Anda di halaman 1dari 44

KELOMPOK 4

Anggota Kelompok :

Ilham Septa Mulya 332198220034

Elfrina 3321982200

Musdalifah Ainun P 332198220051

Siti Aminah Kusuma Putri 332198220005

Muthia 332198220079
Simplisia Dan Ekstrak

◦ Simplisia tumbuhan obat merupakan bahan baku proses pembuatan


ekstrak, baik sebagai bahan obat atau produk
◦ Ekstrak tumbuhan obat sebagai bahan dan produk, dibuat dari
bahan baku tumbuhan obat.
simplisia

Dalam buku “ Materia Medika Indonesia” ditetapkan definisi bahwa simplisia adalah bahan
alamiah yang di pergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan
kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia di bedakan simplisia
nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang
berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel
yang secara spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu di keluarkan
dari selnya, atau senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni.
Lanjutan…
◦ Materia Medika Indonesia berlaku sebagai pedoman untuk simplisia yang akan di pergunakan untuk
keperluan pengobatan, tetapi tidak berlaku bagi bahan yang dipergunakan untuk keperluan lain yang
dijual dengan nama yang sama. Namun simplisia (untuk selanjutnya dalam naskah ini berarti simplisia
nabati) secara umum merupakan produk hasil pertanian tumbuhan obat setelah melalui proses pasca
panen dan proses preparasi secara sederhana menjadi bentuk produk kefarmasian yang siap dipakai aau
siap di proses selanjutnya, yaitu:
◦ (1) Siap dipakai dalam bentuk serbuk halus untuk di seduh sebelum di minum (jamu)
◦ (2) Siap dipakai untuk di cacah dan di godok sebagai jamu godokan (infus).
◦ (3) Di proses selanjutnya untuk dijadikan produk sediaan farmasi lain yang umumnya melalui proses
ekstrasi, separasi dan permurnian, yaitu menjadi ekstrak, fraksi atau bahan isolat senyawa murni.
Lanjuan…
◦ Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar (wild crop) tentu
saja kandungan kimianya tidak dapat dijamin selalu ajeg (konstan) karena di sadari adanya
variable bibit. tempat , iklim, kondisi (umur dan cara) panen, serta proses pasca panen dan
preparasi akhir. Walaupun ada juga pendapat bahwa variable tersebut tidak besar akibatnya
pada mutu ekstrak nantinya dan dapat di kompensasi dengan penambahan /pengurangan bahan
setelah sedikit prosedur analisis kimia dan sentuhan inovasi teknologi farmasi lanjutan
sehingga tidak berdampak banyak pada khasiat produknya. Usaha untuk mengejegkan variable
tersebut dabat dianggap sebagai usaha untuk menjaga keajegan mutu simplisia.
◦ Variasi senyawa kandungan dalam produk hasil panen tumbuhan obat (in vivo) disebabkan
aspek sebagai berikut:
◦ 1. genetic (bibit)
◦ 2. Lingkungan (tempat tumbuh, iklim)
◦ 3. Rekayasa agronomi (fertitizer, perlakuan selama masa tumbuh).
◦ 4. Panen (waktu dan pasca panen)
◦ Besarnya variasi senyawa kandungan meliputi baik jenis ataupun kadarnya sehingga timbul
jenis (species) lain yang disebut kultivar. Namun sebaliknya bahwa kondisi dimana variable
tersebut menghasilkan produk yang optimal atau bahkan unggulan secara kimia maka dikenal
obsesi adanya bibit unggul dan produk unggulan serta daerah sentra agrobisnis dimana
tumbuhan obat unggulan tersebut ditanam.
◦ Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap di konsumsi langsung. Dapat
di pertimbangkan 3 konsep untuk Menyusun parameter standar umum :
◦ 1. bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya memenuhi 3 parameter mutu umum
suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi
kimia dan biologis) serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi).
◦ 2. bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap di
upayakan memenuhi 3 paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu quality-safety-
efficacy (mutu-aman-manfaat).
◦ 3. bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggungjawab terhadap
respon biologis harus spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa
kandungan.
◦ Standarisasi suatu simplisia tidak lain pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan dan
penetapan nilai berbagai parameter dari produk seperti yang di tetapkan sebelumnya.
◦ Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk
obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam monografi.
Sedangkan produk yang langsung di konsumsi (serbuk jamu dsb.) masih harus memenuhi
persyaratan produk ke farmasian sesuai dengan peraturan yag berlaku.
◦ Berdasarkan trilogi mutu-aman-manfaat, maka simplisia sebgai bahan baku ekstrak tetap
harus lebih dahulu memenuhi persyaratan monografinya, dan kemudian dalam proses
seterusnya, produk ekstrak juga harus memenuhi persyaratannya, yaitu parameter standar
umum dan spesifiknya dalam buku monografi.
DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA :

A. dengan cara pengeringan


B. dengan proses fermentasi
C. dengan proses pembuatan yang memerlukan air
A. Dengan Pengeringan
1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda–beda antara lain tergantung pada :
1) bagian tanaman yang digunakan
2) Waktu panen optimal
3) Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen optimal
Buah : Buah harus dipanen setelah masak fisiologis dengan cara me-metik
Daun : Pemanenan daun dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh maksimal dan sudah memasuki periode
matang fisiologis dan dilakukan dengan memangkas tanaman
Rimpang : pe-manenan bervariasi tergantung peng-gunaan.  Tetapi  pada umumnya pe-manenan dilakukan pada
saat tanam-an berumur 8 - 10 bulan
Bunga : emanenan dilakukan pada saat bunga kuncup atau setelah per-tumbuhannya maksimal
Batang/kulit batang : Pemanenan kayu dilakukan setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit sekunder secara
maksimal
Herba : waktu panen yang tepat adalah pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman sudah maksimal dan akan
memasuki fase generatif atau dengan kata lain pemanenan dilakukan sebelum tanaman berbunga
Untuk simplisia yang berasal dari tanaman/tumbuhan, berikut cara pengambilan bagian-bagiannya :

1. Kulit batang
Dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu; untuk kulit batang mengandung minyak atsiri atau
golongan senyawa fenol digunakan alat pengelupas bukan logam
2. Batang
Dari cabang, dipotong – potong dengan panjang tertentu dan dengan diameter cabang tertentu.

3. Kayu
Dari batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut (disugu) setelah dikelupas kulitnya.

4. Daun
Tua atau muda (daerah pucuk), dipetik dengan tangan satu persatu.

5. Bunga
Kuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga, atau daun bunga, dipetik dengan tangan.

6. Pucuk
Pucuk berbunga; dipetik dengan tangan (mengandung daun muda dan bunga).
7. Akar
Dari bawah permukaan tanah, dipotong – potong dengan ukuran tertentu.
8. Rimpang
Dicabut, dibersihkan dari akar; dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.
9. Buah
Masak, hampir masak; dipetik dengan tangan.
10. Biji
Buah dipetik; dikupas kulit buahnya dengan mengupas menggunakan tangan, pisau, atau
menggilas, biji dikupas dan dicuci.
11. Kulit Buah
Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci.
2. Sortasi Basah
dilakukan untuk memisahkan kotoran – kotoran atau bahan – bahan asing lainya dari bahan simplisia
3. Pencucian
untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia
4. Perajangan
untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan .
5. Pengeringan
untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama
Pengeringan dapat dilakukan dengan :
* sinar matahari
* Oven
* Blower
* fresh dryer pada suhu 30 - 500C
6. Sortasi kering
untuk memisahkan benda – benda asing seperti bagian – bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor –
pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.

7. Pemeriksaan mutu
harus berupa simplisia murni
8. Penyimpanan
◦ Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
◦  Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan masuk air hujan.
◦ Suhu gudang tidak melebihi 300C.
◦ Kelembabab udara sebaiknya diusahakan serendah mungkin (65 0 C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air.
Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme se-hingga menurunkan mutu bahan baik
dalam bentuk segar maupun kering.
◦ Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus dicegah.
◦  Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan simplisia yang disimpan harus dicegah
B. Dengan proses fermentasi
◦ Dilakukan dengan seksama agar proses tidak berlanjut ke arah yang tidak diinginkan
◦ C. Prosesnya memerlukan air
◦ Misalnya pada pembuatan pati dan talk

◦ Air yang digunakan haruslah bebas dari racun serangga, kuman patogen, logam berat dll
Definisi Ekstrak
◦ Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau
simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Ditjen POM, 1995). Ekstraksi adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh
kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Ekstrak adalah sediaan kering, kental
atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh
cahaya matahari langsung, ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang
digunakan air, etanol dan campuran air etanol (Ditjen POM, 1995).
◦ Menurut FE IV,ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai,kemudiaan semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
◦ Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi.seluruh perkolat
biasanya dipekatkan dengan cara destilasi dengan pengurangan tekanan agar bahan utama obat sesedikit
mungkin terkena panas.

