Anda di halaman 1dari 13

Filsafat

Eksistensialisme
Kelompok 7
Amelia Syadiah 20416273201040
Andi Madiana 20416273201053
Fawaz Fauzi A. 20416273201017
Gulam Guntadi 20416273201029
Luthfia Nur A. 20416273201048
Mayang Adilla P. 20416273201087
M. Azhar Giffari 20416273201021
Filsafat
Eksistensialisme
01 Pengertian
02 Tokoh-tokoh
03 Macam-macam Filsafat
Eksistensialisme
04 Karakteristik Umum Filsafat
Eksistensialisme

05 Jean Paul Sartre


06 Kesimpulan
Pengertian
Eksistensialisme

Secara harfiah, kata eksistensi berarti muncul, timbul, memiliki


wujud eksternal, sister (existere, latin) menyebabkan berdiri.

Filsafat Eksistensialisme

Filsafat eksistensialisme berkisar pada wujud eksistensi manusia


dan segala persoalan hidupnya. Ia tidak menghendaki
pembahasan yang menyeluruh terhadap setiap entitas, tetapi
hanya tertarik pada keberadaan manusia an sich.
Tokoh - tokoh
Soren Kierkegaard
Denmark, 1813 – 1855 M
Bapak Filsafat
Eksistensialisme

Martin Heidegger
Jerman, 1889 - 1976 M

Karl Jaspers
Jerman, 1883 - 1969 M

Gabriel Marcel
EKSISTENSIALISME
Prancis, 1889 - 1973 M

Jean Paul Sartre


Prancis, 1905 - 1980 M
Macam – macam
Filsafat Eksistensialisme
Filsafat Eksistensialisme adalah sebuah madzhab yang bercabang
sebagaimana dideskripsikan oleh salah seorang penganutnya, yaitu Gabriel
Marcel. Akan tetapi, kita tidak dapat membedakannya pada dua cabang
utamanya, yaitu :

Eksistensialisme Dinamakan demikian karena ia terbebas dari semua


Murni keyakinan yang diwariskannya. Cabang ini diwakili
oleh Heidegger dan Sarte.

Eksistensialisme Berhubungan dengan suatu keyakinan tertentu.


Terikat Diwakili oleh Karl Jaspers dan Gabriel Marcel.

Eksistensialisme Murni melihat bahwa wujud (being) merupakan sebuah “drama” (tragedi) yang dihidupkan oleh manusia dan
melihat orang lain serta berbagai hubungan mereka secara personal dengan pandangan negatif, serta tidak menemukan makna
dan tujuan dari wujud (being) sehingga ia dianggap sebagai sebuah nihilitas.
Eksistensialisme Terikat mengembalikan wujud (being) kepada Allah dan di tanganNya, tragedi berubah menjadi keselamatan.
Filsafat ini melihat wujud dan tujuannya, serta mencari pertolongan, perhatian dan kebaikan Allah.
Karakteristik Umum
Filsafat Eksistensialisme
Meskipun terdapat berbagai perbedaan diantara kedua cabang Filsafat
Eksistesialisme yang telah disebutkan di muka, namun ada karakteristik-
karakteristik umum yang disepakati oleh para filsuf Eksistensialisme.

EKSISTENSI MENDAHULUI ESENSI

Pengertian ini bermakna bahwa manusia ditemukan, setelah itu ia


mengakuisisi keistimewaan dan sifat-sifatnya.
✔ Manusia bukanlah eksistensi sempurna.
✔ Manusia adalah tendensi (kecenderungan), usaha keras dan rencana.
✔ Manusia berubah terus menerus. Perubahan terus menerus ini oleh
kaum Eksistensialis dinamakan “pendakian”.
Jean Paul Sartre
Menurut Sartre makna dari eksistensi
mendahului esensi manusia adalah bahwa
manusia yang hidup di dunia ini harus
memikul tanggung jawab yang besar untuk
dirinya dan masa depannya. Sebab eksistensi
Prancis manusia pada esensialnya menunjukkan
1905 – 1980 M
kesadaran manusia (l’etre-pour-soi), karena
manusia berhadapan dengan dunia dimana
dia berada.

Being and Nothingness


3 (Tiga) Pandangan Sartre
(Ada dan Ketiadaan)
⮚ Kemerdekaan Manusia
⮚ Kemerdekaan dan Tanggung Jawab
⮚ Batas-batas Kemerdekaan Manusia
Kemerdekaan Manusia
Wujud kebebasan manusia :

1). Eksistensi pada zatnya (al-wujûd fî dzâtih) [Makro Kosmos]

2). Eksistensi bagi zatnya (al-wujûd li dzâtih) [Mikro Kosmos]

Eksistensi pada zatnya adalah eksistensi eksternal (alam yang


melingkupi kita). Menurut Sartre, eksistensi ini adalah eksistensi
aktual yang secara nyata ada dan dapat dijangkau oleh
pandangan manusia. Zat itu ada secara kontinyu, sehingga ia tidak
berubah. Karena itu, Sartre mengungkapkan bahwa eksistensi
aktual secara sempurna menyatu dengan zatnya, tak ada
keterpecahan dan keretakan di dalamnya. Eksistensinya tebal,
keras dan kokoh. Tidak ada celah atau lubang-lubang di dalamnya.
Kemerdekaan dan Tanggung
Jawab
Kita dapat mengetahui kemerdekaan (kebebasan) manusia di
sela-sela “proses menjadi” dan “transformasi berkelanjutan” pada
diri manusia dimana manusia mendesain dirinya. Ini berarti bahwa
ia memilih dirinya secara berkelanjutan, atau tegasnya jalan yang
akan dilaluinya. Kemampuan memilih ini mengandung suatu
esensi tanggung jawab. Ia bukan tanggung jawab yang bersifat
individual, karena pada saat memilih, manusia tidak memilih untuk
dirinya saja dan tidak mengatur untuk dirinya semata, namun ia
memilih dan mengatur untuk orang lain.
Batas-batas Kemerdekaan Manusia
Kemerdekaan manusia tidak memiliki batas-batas, meskipun
terdapat berbagai situasi yang ditentukan, dimana ia tidak memiliki
sesuatu untuk berbuat didalamnya. Misalnya, ia tidak dapat
memilih kelahirannya, ligkungannya, modenya, jenis kelaminnya,
kelasnya dan situasi-situai lainnya. Meskipun demikian, situasi-
situasi ini dalam pandangan Sartre tidak menegasikan
kemerdekaan manusia, karena manusia dengan kemerdekaan itu
memberikan makna yang dikehendakinya, menerimanya atau
merasa letih karenanya.
Kesimpulan
Filsafat Eksistensialisme Jean Paul Sartre dapat digunakan sebagai
dasar pijakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut Sartre,
manusia adalah individu yang bebas. Namun kebebasan yang dimilikinya
selalu terbatasi dengan fakta akan adanya kebebasan individu lain.
Namun demikian, kita tetap harus selektif terhadap pemikiran Sartre
tentang peniadaan Tuhan. Dalam merumuskan konsep kebebasan
individu, Sartre mengasumsikan bahwa tanpa bantuan Tuhan, manusia
dapat bebas mendefinisikan dirinya sendiri untuk mencapai tujuan
hidupnya. Pandangan ini jelas bertentangan dengan falsafah dasar
negara kita yaitu Pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
THANK YOU
~ Historia Vitae Magistra ~

Anda mungkin juga menyukai