Anda di halaman 1dari 10

Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-nya, saya

dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang

“Suku Jawa” Kami menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikososial dan

Budaya Dalam Kep. yang diampu oleh Bapak Habir, S.Kep

Dalam pembuatan makalah ini, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

pembuatan makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah

ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan untuk

menyempurnakan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca terutama diri kami

pribadi dan dapat menambah wawasan tentang suku dan budaya yang ada di Indonesia,

khususnya suku jawa.

Luwu Timur, 19 November 2020


DAFTAR ISI
Kebudayaan Jawa merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang
ada di Indonesia. Kebudayaan Jawa dengan keanekaragamannya
banyak mengilhami masyarakat Jawa dalam tindakan maupun perilaku
keberagamaannya. Masyarakat Jawa memiliki keunikan tersendiri.
Dalam segala tindakannya biasanya tidak lepas dari mengikuti tradisi
atau kebiasaan yang dianut oleh para leluhurnya. Keunikannya dapat
dilihat mulai dari kepercayaan masyarakat, bahasa, kesenian, dan
tradisinya.
Keragaman tradisi dan budaya lokal menyemangati berbagai pihak baik
pemerintah, swasta, akademisi, maupun wisatawan mancanegara.
Salah satu dari sekian banyak kebudayaan Jawa adalah perkawinan
adat masyarakat Jawa. Perkawinan adat Jawa terkenal dengan
kerumitan acaranyamulai dari praperkawinan sampai acara prosesi
kegiatan seremoni digelar, dan diteruskan pascaperkawinan, mereka
mengadakan perilaku tertentu menurut kebiasaan setempat.
Dalam masyarakat Jawa, upacara perkawinan dianggap penting,
karena makna utama dari upacara perkawian adalah pembentukan
somah baru (keluarga baru, rumah baru) yang mandiri. Selain
makna tersebut, perkawinan juga dimaknai sebagai jalan pelebaran
tali persaudaraan. Di samping itu terdapat makna lain, bahwa
pernikahan merupakan lambang persatuan antara suami istri.
Bila dipandang dari sudut kebudayaan manusia, maka pernikahan
merupakan pengaturan manusia yang bersangkutpaut dengan
kebutuhan biologisnya.
Berbagai cara masyarakat Jawa merefleksikan kehidupannya dalam
upacara perkawinan, di antaranya melalui ungkapan pasemon
dalam bentuk kain sindur ketika pesta perkawinan berlangsung.
Menurut pandangan syari’ah Islam, pernikahan merupakan suatu
perjanjian yang kuat antara seorang lelaki dengan seorang
perempuan
ASAL USUL SUKU JAWA
Suku jawa (jawa ngoko: wong jowo, krama:tiyang
jawi) suku jawa, yang merupakan susku bangsa
terbesar di Indonesia
Menurut hikayat, asal muasal suku jawa diawali
datangnya seorang satria pinandita yang bernama
Aji saka. Ia adalah orang yang menulis sebuah sajak,
diamana sajak itu yang kini disebut sebagai abjad
huruf jawa hingga saat ini. Maka dari itu, asla mula
sajak inilah yang digunakan sebagai penanggalan
kalender saka.
BUDAYA JAWA
SISTEM RELIGI DAN KEPERCAYAAN
Agama mayoritas dalam suku bangsa jawa
adalah islam. Selaian itu juga terdapat penganut
agama Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha.
Masyarakat jawa percaya bahwa hidup diatur oleh
alam, maka ia bersikap nrimo (pasrah) . Masyarakat
jawa percaya keberadaan arwah/roh leluhur dan
makhluk halus seperti lelembur,tuyul,demit dan jin.
BAHASA JAWA
TINGKATAN BAHASA JAWA DIBAGI 3 :
1. Jawa ngoko. Digunakan terhadap orang yang
sudah akrab/lebih muda/lebih rendah status
sosialnya.
2. Madya. Kepada orang yang tidak dikenal
3. Jawa krama. Digunakan terhadap orang yang
belum dikenal/lebih tua/lebih tinggi statusnya.
contoh bahasa
Bahasa “ maaf saya mau tanya rumah kak budi itu
Indonesia dimana? “

Ngoko kasar “ eh, aku arep takon , omahe budi kuwi, neng ndi? “

Ngoko alus “ aku nyuwun pirsa, dalame mas budi kuwi, neng endi? “

“ nuwun sewu, kula ajeng tanglet, griyane mas budi niku,


Madya teng pundi? “
“ nuwun sewu, kula ajeng tanglet, dalame mas budi niku,
Madya alus teng pundi? “
“ nuwun sewu, kula badhe taken, griyanipun mas budi
Krama punika, wonten pundi? “
“ Nuwun sewu, kula badhe nyuwun pirsa, dalemipun mas
Krama inggil budi punika, wonten pundi? “

Anda mungkin juga menyukai