◦ Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut,pengawet,atau
keduanya. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi,tiap milliliter ekstrak mengandung
bahan aktif dari 1g simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan
dapat didiamkan dan disaring atau bagian beningnya dienaptuangkan. Beningan yang diperoleh memenuhi
persyaratan farmakope.

◦ Menurut literature lainnya,ekstrak ada tiga macam yaitu ekstrak kering(siccum),kental(spissum),dan


cair(liquidum), yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dan hewani menurut cara yang sesuai diluar
pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari
yang dipakai adalah air,eter,serta campuran etanol dan air.
Metode Ekstrak
◦ Mesarasi
◦ Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengadukan yang terus menerus. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah
dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya.
◦  
◦ Perkolasi
◦ Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang
umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap
maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menrus sampai
diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

◦ Cara panas
◦ Refluks
◦ Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut
terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
◦  
◦ Soxhlet
◦ Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus
sehingga terjadi ekstraksi kontiniu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
◦  
◦ Digesti
◦ Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontiniu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur
ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.
◦  
◦ Infus
◦ Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam
penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).

◦ Dedok
◦ Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000). 
Contoh Ekstrak
◦ Ekstrak Belladonae,Ekstrak Hiosiami,Ekstark Akar Manis (Glycyrrhizae Succus Extractum),Ekstrak Timi
(Thymi Ekstractum),Ekstrak Striknin (Strychin Extractum),Ekstrak Pule Pandak(Rauwolfiae
Extractum),Ektrak Kelembak (Rhei Extractum),dll
Senyawa Murni Bahan Alam
Secara harfiah bahan alam dapat diartikan sebagai bahan-bahan yang bersumber
dari alam (natural resources), seperti hasil budidaya pertanian, hasil perikanan
darat dan laut, hasil hutan, ataupun hasil tambang atau bahan mineral. Tetapi
dalam bidang-bidang ilmu terkait kimia organik, farmasi, dan ilmu pangan,
bahan alam (natural products) pada umumnya mengacu pada metabolitmetabolit
sekunder baik dalam bentuk sediaan kering, ekstrak, ataupun senyawa tunggal
yang bersumber dari makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan (terutama hewan
laut), maupun mikroorganisme. Di Indonesia, istilah ‘bahan alam’ lebih umum
digunakan daripada ‘produk alam’ atau ‘produk alami’ sebagai padanan untuk
natural products.
Natural products sebagai produk yang dihasilkan oleh alam yang meliputi:
(1) seluruh organisme (tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme) yang telah diproses
secara sederhana dengan tujuan untuk pengawetan, seperti pengeringan,
(2) bagian dari organisme, seperti daun, bunga, atau organ tertentu dari hewan,
(3) ekstrak dari organisme atau bagian organisme,
(4) komponen tunggal (alkaloids, coumarins, flavonoids, lignans, glycosides,
terpenoids, steroids, dll.).
Dalam praktiknya, istilah natural products lebih banyak didefinisikan sebagai senyawa
metabolit sekunder, dengan bobot molekul (BM) rendah yang dihasilkan oleh
organisme tertentu yang tidak diperuntukkan sebagai nutrisi pokok dalam proses
pertumbuhannya, tetapi lebih bersifat sebagai komponen penunjang, seperti sebagai alat
perlindungan atau sebaliknya sebagai media penarik perhatian terhadap organisme lain
Dengan demikian, bahan alam dapat didefinisikan sebagai komponen atau
substansi kimia yang merupakan metabolit sekunder (secondary metabolites)
yang dapat berupa komponen tunggal/murni hasil isolasi maupun yang masih
berupa campuran komponen dalam bentuk ekstrak, sediaan kering dari
bagian tertentu atau keseluruhan dari suatu organisme baik tumbuhan,
mikroba, ataupun hewan yang dieksplorasi dan dimanfaatkan karena efek
farmakologis (pharmacological effect), efek terapi (therapeutic effect),
antioksidan (antioxidative effect), antibakteri (antibacterial), atau
kemampuannya sebagai bahan pewarna (coloring agent), penyedap
(flavoring agent), pengharum (parfuming agent), pengikat (fixative agent),
serta karena aktivitas biologis (biological activity) lainnya seperti
kemampuan sebagai pestisida alami (natural pesticide).
Sebagai contoh yang mudah adalah bahan pewarna alami, yaitu produk pewarna yang
dihasilkan dari proses isolasi, ekstraksi, ataupun pengeringan bagian tertentu dari
suatu bagian tumbuhan. Contoh pewarna alami dalam bentuk senyawa tunggal adalah
berberine, sumber warna kuning yang dapat diisolasi dari beberapa tanaman, seperti
akar kuning (Arcangelisia flava, Gambar 1.1) atau berberry (Berberis vulgaris).
Selain memberikan efek warna kuning, berberine juga memiliki kemampuan
memberikan berbagai efek farmakologi dan terapi
Dalam pemanfaatannya, komponen atau substansi-substansi kimia bahan alam diproses menjadi produk
lanjutan baik sebagai bahan baku untuk produk lanjutannya atau produk jadi dengan standarisasi,
keamanan, serta kepraktisan dalam penggunaan dan cara konsumsinya untuk meningkatkan nilai
ekonominya. Obat, bahan obat, neutraceuticals, functional foods, nutritional supplements, produk herbal,
aroma terapi, pewarna alami, bumbu alami, parfum serta berbagai produk lokal dengan istilah tertentu
seperti jamu di Indonesia, merupakan contoh pemanfaatan bahan alam dengan memberikan sentuhan
teknologi untuk meningkatkan guna (function) dan nilainya (value)

