• Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau
adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam,
termasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. • Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Prinsip-prinsip Arsitektur hijau (Green Architecture) • Conserving Energy (Hemat Energi) • Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energy alami)Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. • 3.. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. • Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan) Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya. • Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru) Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya. • Holistic Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Prinsip bangunan hijau Ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi oleh sebuah bangunan agar dapat disebut sebagai bangunan hijau, yaitu: 1.Konservasi energi Bangunan harus dibangun dengan tujuan meminimalkan kebutuhan bahan bakar untuk pengoperasian bangunan tersebut. Efisiensi energi dapat dilakukan mulai saat pembangunan/konstruksi bangunan, pemakaian atau pengoperasian bangunan, dan saat bangunan dirobohkan. 2.Penyesuaian dengan iklim Bangunan harus dirancang sesuai dengan iklim dan sumber energi alam yang ada. Ikilim diIndonesia adalah panas lembab, sehingga bangunan harus dirancang untuk mengatasi udara panas, kelembaban dan curah hujan tinggi. 3.Meminimalkan pemakaian sumberdaya Bangunan harus dirancang untuk mengurangi pemakaian sumberdaya, terutama yang tidak dapat diperbarui dan diakhir pemakaian bangunan dapat membentuk sumberdaya baru untuk arsitektur bangunan lain. 4.Memperhatikan pemakai Bangunan hijau harus memberi perhatian pada keterlibatan manusia dalam pembangunan dan pemakaian bangunan. Bangunan harus memberi kenyamanan, keamanan dan kesehatan bagi penghuninya. Rancangan bangunan juga harus memperhatikan budaya dimana bangunan didirikan, dan perilaku pemakainya. 5.Memperhatikan lahan (site) Bangunan harus “membumi”. Ada interaksi antara bangunan dan lahan. Bangunan harus dirancang dan dibangun sesuai dengan potensi lahan tempat bangunan akan didirikan. 6.Holistik Bangunan hijau memerlukan pendekatan holistik (menyeluruh) dari seluruh prinsip yang ada. BANGUNAN HIJAU Bangunan hijau adalah satu pendekatan pembangunan bangunan yang didasarkan atas prinsip-prinsip ekologis. Pendekatan ini dipilih berdasarkan kenyataan bahwa selama ini 50% sumberdaya alam dipakai untuk bangunan dan 40% energi dikonsumsi bangunan. Sementara itu lebih dari 50% produksi limbah berasal dari sektor bangunan. Kenyataan ini menunjukkan adanya ketidak seimbangan lingkungan yang berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan dan kehidupan manusia. Apa tujuan bangunan hijau? Ada dua tujuan utama penerapan bangunan hijau: 1.Meminimalkan pemakaian energi dan sumberdaya, terutama yang berasal dari sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui, misalnya bahan tambang 2.Meminimalkan emisi (buangan) yang berasal dari proses konstruksi, pemakaian dan pembongkaran bangunan. BAGAIMANA SEBUAH BANGUNAN DAPAT DISEBUT “BANGUAN HIJAU?” Suatu bangunan dapat disebut sudah menerapakan konsep bangunan hijau apabila berhasil melalui suatu proses evaluasi untuk mendapatkan sertifikasi bangunan hijau. Didalam evaluasi tersebut tolak ukur penilaian yang dipakai adalah Sistem Rating (Rating System). Sistem Rating (Rating System) dipersiapkan dan disusun oleh Green Buliding Council yang ada di negara-negara tertentu yang sudah mengikuti gerakan bangunan hijau. Setiap negara tersebut mempunyai sisten rating masing-masing. Contohnya : USA mempunyai LEED Rating (Leadership Efficiency Environment Design), Malaysia memiliki Green Building Index, Singapore mempunyai GreenMark, dan Australia mempunyai GreenStar. Sedangkan di Indonesia memiliki Rating System bernama GREENSHIP. Dalam penyusunannya, GBC (Green Building Council) Indonesia juga bekerjasama dengan Green Building Index (GBI) dan dibantu dari GBC Australia.