Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 2

sejarah
1. AINI SZASKIA
2. ADITYA RAMADHAN
3. NILUH
4. AKIFA NAFILA
5. MUHAMMAD ALDEN ANANTA. W
6. MOHAMMAD RISKY
7. YAZID ILAMNY
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Budha bercorak maritim yang
mengontrol perdagangan di jalur utama Selat Malaka. Kerajaan Sriwijaya
lahir pada abad ke-7 Masehi dengan pendirinya yang bernama
Dapuntahyang Sri Jayanasa. Keterangan ini tertulis pada salah satu prasasti
yang ditemukan di Kota Kapur, Mendo Barat, Bangka. Namun, kisah
pendirian kerajaan ini merupakan salah satu bagian yang sulit dipecahkan
oleh peneliti. Sebab dalam sumber-sumber yang ditemukan tidak ada
struktur genealogis yang tersusun rapi antar raja Sriwijaya.
SILSILAH

01 02 03
DAPUNTA HYANG SRI INDRAVARMAN RUDRA VIKRAMAN
JAYANAGA

04 05 06
DHARMASETU WISNU SAMARATUNGGA
SILSILAH

07 08 09
BALAPUTRA SRI SRI SRI WUJA
KALUHUNAN UDAYADITYAWARMA
N

10 11 12
HSIAE-SHE SRI SRI
CUDAMANIWAR- MARAWIJAYOT-
MADEWA TUNGGAWARMAN
SILSILAH

13 14 15
SUMATRABHUMI SRI SRI DEVA
SANGGARAMAWIJA-
YOTUNGGAWARMA
N

16 17 18
DHARMAVIRA SRI TRAILOKARAJA
MAHARAJA MAULIBHUSANA
VARMADEVA
SILSILAH

19
PANGERAN
PARAMESWARA
KEHIDUPAN EKONOMI
Salah satu faktor penyebab Kerajaan Sriwijaya disebut kerajaan maritim adalah
karena Kerajaan Sriwijaya menitikberatkan perekonomiannya pada kegiatan
perdagangan antarpulau dan antarkawasan.Kerajaan Sriwijaya merupakan
kerajaan maritim yang menguasai perdagangan di wilayah perairan Asia
Tenggara. Sebagai pusat perdagangan, setiap kapal yang singgah di pelabuhan
Sriwijaya diwajibkan untuk membayar pajak ke raja.Dalam kronik Sung-
Shih diceritakan bahwa rakyat Kerajaan Sriwijaya dibebaskan dari kewajiban
membayar pajak kepada negara. Hal tersebut berbeda dengan kapal-kapalasing
yang berlabuh di pelabuhan Sriwijaya.Bagi Kerajaan Sriwijaya, kegiatan
perdagangan dianggap penting karena Kerajaan Sriwijaya menguasasi Selat
Malaka, Tanah Genting Kra, dan Selat Sunda yang menjadi urat nadi
perdagangan di Asia Tenggara.
KEHIDUPAN EKONOMI
Kerajaan Sriwijaya berkembang menjadi pelabuhan transit yang ramai
disinggahi kapal asing untuk mengambil air minum dan perbekalan makanan
seta melakukan aktivitas perdagangan. Kerajaan Sriwijaya memperoleh banyak
keuntungan dari komoditas ekspor dan pajak kapal asing yang singgah di
pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya.Berikut beberapa barang yang menjadi
komoditas ekspor Kerajaan Sriwijaya.Barang ekspor ke Arab antara lain kayu
gaharu, kapur barus, kayu cendana, gading, timah, kayu ulin, rempah-rempah,
dan kemenyan.Barang ekspor ke Cina antara lain gading, air mawar, kemenyan,
buah-buahan, gula putih, gelas, kapur barus, batu karang, pakaian, cula badak,
wangi-wangian, bumbu masak, dan obat-obatan.
KEHIDUPAN BUDAYA
Bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya memiliki kebudayaan yang tinggi adalah dari
prasasti-prasasti yang ditemukan. Prasasti tersebut tidak lagi menggunakan
bahasa Sanskerta, tetapi sudah menggunakan bahasa Melayu Kuno. Hal
tersbeut menunjukkan bahwa masyarakat Kerajaan Sriwijaya tidak menerima
budaya asing begitu saja, tetapi disesuaikan dengan budaya setempat.Hasil
budaya peninggalan Kerajaan Sriwijaya adalah berupa prasasti, arca Buddha di
Bukit Siguntang, bangunan suci di Jambi, kompleks Candi Muara Takus,
beberapa bangunan suci di Gunung Tua (padang lawas), dan Arca
Awalokiteswara yang ditemukan di Tapanuli Selatan.
KEHIDUPAN SOSIAL
Kehidupan sosial masyarakat di Kerajaan Sriwijaya berbaur dengan para
pedagang dari luar, karena saat itu wilayah tersebut merupakan pelabuhan bagi
kapal-kapal asing yang singgah. Kemungkinan bahasa yang berkembang adalah
bahasa melayu kuno, mereka menggunakan bahasa tersebut untuk
berkomunikasi dengan para pedagang.
Budaya asing, khususnya dari India berkembang di wilayah Sriwijaya.
Contohnya penggunaan nama-nama khas India dan pengaruh agama Hindu-
Budha semakin menyebar menyeluruh, baik masyarakat maupun di dalam
kerajaan. I Tsing, orang China yang pernah singgah di Kerajaan Sriwijaya juga
menjelaskan bahwa banyak para pendeta dari luar yang berdatangan untuk
berguru/belajar bahasa Sanskerta dan mempelajari kitab suci agama Budha
PRASASTI
> Prasasti Kedukan Bukit (682 Masehi) menyebutkan nama Dapunta Hyang,
dan prasasti Talang Tuo (684 Masehi) memperjelasnya menjadi Dapunta Hyang
Sri Jayanasa. Kedua prasasti ini adalah penjelasan tertua mengenai seseorang
yang dianggap sebagai raja atau pemimpin Sriwijaya.
KERAJAAN KALINGGA
Kerajaan KalinggaKalingga atau Ho-ling merupakan sebuah kerajaan bercorak
Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat
kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara
Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah
kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber
notulen Tiongkok, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang
disusun berabad-abad lalu pada abad ke-16 menyinggung secara singkat tentang
Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh.
SILSILAH

01 02 03
Prabu wasumurti Prabu wasugeni Prabu wasudewa

04 05 06
Prabu wasukawi Prabu kirathasingha Prabu kartikeyasingha
Dan
Ratu shima
KEHIDUPAN EKONOMI
Kegiatan ekonomi Kerajaan Kalingga diketahui dari beberapa berita Cina.
Dinyatakan bahwa penduduk Ho-Ling menghasilkan kulit penyu, emas, perak,
cula badak, dan gading gajah. Kerajaan Ho-Ling amat Makmur, dan ditemukan
sebuah gua yang menghasilkan garam. Penduduknya ahli membuat minuman
keras dari bunga kelapa. Kerajaan ini diduga mendirikan pusat perdagangan ke
luar wilayah melalui Pelabuhan di Pekalongan ataupun di pesisir kuno antara
bagian utama Pulau Jawa dengan Gunung Muria.
KEHIDUPAN BUDAYA
masyarakat kerajaan Kalingga mempergunakan tikar dari kulit bambu.
Kemudian apabila makan langsung menggunakan tangan tanpa sumpit atau
sendok. Penduduk Kalingga diketahui sedikit dapat membaca dan mengetahui
ilmu perbintangan. Masyarakat sering berkunjung ke Gunung Muria di sebelah
utara, atau daerah pegunungan di sebelah selatan. Agama yang banyak dianut di
kerajaan ini adalah agama Hindu-Siwa yang dekat dengan agama Buddha. Ratu
Shima khususnya menerapkan hukum yang tegas dan tidak pandang bulu, hal
ini menjadikan ia dicintai rakyatnya sekaligus ditakuti akan ketegasannya.
KEHIDUPAN POLITIK
Tidak banyak yang diketahui mengenai dinamika politik Kerajaan Kalingga.
Namun, dari sumber-sumber yang ada diketahui bahwa hampir tidak ada
perebutan kekuasaan di Kalingga. Mulai dari pendirinya Prabhu Washumurti
sampai dengan Ratu Shima, pergantian kekuasaan berlangsung dengan damai.
Kalingga juga menjalin hubungan baik dengan Tarumanagara, khususnya
Kerajaan Galuh. Hubungan kekerabatan dibangun dengan pernikahan.
Tarumanagara dan Kalingga kemudian harus ada di bawah pengaruh kekuasaan
Sriwijaya sekitar abad ke-7 ketika Sri Jayanasa mengirimkan ekspedisi
menaklukkan Jawa
PRASASTI
Prasasti kerajaan kalingga terdiri dari dua, yaitu:

1). Prasasti tukmas


Prasasti ini ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, di Dusun Dakawu, Desa
Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
2). Prasasti sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban,
Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti menggunakan aksara Kawi dalam
bahasa Melayu Kuno. Diperkirakan prasasti ini telah ada dari sejak abad ke-7
masehi.
TERIMA KASIH
ADA YANG MAU
BERTANYA?
z

Anda mungkin juga menyukai