Dari segi pemanfaatannya bahan alam berbeda dengan bahan alam lainnya, seperti bahan pangan (food
atau nutritional food), di mana ditujukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pokok (karbohidrat, lemak,
protein, asam amino), atau produk perikanan, produk kerajinan, bahan tambang, produk minyak dan gas,
dan lain sebagainya, di mana sama-sama menggunakan bahan yang dihasilkan oleh alam. Inilah yang
membedakan bahan alam dengan bahan dari alam (natural sources) lainnya
Sejarah Perkembangan Farmakognosi
◦ Pharmakognosi berasal dari penggabungan dua kata Yunani, yaitu Pharmakon (obat) dan Gnosis
(pengetahuan) yang berarti, pengetahuan tentang obat-obatan. Penamaan
‘Pharmacognosy’digunakan pertama dan terutama oleh CA Seydler, mahasiswa kedokteran di
Halle / Saale, Jerman, yang dengan sungguh-sungguh mengerjakan Analetica Pharmacognostica sebagai
judul utama tesisnya pada tahun 1815. Selain itu, penelitian lebih lanjut telah mengungkapkan bahwa
Schmid telah menggunakan istilah ‘Pharmacognosis’ dalam sebuah buku monografi berjudul
Lehrbuch der Materia Media (yaitu, Lecture Notes on Medical Matter)
◦ sebelum 1811, di Wina. Kompilasi ini secara eksklusif berhubungan dengan tanaman obat dan
karakteristik yang sesuai. Dari penelitian tersebut, kemudian berkembang orang Mesir kuno, Cina, India,
Yunani, dan Roma menggunakan Kamper yang diketahui memiliki manfaat yang sangat besar dalam
pengobatan dan penyembuhan berbagai penyakit, misalnya: secara internal sebagai stimulans dan
karminatif; secara eksternal yakni sebagai antipruritic, counterirritant dan antiseptic.
◦ Awalnya kamper diperoleh dengan hanya pendinginan minyak volatile dari sasafras, rosemery, lavender,
sage, sedangkan orang-orang Yunani dan Romawi kuno memperolehnya dari produk dalam pembuatan
anggur. Saat ini, kamper diperoleh pada skala besar secara sintetik (campuran rasemik) dari -α pinene yang
terdapat dalam minyak terpentin. Orang asli Afrika telah menggunakan ekstrak tumbuh-tumbuhan dalam
upacara-upacara ritual mereka dimana subjek akan kehilangan gerakan tubuh yang lengkap tetapi mental harus
tetap waspada selama 2 atau 3 hari. Kemudian, peradaban sebelumnya juga menemukan sejumlah
minuman fermentasi karbohidrat yang berasal dari tumbuhan kaya zat yang mengandung alkohol dan cuka.
Dengan berlalunya waktu mereka juga secara eksklusif produk-produk tumbuhan tertentu digunakan
untuk meracuni tombak dan panah mereka dalam memangsa dan membunuh musuh-musuh. Menariknya,
mereka menemukan bahwa beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan memiliki properti unik untuk menjaga
kesegaran dan juga untuk masker dengan rasa dan aroma yang tidak menyenangkan.
◦  
◦ Banyak kemajuan yang telah didapat di abad 19 ketika ahli-ahli kimia secara serius mengambil tantangan
untuk mensintesis sejumlah besar senyawa organik dasar atau ‘prototype active biology’. Beberapa secara
murni ‘disintesis senyawa’ pada dasarnya memiliki struktur kompleksitas yang terus meningkat dan
kemudian, setelah evaluasi secara sistematis pada farmakologis dan mikrobiologi terbukti menghasilkan
efek yang sangat baik dan berguna secara terapeutik. Jelas, bahwa kebanyakan dari ‘tailor-made’ senyawa
yang telah ditandai dan dinyatakan memiliki indeks terapeutik ditemukan berada di luar dunia
‘pharmacognosy’ atau lebih secara khusus ‘phytochemistry’ yang sama sekali baru dengan muncul
‘jamu kimia’. Namun, disiplin khusus ini hampir terbengkalai sejak era parcelsus. Tetapi sekarang, ‘jamu
kimia’ telah diakui layak dan mendapat pengakuan yang luas di seluruh dunia karena manfaat dan
keuntungannya. Pada kurang lebih 2500 tahun sebelum masehi, penggunaan tanaman obat sudah dilakukan
orang, hal ini dapat diketahui dari lempeng tanh liat yang tersimpan di Perpustakaan
Ashurbanipal di Assiri, yang memuat simplisia antaara lain kulit delima, opium, adas manis, maud, ragi,
minyak jarak. Juga orang Yunani kuno misalnya Hippocrates (1446 sebelum masehi), seorang tabib telah
mengenal kayu manis, hiosiamina, gentian, kelembak, gom arab, bunga kantil dan sebagainya. 
◦ Pada tahun 1737 Linnaeus, seorang ahli botani Swedia, menulis buku “Genera Plantarum” yang
kemudian merupakan buku pedoman utama dari sistemik botani, farmakognosi modern dirintis oleh
Martiuss. Seorang apoteker Jerman dalam bukunya “Grundriss Der Pharmakognosie Des Planzenreisches”
telah menggolongkan simplisa menurut segi morfologi, cara- cara untuk mengetahui kemurnian
simplisa. Farmakognosi mulai berkembang pesat setelah pertengahan abad ke 19 dan masih terbatas pada
uraian makroskopis dan mikroskopis. Dan sampai dewasa ini perkembangannya sudah sampai ke usaha-
usaha isolasi, identifikasi dan juga teknik-teknik kromatografi untuk tujutan analisa kualitatif dan
kuantitatif.
Penyimpanan Simplisia
◦ Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan pengemasan. Bahan
dan bentuk pengemasannya harus sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia dan
dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun penyimpanannya
Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi (inert) dengan isinya sehingga tidak
menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpangan rasa, warna, bau dan sebagainya pada simplisia.
Selain itu wadah harus melindungi simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga serta
mempertahankan senyawa aktif yang mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar, masuknya uap air
dan gas-gas lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk simplisia yang tidak tahan terhadap
sinar, misalnya yang banyak mengandung vitamin, pigmen atau minyak, diperlukan wadah yang
melindungi simplisa terhadap cahaya, misalnya aluminium foil, plastic atau botol yang berwarna
gelap, kaleng dan lain sebagainya.
◦ Bungkus yang paling lazim digunakan untuk simplisia adalah karung goni. Sering juga digunakan karung
atau kantong plastik, peti atau drum dari kayu atau karton. Beberapa jenis simplisia terutaman yang
berbentuk cairan dikemas dalam botol atau guci porselen. Simplisia yang berasal dari akar, rimpang, umbi,
kulit akar, kulit batang, kayu, daun, herba, buah, biji dan bunga sebaiknya dikemas pada karung plastik.
Simplisia dari daun atau herba umumnya dimampatkan terlebih dahulu dalam bentuk yang padat dan
mampat, dibungkus dalam karung plastic dan dijahit. Untuk keperluan perdagangan dan ekspor simplisia
dalam bungkus plastik tersebut berbobot antara 50 sampai 125 kg tiap bal.
◦ Simplisia yang mudah menyerap air, udara perlu dibungkus rapat untuk mencegah terjadinya penyerapan
kelembaban tersebut. Sesudah dikeringkan sampai cukup kering di bungkus dengan karung atau
kantong plastic, dalam peti drum atau kaleng besi berlapis. Pada penyimpanannya, simplisia
tersebut dimasukkan dalam wadah yang tertutup rapat dan seringkali perlu diberi kapur tohor sebagai bahan
pengering. Penyimpanan simplisia kering, biasanya dilakukan pada suhu kamar (15 sampai 30 , tetapi dapat
pula dilakukan ditempat sejuk (5 sampai 15 ), atau tempat dingin (0 sampai 5 ), tergantung dari sifat dan
ketahanan simplisia tersebut. Kelemaban udara di ruang penyimpanan simplisia kering, sebaiknya
diusahakan serendah mungkin untuk mencegah terjadinya penyerapan uap air.
Title Lorem Ipsum

