAT )
Warkah adalah dokumen yang dijadikan dasar
pembuatan akta
PENGELOLAAN PROTOKOL PPAT

PP. 37 Tahun 1998 jo. Pasal 27 PerKa. BPN No. 1 Tahun 2006
a. Dokumen apa saja yang termasuk PROTOKOL PPAT
b. PPAT wajib mengelola PROTOKOL
c. Kewajiban PPAT menerima PROTOKOL PPAT lain atau menyerahkan
PROTOKOL nya apabila Pindah daerah kerja, cuti, berhenti sebagai PPAT
dan atau berakhir masa jabatannya karena pensiun atau meninggal
dunia (bagi ahli warisnya).
MEKANISME & PENGELOLAAN PROTOKOL PPAT

 PPAT-> berhenti/pensiun/dan ahli waris dari PPAT yang meninggal dunia


wajib menyerahkan protokolnya kepada PPAT yang ditunjuk/Kepala
Badan Pertanahan.

 PPAT wajib menerima protokol dari PPAT lain atas penunjukan dari PPAT
yang bersangkutan/Kepala Kantor Pertanahan/Kantor Wilayah BPN
Provinsi

 Penyerahan protokol PPAT yang berhenti menjabat bukan karena


meninggal dunia diberikan kepada PPAT lain yang ditentukan oleh PPAT
yang berhenti menjabat tersebut dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak
tanggal berhenti PPAT yang bersangkutan atau apabila menurut
pemberitahuan dari PPAT yang bersangkutan tidak ada yang ditentukan
olehnya, ditunjuk oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam waktu 7 (tujuh)
hari sejak tanggal penunjukan penerima tersebut.
MEKANISME & PENGELOLAAN PROTOKOL PPAT

 Dalam hal PPAT berhenti karena meninggal dunia, maka ahli waris nya
wajib menyerahkan protokol PPAT kepada PPAT yang ditunjuk oleh Kepala
Kantor Wilayah dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan setelah
penunjukan tersebut.
 ( Pasal 27-29 PJ PPAT )

 Apabila jumlah dan volume protokol PPAT cukup besar, maka


penyerahannya dapat dilakukan kepada lebih dari satu PPAT yang daerah
kerjanya sama kecuali untuk PPAT Khusus dan PPAT Sementara.

 Serah terima protokol PPAT dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
protokol PPAT yang diketahui/disaksikan oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya setempat.
MEKANISME & PENGELOLAAN PROTOKOL PPAT

 PPAT yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan


Nasional Propinsi untuk menerima protokol yang berhenti menjabat
sebagai PPAT wajib menerima protokol PPAT tersebut.

 PPAT wajib menurunkan papan nama PPAT nya pada hari yang
bersangkutan berhenti dari jabatan PPAT.
(Pasal 27-29 PJ PPAT jo. PerKa. BPN No. 1 Tahun 2006)
...Pertanahan;

2. PPAT Sementara yang berhenti sebagai PPAT Sementara kepada


PPAT Sementara yang menggantikannya atau kepada Kepala Kantor
Pertanahan;
3. PPAT Khusus yang berhenti sebagai PPAT Khusus kepada PPAT
Khusus yang menggantikannya atau kepada Kepala Kantor
Pertanahan.
e. membebaskan uang jasa kepada orang yang tidak mampu, yang
dibuktikan secara sah;
f. membuka kantornya setiap hari kerja kecuali sedang melaksanakan
cuti atau hari libur resmi dengan jam kerja paling kurang sama dengan
jam kerja Kantor Pertanahan setempat;
g. berkantor hanya di 1 (satu) kantor dalam daerah kerja sebagaimana
ditetapkan dalam keputusan pengangkatan PPAT;
h. menyampaikan...
...PPAT

h. menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan, contoh paraf


dan teraan cap/stempel jabatannya kepada Kepala Kantor Wilayah,
Bupati/ Walikota, Ketua Pengadilan Negeri dan Kepala Kantor
Pertanahan yang wilayahnya meliputi daerah kerja PPAT yang
bersangkutan dalam waktu 1 (satu) bulan setelah pengambilan
sumpah jabatan;
i. melaksanakan jabatan secara nyata setelah pengambilan sumpah
jabatan;
j. memasang papan nama dan menggunakan stempel yang bentuk dan
ukurannya ditetapkan oleh Kepala Badan;
k. lain-lain sesuai peraturan perundang-undangan.
HAK PPAT

a. cuti;
b. memperoleh uang jasa (honorarium) dari
pembuatan akta
c. memperoleh informasi serta perkembangan
peraturan perundang-undangan pertanahan; Pasal 36
d. memperoleh kesempatan untuk mengajukan Perkaban 1/2006
pembelaan diri sebelum ditetapkannya
keputusan pemberhentian sebagai PPAT.
CUTI PPAT
PPAT dapat melaksanakan cuti :
a. cuti tahunan paling lama 2 (dua) minggu setiap
tahun takwim;
b. cuti sakit termasuk cuti melahirkan, untuk
jangka waktu menurut keterangan dari dokter
yang berwenang;
c. cuti karena alasan penting dapat diambil
Pasal 37 ayat (1)
setiap kali diperlukan dengan jangka waktu Perkaban 1/2006
paling lama 9 (sembilan) bulan dalam setiap 3
(tiga) tahun takwim.
Untuk dapat melaksanakan cuti PPAT yang baru
diangkat dan diangkat kembali harus sudah
membuka kantor PPATnya minimal 3 (tiga)
tahun.
CUTI

Kurang dari 3 3 bulan s/d 6 Lebih dari 6


bulan bulan bulan Ps. 30 ayat (2)
PP 37/1998

Persetujuan Persetujuan Persetujuan


Kepala Kantor Kepala Kantor Kepala Badan
Pertanahan Wilayah
Protokol PPAT

Protokol PPAT adalah kumpulan dokumen yang


harus disimpan dan dipelihara oleh PPAT yang
terdiri dari :
1. Daftar akta
2. Akta asli Ps. 1 angka 5 PJ
3. Warkah pendukung akta PPAT
4. Arsip laporan
5. Agenda
6. Surat-surat lainnya

Warkah adalah dokumen yang dijadikan dasar pembuatan akta


PPAT (Ps. 1 angka 6 PJ PPAT)

PPAT...
...PJ PPAT)

PPAT yang berhenti menjabat karena diberhentikan


dengan hormat dan diberhentikan dengan tidak
hormat diwajibkan menyerahkan protokol PPAT
kepada PPAT di daerah kerjanya
PPAT Sementara yang berhenti sebagai PPAT
Sementara menyerahkan protokol PPAT kepada
PPAT Sementara yang menggantinya
Ps. 27 PP
PPAT Khusus yang berhenti sebagai PPAT Khusus 24/2016
menyerahkan protokol PPAT kepada PPAT Khusus
yang menggantinya
Untuk protokol PPAT Sementara dan PPAT Khusus,
apabila tidak ada PPAT penerima protokol maka
protokol PPAT diserahkan kepada Kepala Kantor
Pertanahan setempat

Apabila...
...setempat

Apabila PPAT meninggal dunia, salah seorang ahli


waris/keluarganya atau pegawainya wajib melaporkannya
kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya
setempat dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
PPAT meninggal dunia
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya
melaporkan meninggalnya PPAT berdasarkan laporan atau
karena pengetahuan yang diperoleh dari sumber lain kepada Ps. 28 PP
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional 37/1998
Propinsi disertai usul penunjukan PPAT yang akan
diserahi protokol PPAT yang meninggal dunia.
Ahli waris, keluarga terdekat atau pihak yang menguasai
protokol PPAT yang meninggal dunia wajib
menyerahterimakan protokol PPAT yang bersangkutan
kepada PPAT yang ditunjuk Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Propinsi.
Honorarium PPAT
Uang jasa (honorarium) PPAT dan PPAT Sementara, termasuk
uang jasa (honorarium) saksi tidak boleh melebihi 1% (satu
persen) dan harga transaksi yang tercantum di dalam akta.
PPAT dan PPAT Sementara wajib memberikan jasa tanpa
memungut biaya kepada seseorang yang tidak mampu. Ps. 32 PP
Di dalam melaksanakan tugasnya, PPAT dan PPAT Sementara 24/2016
dilarang melakukan pungutan lebih dari 1%
PPAT Khusus melaksanakan tugasnya tanpa memungut biaya.

SANKSI ADMINISTRATIF JIKA DILANGGAR


PPAT Pengganti

Selama PPAT diberhentikan untuk sementara atau


menjalani cuti maka tugas dan kewenangan PPAT
dapat dilaksanakan oleh PPAT pengganti atas
Ps. 31 ayat
permohonan PPAT yang bersangkutan
(1) dan ayat
(2) PP
PPAT pengganti diusulkan oleh PPAT yang bersangkutan 24/2016
dan diangkat oleh pejabat yang berwenang menetapkan
pemberhentian sementara atau persetujuan cuti di dalam
keputusan mengenai pemberhentian sementara atau
keputusan persetujuan cuti yang bersangkutan serta
diambil sumpahnya oleh Kepala Kantor Pertanahan
Setempat

Persyaratan...
...setempat

Persyaratan untuk menjadi PPAT pengganti :


a. telah lulus program pendidikan kenotariatan dan telah
Ps. 31 ayat
menjadi pegawai kantor PPAT paling sedikit selama 1
(3) PP
(satu) tahun, atau; 24/2016
b. telah lulus program pendidikan khusus PPAT yang
diselenggarakan oleh kementerian
Perhatian!!!

PPAT bertanggung jawab secara pribadi atas pelaksanaan tugas dan


jabatannya dalam setiap pembuatan akta.

Selalu terapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan


tugas jabatan PPAT dan selalu memperhatikan ketentuan
dalam Peraturan Perundang-Undangan yang ada
& SEMOGA SUKSES

Anda mungkin juga menyukai