Anda di halaman 1dari 20

AKUNTANSI

ISTISHNA
Aaliyah Chandra 205221202 Indri
Istiningsih 205221219
Dewi Ayu Rismawati 205221220
Pokok pembahasan

1. Pengertian akuntansi
2. Jenis akadnya
istishna

3. Landasan hukum 4.Perlakuan akuntansi


dari istishna istishna sesuai PSAK
No.104

2
Pengertian akuntansi istishna

Istishna menurut etimologi merupakan mashdar dari istashna asy-


syai’ yang memiliki arti meminta membuatkan sesuatu, yaitu meminta untuk
dibuatkan sesuatu kepada seorang pembuat yang sesuai dengan kriteria
atau syarat tertentu. 1Sedangkan secara terminologi, istishna merupakan
sebuah transaksi sebuah barang yang didalamnya terdapat tanggungan
yang disyaratkan untuk mengerjakannya.
Istishna menurut PSAK Nomor 104 adalah sebuah akad jual beli
yang berbentuk sebuah pesanan pembuatan suatu barang tertentu yang
sesuai dengan kriteria atau syarat tertentu yang telah disepakati oleh
kedua pihak yakni antara pemesan (pembeli atau mustashni’) dengan
pembuat (penjual atau shani’)
3
Pengertian Akuntansi Istishna
Adapun kriteria barang pesanan menurut PSAK Nomor 104 adalah :
1. Melewati proses pembuatan setelah kesepakatan akad
2. Sesuai dengan apa yang dipesan oleh pembeli
3. Karakteristiknya diketahui secara jelas, seperti jenis,spesifikasi teknis, kualitas
dan kuantitasnya.
Istishna menurut Kamus Istilah Keuangan Perbankan Syariah (Direktorat
Perbankan Syariah Bank Indonesia) adalah akad jual beli yang berbentuk sebuah
pesanan untuk membuatkan suatu barang dengan syarat tertentu dan sudah
disepakati oleh kedua pihak yakni pembeli dan penjual. Istishna paralel merupakan
suatu bentuk akad istishna antara pemesan (pembeli/mustashni') dengan penjual
(pembuat/shani'), lalu untuk memenuhi kewajibannya pada mustashni', penjual
memerlukan pihak lain menjadi shani'.
4
Jenis akad istishna

1. Istishna 2. Istishna pararel merupakan


adalah akad jual beli yang suatu bentuk akad istishna
berbentuk sebuah pesanan antara pemesan
barang tertentu dengan adanya (pembeli/mustashni') dengan
syarat atau kriteria yang penjual (pembuat/shani'), lalu
disepakati oleh pembeli dan untuk memenuhi
penjual kewajibannya pada
mustashni', penjual
memerlukan pihak lain
menjadi shani'.

5
Landasan hukum akad istishna

1. Q.S Al-Baqarah (2) : 282


“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”.
2. HR. Bukhori
Para ulama yang membolehkan transaksi istishna berpendapat bahwa istishna disyariatkan
berdasarkan sunnah Nabi Muhammad saw. Bahwa beliau pernah minta dibuatkan cincin
sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari, sebagai berikut : ”Dari Ibnu Umar Ra bahwa Rasulullah
saw, minta dibuatkan cincin dari emas. Beliau memakainya dan meletakkan batu mata cincin di
bagian dalam telapak tangan. Orang-orang pun membuat cincin. Kemudian beliau duduk diatas
mimbar, melepas cincinnya, dan bersabda, “Sesungguhnya aku tadinya memakai cincin ini dan
aku letakkan batu mata cincin di bagian dalam telapak tangan.” Kemudian beliau membuang
cincinnya dan bersabda, “Demi Allah, aku tidak akan memakainya selamanya.” Kemudian
orangorang pun membuang cincin mereka”. (HR.Bukhari) 6
Rukun dan Ketentuan Istishna
1. Adanya pihak pembeli (pemesan atau mustashni), dan pihak
penjual (pembuat atau shani’) ketentuannya yaitu harus berakal,
baligh, dan cakap hukum
2. Adanya objek/barang yang dipesan, dengan ketentuan:
• Ketentuan pembayaran
a. Adanya transparansi alat bayar seperti jumlah dan bentuknya harus jelas, baik berupa
uang,barang maupun manfaat, dan juga cara pembanyarannya.
b. Harga yang sudah disepakati dalam akad tidak boleh dirubah
c. Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan dan tidak boleh berupa pembebasan
utang
• Ketentuan tentang objek barang
a. Barang yang dipesan harus jelas spesifikasinya, baik jenis, mutu, dan ukuran.
b. Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual
c. Tidak diperkenankan menukar barang kecuali barang sejenis yang sesuai dengan
kesepakatan
d. Waktu penyerahan barang disesuaikan dengan kesepakatan
3. Ijab qabul Ridha atau kerelaan antara kedua belah pihak dan tidak ingkar janji
7
Berakhirnya akad istishna
Akad atau kontrak ishtishna dapat dinyatakan selesai atau berakhir jika
mengalami keadaan sebagai berikut
1. Telah dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak.
2. Adanya persetujuan bersama antara kedua belah pihak terkait penghentian
kontrak. 
3. Adanya pembatalan atas hukum kontrak yang telah disepakati pada akad
ishtishna. Pembatalan kontrak tersebut muncul jika sebab yang mendasarinya
rasional/masuk akal. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah dilaksanakannya
kontrak atau penyelesaian kontraknya, sehingga masing-masing dari kedua
belah pihak dapat menuntut pembatalannya