LOREM IPSUM LOREM IPSUM LOREM IPSUM


DOLOR SIT AMET. DOLOR SIT AMET DOLOR SIT AMET
BUDI DAYA TANAMAN OBAT
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Budi daya tanaman obat adalah

◦ Budi daya adalah : usaha yang bermanfaat ◦ BudiDaya→Teknik memadukan unsur sumber
dan memberi hasil daya alam,tanaman, dan teknologi sehingga
diperoleh kuantitas, kualitas,dan kepastian
hasil.
LINGKUNGAN
SUHU TANAH

◦ Suhu ◦ Kesuburan Tanah


◦ Curah Hujan ◦ Kegemburan Tanah
◦ Sinar Matahari ◦ Ketersediaan Air tanah
◦ Kelembapan
◦ Angin,dll
Tahap-Tahap BudiDayaTanamanObat

Kesuburan Kesuburan
KesuburanBiologi
Kimiawi
• Aktivitas mikro organisme
• Strukturtanah • Ketersediaanunsruha tanah
• Suhutanah ra
• pHtanah • Bahan organik tanah
• Drainasetanah
Hal-Hal yang dapat dilakukan untuk Tanaman obat Tertentu saat
Pengolahan Tanah
Tanaman yang diambil umbinya
Ditanam dengan kedalaman tanah 25–40cm
Tanaman berbentuk pohon, contohnya cengkeh (Eugeniacaryophyllata)
Ditanam dengan jarak 40x60cm saat tanaman lama sudah melapuk
Tanaman berbentuk herba, contohnya pegagan (Centellaasiatica) Dan meniran (Phyllanthusniruri)
Dibuatbedengan
Tanaman yang tidak tahan genangan air, contohnya cabe (Capsicumannuum)
Dibuat saluran air
Tanaman yang membutuhkan tegakan, contohnya sirih (Piperbetle)
Ditanam dengan tegakan yang dipasang kira-kira 10 cm dari Lubang tanah
Contoh Bedengan
padaTanamanKentangagarTidakTerenda
Contoh Bedengan
msaatHujanTurun
Budi daya dengan tegakan
Teras terasan budi daya
PENANAMAN
Pembibitan → Penanaman

◦ Pembibitan dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah


◦ Tujuan pembibitan mendapatkan tanaman dengan daya
tumbuh yang baik dan seragam
◦ Dapat dilakukan penyemaian untuk mencegah banyaknya
tanaman yang mati, terutama untuk benih berukuran kecil
dan memerlukan pemeliharaan yang intensif
◦ Pada penanaman, perlu diperhatikan:
◦ Jarak antar tanaman ketika ditanam
◦ Penanaman secara monokultur atau secara dikultur
◦ Jumlah tanaman per meter
Perbanyakan Tanaman
Generatif
Vegetatif

◦ Stek ◦ Biji
◦ Cangkok
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai