Anda di halaman 1dari 8

Surveilans Rawan Gizi

STEPHA INECEA PUTRI UTAMIE


P05130120037
Pengertian & ruang lingkup
PSG

penilaian status gizi dapat di defenisikan sebagai interpretasi informasi yang


diperoleh dari penilaian asupan makanan, bikimia, antropmetri dan studi klinik.

Pengetahuan dan keterampilan dalam penilaian status gizi sangat penting buat mereka
yang bergerak di bidang epidemiologi, peneliti, gizi masyarakat dan gizi klinik ,
khusunya dalam hal kajian hubungan antara makanan dan kesehatan.
Secara khusus, penilaian status gizi dapat membantu anda untuk :
1. Mengidentifikasi kelompok atau individu yang memiliki risiko mengalami
masalah gizi
2. Mengukur hubungan antara asupan gizi dan kesehatan
3. Menentukan jenis intervensi untuk meningkatkan status gizi
4. Memonitor efek dari intervensi gizi
Ruang lingkup PSG

1. PSG secara Langsung


PSG dengan cara melakukan pengukuran langsung
kepada individu seperti pengukuran BB, TB, LILA, dll.

2. PSG secara Tidak Langsung


PSG dengan cara melakukan pengukuran secara
tidaklangsung contohnya seperti melakukan recall untuk
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Karakteristik status
gizi
Menurut Mock dan Mason indikator dapat dikelompokkan secara luas
menjadi tiga kategori
1. Hasil
2. proses
3. Konteks

Hasil mengacu pada perubahan prevalensi misalnya, berat lahir rendah,


karena mencerminkan penyebab langsung kekurangan gizi. Oleh karena
itu, maka indikator status gizi adalah ukuran hasil.

Sedangkan proses mengacu pada kegiatan yang berkaitan dengan


program seperti cakupan, kualitas, target, dll. Sementara konteks
mencerminkan dasar dan penyebab kekurangan gizi (tingkat pendidikan,
kualitas dan cakupan pelayanan kesehatan, dll).
Menurut Kemenkes (2014), indikator surveilans dapat pula dikelompokkan menjadi 4
kategori, yaitu:
1. Indikator Input:
a. Jumlah tenaga gizi di Puskesmas.
b. Jumlah dan jenis formulir pencatatan dan pelaporan.
c. Jumlah timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan, pita lingkar lengan atas,
Buku KIA/KMS yang ada.
d. Jumlah dana yang tersedia untuk pelaksanaan program.
e. Jumlah distribusi dan persediaan vitamin A, tablet tambah darah, MPASI balita dan

ibu hamil, taburia .


2. Indikator proses
a. Frekuensi kegiatan pelatihan.
b. Frekuensi kegiatan analisis data, pelaporan dan diseminasi informasi.
c. Frekuensi kegiatan pemantauan garam beriodium.
d. Frekuensi kegiatan pemantauan pertumbuhan anak balita di posyandu.
e. Frekuensi kegiatan edukasi gizi.
f. Frekuensi kegiatan konseling ASI dan MP-ASI.
g. Frekuensi kegiatan distribusi vitamin A.
h. Frekuensi kegiatan distribusi Tablet Tambah darah, dan lain-lain
3. Indikator output:
a. Cakupan distribusi kapsul vitamin A, cakupan distribusi
tablet tambah darah.
b. Persentase D/S, K/S, N/D, BGM/D, 2 T.
c. Cakupan pemberian MP-ASI.
d. Jumlah Puskesmas yang memiliki konselor ASI.
e. Jumlah kader posyandu yang telah dilatih.
4. Indikator outcome
a. Prevalensi gizi kurang.
b. Prevalensi balita pendek.
c. Prevalensi balita kurus.
d. Prevalensi anemia pada ibu hamil.
e. Prevalesi Kekurangan Vitamin A.
1.
Praktik I : SKRG
Sebutkan Lokasi Pengumpulan Data dan Sumber/Referensi
No
2. Indikator
Lengkapi Data pada Tabel Tahun
berikut sesuai Kabupaten/Kota Asal Mahasiswa 2021 Keterang
. Target Realisas an
i
1. Persentase (%) Balita Berat Badan 15 %
Sebelum
17,7 % Naik
Kurang (Underweight)
2. Persentase (%) Balita Pendek (Stunting) 21,1 %
Sebelum
24,4 % Naik

3. Persentase (%) Balita Kurang (Wasting) 7,8 %


Sebelum
7,1 % Naik

4. Persentase (%) Remaja putri Anemia 81,8 %


Sebelum
73,5 % Menurun

5. Persentase (%) Ibu Hamil Anemia 90,05 %


Sebelum
89,58 % Menurun

6. Persentase (%) Berat Badan Lahir 4,6 %


Sebelum
1,26 % Menurun
Rendah (BBLR) < 2500 gr

Sumber Data : Dinas Kesehatan Rejang Lebong


Thanks!

Anda mungkin juga menyukai