8
Perlakuan Akuntansi Ishtishna Sesuai PSAK No. 104

a. Akuntansi untuk Penjual


Pengakuan untuk setiap asset tergantung dari akadnya. Jika proposal, negosiasi, dan biaya serta pendapatan
asset dapat diidentifikasi secara terpisah, maka akan dianggap akad terpisah, dan sebaliknya. Jika ada suatu
pesanan tambahan dalam suatu akad dan nilainya signifikan atau dinegosiasikan terpisah, maka juga akan
dianggap sebagai akad terpisah.
a. Beban pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai biaya ishtishna jika akad
disepakati. Jika akad tidak disepakati, maka biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan.
- Saat dikeluarkan biaya pra-akad, jurnal yang dicatat adalah :
Biaya pra-akad ditangguhkan xxx - Jika tidak akad disepakati, jurnalnya adalah
Kas xxx Beban operasional Rp. xxx
- Jika akad disepakati, jurnalnya adalah : biaya pra akad ditangguhkan Rp. xxx
Beban ishtishna xxx
Biaya pra-akad ditangguhkan xxx Total success!
9
Our process is easy
b. Biaya perolehan ishtishna yaitu terdiri atas :
(1) Biaya langsung, yaitu biaya atas bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk
memproduksi barang yang dipesan, atau tagihan konraktor/produsen pada entitas untuk
istishna yang parallel.
(2) Biaya tidak langsung, yaitu biaya overhead yang di dalamnya termasuk biaya akad dan
biaya pra-akad.
(3) Khusus pada ishtishna parallel, seluruh biaya yang terjadi akibat produsen/kontraktor tidak
dapat memenuhi kewajiban jika ada
Biaya perolehan atau pengeluaran selama pembangunan atau tagihan yang diterima dari
produsen atau kontraktor akan diakui sebagai aset ishtishna dalam penyelesaian, sehingga
jurnal yang dilakukan bila entitas melakukan pengeluaran untuk akad ishtihsna adalah :
Aset ishtishna dalam penyelesaian xxx
Persediaan, kas, utang xxx 10
c. Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual
memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan ishtishna’.
d. Pengakuan pendapatan dapat diakui dengan dua metode, yaitu sebagai berikut:
1. Metode presentase penyelesaian, adalah sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan
seiring dengan proses penyelesaian berdasarkan akad ishtishna’.
Presentase penyelesaian = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛
Pengakuan pendapatan
= Presentase penyelesaian x Nilai akad
Pengakuan margin
= Presentase penyelesaian x Nilai margin
Dimana nilai margin adalah : Nilai akad – Total biaya
2. Metode akad selesai, adalah sistem pengakuan pendapatan yang dilakukan ketika
proses penyelesaian pekerjaan telah dilakukan.
Mobile project
e. Untuk metode persentase penyelesaian, bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama
periode pelaporan ditambahkan kepada set istihsna dalam penyelesaian. Jurnal untuk pengakuan
pendapatan dan margin keuntungan :
Aset ishtishna dalam penyelesaian xxx
Beban ishtishna xxx
Pendapatan ishtishna xxx
f. Untuk metode persentase penyelesaian, pada akhir periode harga pokok ishtishna’ diakui sebesar
biaya ishtishna’ yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.
g. Untuk metode akad selesai, tidak ada pengakuan pendapatan, harga pokok, dan keuntungan
sampai dengan pekerjaan telah selesai dilakukan. Sehingga pendapatan akan diakui pada periode
dimana pekerjaan telah selesai dilakukan.
h. Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan ishtishna’ akan melebihi pendapatan
ishtishna’, maka taksiran kerugian harus segera diakui
12
i. Pada saat penagihan, kedua metode jurnalnya :
Piutang istihsna xxx
Termin ishtishna xxx
Pada saat penerimaan tagihan jurnalnya :
Kas xxx
Piutang ishtishna xxx
j. Penyajian, penjual menyajikan dalam laporan keuangan terkait hal-hal berikut:
(1)Piutang ishtishna’ yang berasal dari transaksi ishtishna sebesar jumlah yang belum dilunasi
oleh pembeli akhir.
(2) Termin ishtishna yang berasal dari transaksi ishtishna sebesar jumlah tagihan termin penjual
kepada pembeli akhir.
k. Pengungkapan, penjual mengungkapkan transaksi
ishtishna dalam laporan keuangan, tetapi tidak terbatas
pada :
(1) Metode akuntansi yang digunakan dalam
perhitungan pendapatan kontrak pada ishtishna’.
(2) Metode yang digunakan dalam menentukan
persentase penyelesaian kontrak yang sedang
berjalan.
(3) Rincian piutang ishtishna’.
(4) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.
101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah
B. Akuntansi untuk pembeli
a. Pembeli dapat mengakui aset istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang
ditagih oleh penjual.Jurnalnya :
Aset istihsna dalam penyelesaian xxx
Utang kepada penjual xxx
b. Aset ishtishna yang diperoleh melalui transaksi dengan pembayaran tangguh lebih dari
satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Jurnalnya :
Aset istishna dalam penyelesaian xxx
Beban istishna tangguh xxx
Utang kepada penjual xxx
c. Beban ishtishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan
utang. Jurnalnya
Beban istishna xxx
Beban istishna tangguh xxx
Jika terjadi pembayaran utang, maka jurnalnya :
Utang kepada penjual xxx
Kas xxx
d. Jika barang yang dipesan diserahkan terlambat karena kesalahan penjual dan mengakibatkan
pembeli mengalami kerugian, maka kerugian tersebut dikurangkan dari garansi penyelesaian
produk yang telah diserahkan dari penjual. Jurnalnya adalah :
Piutang jatuh tempo kepada penjual xxx
Kerugian aset ishtishna xxx
e. Jika pembeli menolak menerima barang yang dipesan karena tidak sesuai dengan
spesifikasi dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan
kepada penjual, maka jurnalnya:
Piutang jatuh tempo kepada penjual xxx
Aset ishtishna dalam penyelesaian xxx
f. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan
diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan maka
jurnalnya :
Aset ishtishna dalam penyelesaian (nilai wajar) xxx
Kerugian xxx
Aset istihsna dalam penyelesaian (biaya perolehan) xxx
g. Penyajian, pembeli menyajikan dalam laporan keuangan yang berisi hal-hal berikut :
(1) Utang ishtishna sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi.
(2) Aset ishtishna dalam penyelesaian sebesar
Presentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika ishtishna
parallel.
o Kapitalisasi biaya perolehan jika transaksi adalah ishtishna.
h. Pengungkapan, pembeli akan mengungkapkan transaksi atau akad ishtishna dalam
sebuah laporan keuangan, tetapi tidak terbatas pada
o Rincian utang ishtishna.
o Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
Kesimpulan

Akad ishtishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan


pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan syarat tertentu yang
disepakati antara pemesan dan penjual. Ishtisha dibagi menjadi 2 yaitu
ishtishna’ dan ishtishna’ parallel. Walaupu ishtishna’ adalah akad jual beli,
tetapi memiliki perbedaan dengan salam maupun murabahah. Ishtishna
lebih ke kontrak pengadaan barang yang ditangguhkan dan dapat
dibayarkan secara tangguh pula.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai