Anda di halaman 1dari 9

MENGHUBUNGKAN DEMOKRASI DAN POLITIK

DALAM ISLAM

Nama Kelompok :
Dimas Fernandayarin
Fakhir Musyaffa Rahman
Gusti Setiawan Lutfi
Selawati
Shella Aryanti
Dasar Demokrasi dalam Islam

Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dengan kekuasaan tertinggi berada di


tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau wakil-wakil yang mereka
pilih di bawah sistem pemilihan bebas
Dalam demokrasi kedaulatan berada di tangan rakyat, konsekuensinya bahwa hak
legislasi (penetapan hukum) berada di tangan rakyat (yang dilakukan oleh lembaga
perwakilannya, seperti DPR). Sementara dalam Islam, kedaulatan berada di tangan
syara’, bukan di tangan rakyat.
Secara umum hukum syara' bisa diartikan sebagai ketentuan hukum yang Allah SWT tetap-
kan dan mengikat bagi semua umat yang beragama islam. Hukum syara' ini diturunkan Allah
SWT kepada Nabi Muhammad Saw yang sebagai rosulnya dan wajib dipelajari serta diikuti
oleh setiap muslim terutama yang sudah mukhallaf
Prinsip Nilai Demokrasi

Konsep demokrasi dalam konsep Islam yang paling kental terlihat dari prinsip-prin-
sipnya, yaitu musyawarah (perundingan), musawa (kesetaraan), dan syura (konsul-
tasi dalam artian luas). Prinsip-prinsip ini memiliki tafsiran luas terhadap gagasan
ide demokrasi. Menurut Amien Rais, seperti yang telah dikutip Anders Uhlin dalam
bukunya Oposisi berserak .

5 prinsip demokrasi dalam Islam yakni: Pertama, pemerintahan harus dilandaskan


pada keadilan. Kedua, sistem politik harus dilandaskan pada prinsip syura dan
musyawarah. Ketiga, terdapat prinsip kesetaraan yang tidak membedakan orang
atas dasar gender, etnik, warna kulit, atau latar belakang sejarah, sosial atau
ekonomi dan lain-lain. Keempat, kebebasan di definisikan sebagai kebebasan
berfikir, berpendapat, pers, beragama, kebebasan dari rasa takut, hak untuk hidup,
mengadakan gerakan dll.
Contoh Praktek Demokrasi dalam Islam
Kita bisa mengambil contoh dari keterangan Muhammad Yusuf Faruqi (1996) .
Pemilihan atas dasar berpikir rasional, yang dalam Islam prosedurnya antara lain,
analog atau qiyas. Dengan prinsip berpikir ini, Abu Bakar dipilih karena analog se-
bagai imam (pemimpin) dalam shalat jika rasul berhalangan. Di sini ada dua tahap
“sumpah setia” (baiat), yakni tahap elit (baiat khusus) dan tahap massa (baiat
‘ammah). “Pemikiran” yang menyertai hal ini adalah kritertia bahwa kepala negara
itu berasal dari klan yang reputasunya bagus dan terhormat demi “integrasi bangsa
dan negara”

Abu Bakar misalnya, ia dipilih karena berasal dari klan terhormat, Quraisy. Na-
mun demikian, hal itu hanyalah contoh kontekstual yang sesuai dengan zaman-
nya. Karenanya, sangat diherankan bila di kemudian hari masih mempertim-
bangkan bahwa khalifah harus dari Quraisy. Padahal besaran kehidupan
berdemokrasi dalam Islam sudah meliputi seluruh bumi.
Pertentangan antara Demokrasi dan Islam

Al-Qur`an tidak secara spesifik dan eksplisit menunjukkan preferensi terhadap satu
bentuk pemerintahan tertentu, tetapi dengan gamblang memaparkan seperangkat ni-
lai sosial dan politik penting dalam suatu pemerintahan untuk Muslimin. Di an-
taranya adalah tiga nilai penting, yaitu keadilan melalui kerja sama sosial dan prinsip
saling membantu, membangun suatu sistem pemerintahan konsultatif yang tidak
otokratis, melembagakan kasih sayang dalam interaksi sosial

Meskipun demikian, ia juga melihat bahwa di dalam Al-Qur`an terdapat prinsip-


prinsip hidup berkemasyarakatan yang di antaranya kejujuran dan tanggung jawab,
keadilan, persaudaraan, pluralisme, persamaan, musyawarah, mendahulukan per-
damaian, dan kontrol.
Cara Menghadapi Perbedaan

Cara terbaik untuk menghadapi para penganut kepercayan lain adalah dengan meny-
atakan bahwa seperti dinyatakan dalam Al Qur’an bahwa Bagimu agamamu dam
bagiku agamaku (QS 109:6). Namun, bagi kaum Muslim yang setuju terhadap dia-
log, perintah Tuhan kepada Nabi Muhammad untuk mengajak Ahli Kitab sampai
kepada doktrin yang umum antara agamanya (Islam) dan agama mereka, meru-
pakan suatu dorongan.

Dalam Al Qur’an dinyatakan:


Katakanlah:Hai Ahli Kitab marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (keteta-
pan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah
kecuali Allah dan tidak kita perseutukan Ia dengan sesuatu apa pun dan tidak
(pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain dengan tuhan selain Allah.
Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka; “Saksikanlah bahwa kami
adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” (QS 3:64).
Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis simpulkan dari uraian pembahasan diatas adalah
demokrasi tidak sepenuhnya bertentangan dan tidak sepenuhnya sejalan dengan Is-
lam. Agar demokrasi selaras dengan pandangan islam dapat terwujud, langkah yang
harus dilakukan adalah harus adanya pemahaman yang benar tentang demokrasi
dalam pandagan Islam paling tidak memahami demokrasi dalam pandangan Islam
seperti dalam tujuan yang termuat dalam tugas ini yaitu mengetahui dasar
demokrasi dalm Islam.
Saran

Saran dari penulis untuk para pembaca agar dapat memahami demokrasi dalam
pandangan Islam lebih jauh maka perbanyaklah membaca buku demokrasi yang
membahas dari sudut pandang Islam. Mempelajari dari banyak sudut pandang be-
berapa pakar demokrasi dalam Islam yang ilmunya dapat dipercaya. Serta tidak
lupa memahami demokrasi dalam Islam menuntun kita
kepada kebaikan hakiki
Terimakasih Telah Menyaksikan
Persentasi Tadi

Anda mungkin juga menyukai