Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

KOMA HEPATIKUM /
ENSEFALOPATI HEPATIK
Tifanny Gita Sesaria, S.Kep.,Ns.M.Kep
Keperawatan Kritis
Definisi Koma Hepatikum/ Ensefalopati
Hepatik
• Ensefalopati hepatik (EH) merupakan gangguan pada sistem saraf pusat
sebagai akibat insufisiensi hepar dengan sindrom atau kelainan
neuropsikiatri pada pasien dengan disfungsi hepar. Ensefalopati hepatik
ditandai dengan perubahan kepribadian, gangguan intelektual, dan
penurunan tingkat kesadaran (Poh dan Chang, 2012)
• Ensefalopati hepatik merupakan salah satu komplikasi penyakit hati yang
menakutkan, terjadi pada kegagalan hati yang berat dan disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolit toksik lainnya dalam darah.
• (Brunner & Suddarth,2002:1165) 
• Koma hepatik adalah meruopakan suatu sindrom neuropsikiatri yang
dapat dijiumpai pada pasien gagal fungsi hati baik yang akut maupun
yang kronik, pada umumnya gambaran klinis berupa kelainan mental,
kelainan neurologis, terdapatnya kelainan parenkim hati serta kelainan
laboratorium. (Aru W. Sudoyo,2007 :449)
Prevalensi Kasus EH
• Indonesia, prevalensi EH minimal (grade 0) tidak diketahui
dengan pasti karena sulitnya penegakan diagnosis, namun
diperkirakan terjadi pada 30%-84% pasien sirosis hepatis
(Zubir, 2014). Data pada tahun 1999 mencatat prevalensi HE
stadium 2 hingga stadium 4 sebesar 14,9%. Pada pasien yang
tidak menjalani transplantasi hati prevalensi meningkat menjadi
42% (Iris dan Liou, 2014).
• Ensefalopati hepatik murni terjadi pada30-45% pasien dengan
sirosis hepatis dan 10-50% pada pasien shunting transjugular
intrahepatik portosystemic. Kejadian ensefalopati hepatik
minimal dilaporkan berkisar 20-84%pada pasien sirosisharus
dilakukan penatalaksanaan secara tepat dan cepat agar
kualitas hidup pasien dapat meningkat..diperlukan
pengetahuan mengenai ensefalopati hepatik agar dapat
melihat tanda klinis dan dapat melakukan penatalaksanaan
yang tepat dan cepat
Empat Tahap EH menurut kriteria West
Heaven
• Grade 1 Perubahan perilaku dengan penurunan
kesadaran yang minimal.
• Grade 2 Perilaku yang menyimpang, dan disorientasi,
mengantuk, terdapat asterixis.
• Grade 3 Kebingungan, bicara melantur, mudah tertidur
namun masih peka terhadap rangsangan suara,
• Grade 4 Koma, tidak respon terhadap rangsangan nyeri
(Araminta dan Hasan, 2009).
Klasifikasi berdasarkan kelainan
hati
• Berdasarkan kelainan hati yang mendasarinya, HE dibagi
menjadi 3 tipe, antara lain:
• Tipe A Merupakan gagal hati akut yang ditemukan pada
hepatitis fulminan,
• Tipe B Berhubungan dengan jalur pintas portal dan
sistemik tanpa adanya kelainan intrinsik jaringan hati.
• Tipe C Berhubungan dengan sirosis dan hipertensi portal
serta paling sering ditemukan pada pasien dengan
gangguan fungsi hati
(Ratomo, 2016).
Klasifikasi EH berdasarkan
gejalanya
• Diabagi menjadi dua yaitu,
• EH minimal (HEM)
Dikatakan HEM apabila terdapat defisit kognitif seperti
perubahan kecepatan psikomotor dan fungsi eksekutif
melalui pemeriksaan psikometrik atau elektrofisiologi,
• EH overt terbagi lagi menjadi EH episodik (terjadi dalam
waktu singkat dengan tingkat keparahan yang befluktuasi)
dan EH persisten (terjadi secara progresif dengan gejala
neurologis yang kian memberat) (Lesmana et al, 2014).
Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis
• Penurunan kesadaran
• Gangguan berbicara
• Nyeri pada ulu hati
• Kelemahan pada ektremitas
• Urin kekuningan
• BAB hitam
• Kulit kekuningan
BAGAIMANAKAH GEJALA DAN CARA
MENDIAGNOSIS EH?
• Ensefalopati hepatik menghasilkan suatu spektrum luas
manifestasi neurologis dan psikiatrik nonspesifik.
• Tahap ringan, EH memperlihatkan gangguan pada tes
psikometrik terkait dengan atensi, memori jangka pendek
dan kemampuan visuospasial. Dengan berjalannya
penyakit, pasien EH mulai memperlihatkan perubahan
tingkah laku dan kepribadian, seperti apatis, iritabilitas
dan disinhibisi serta perubahan kesadaran dan fungsi
motorik yang nyata. Selain itu, gangguan pola tidur
semakin sering ditemukan. Pasien dapat memperlihatkan
disorientasi waktu dan ruang yang progresif, tingkah laku
yang tidak sesuai dan fase kebingungan akut dengan
agitasi atau somnolens, stupor, dan pada akhirnya jatuh
ke dalam koma.
Hasil Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan Diagnosis
• Pemeriksaan Mini Mental Status Examination (MMSE) dapat digunakan sebagai deteksi dini
dalam menegakkan diagnosis EH.
• Pemeriksaan Number Connecting Test (NCT), NCT-A dan NCT-B, maupun critical flicker
frequency (CFF) merupakan pemeriksaan lain untuk mendiagnosis EH. Namun, pemeriksaan
MMSE, NCT, CFF masih sulit untuk dilakukan secara merata di Indonesia. Oleh karena itu,
para klinisi diharapkan memberi penjelasan terhadap pasien beserta keluarganya mengenai
tanda-tanda EH, seperti komunikasi, perubahan pola tidur, penurunan aktivitas sehari-hari
pasien hingga tanda-tanda seperti asteriksis, klonus maupun penurunan kesadaran yang jelas.
• Pemeriksaan radiologis berupa magnetic resonance imaging (MRI) serta elektroensefalografi
(EEG) dapat menjadi pilihan pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan lain pada otak.
• Elektroensefalografi akan menunjukkan perlambatan (penurunan frekuensi gelombang alfa)
aktivitas otak pada pasien dengan EH.2,8 Pemeriksaan kadar amonia tidak dapat dipakai
sebagai alat diagnosis pasti EH. Peningkatan kadar amonia dalam darah (>100 mg/100 ml
darah) dapat menjadi parameter keparahan pasien dengan EH.
• Pemeriksaan kadar amonia darah belum menjadi pemeriksaan standar di Indonesia
mengingat pemeriksaan ini belum dapat dilakukan pada setiap rumah sakit di Indonesia.
Gambar 3 menunjukkan alur diagnosis pasien dengan kecurigaan EH.
Patofisiologi
Alur diagnosis pasien dengan
kecurigaan ensefalopati hepatikum
Askep EH
Daftar Masalah Keperawatan
• Nyeri
• Hipertermi
• Keletihan
• Kebutuhan nutrisi<< kebutuhan
• Pruritus– Gangguan rasa nyaman
Sekian.
Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai