Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN TIPOLOGI -

SISTEM TRANSPORTASI
DAN KONSUMSI BBM

Prof. Dr. Ir. Mudjiastuti


Handajani MT
4.1 Kerangka Analisis

Konsumsi BBM, dengan variabel :


1. Premium
2. Solar

Karakteristik sistem transportasi, dengan variabel :

1. Panjang jalan
2. Kondisi jalan (baik, sedang, rusak, sangat rusak)
3. Angkutan barang (truk)
4. Kendaraan angkutan umum (bus dan MPU)
5. Panjang trayek angkutan umum
6. Kendaraan pribadi (Bus, Mobil penumpang, sepeda motor)
Tipologi Kota, dengan variabel :

01 Jumlah Penduduk 03 Kepadatan Penduduk


Berdasar luas wilayah
(brutto) dan berdasar luas
02 Luas Wilayah daerah terbangun (netto)
Berdasarkan luas
administrasi dan luas 04 PDRB
daerah terbangun Berdasar harga konstan
dan berdasar harga
berlaku
HUBUNGAN SISTEM TRANSPORTASI
KOTA TERHADAP KONSUMSI BBM :
4.2 Variabel Pengaruh

Variabel Bebas
Variabel Terikat
Konsumsi BBM
Tipologi Kota (jumlah penduduk, luas netto,
(premium, solar, dan total) kepadatan penduduk netto, PDRB) dan
Variabel Terikat = y
y1 : Premium, y2 : solar, y3 : total Sistem Transportasi (panjang jalan, jumlah
Variabel Bebas = X angkutan umum, jumlah kendaraan pribadi,
X1, X2, X3 jumlah angkutan barang, panjang jalan
Contoh berdasarkan kondisi
Konstanta
jalan/baik/sedang/rusak/sangat rusak).
y = A0 + A1X1 + A2X2 + A3X3
1

Variabel Terikat

Variabel Bebas
Nilai hubungan korelasi dibagi menjadi 5 (lima) dengan interval nilai
sebagai berikut (lihat pelajaran Statistik):

1. 0,8 -1,0 Sangat kuat


2. 0,6 - 0,79 Kuat
3. 0,4 - 0,59 Agak kuat
4. 0,2 - 0,39 Agak lemah
5. 0,0 – 0,19 Lemah

Koefisien Korelasi Antarvariabel Konsumsi BBM

  Premium Solar
Solar 0,951 1 
Total BBM 1,00 0,975
Sumber: Hasil Analisis, 2010
Sebelum menentukan
Variabel tipologi
UJI KORELASI TERHADAP
VARIABEL MEMPUNYAI KORELASI Agar tidak KOLINIERITAS
KUAT

Variabel tipologi kota yang diuji korelasi antarvariabel, yaitu:


1. kepadatan penduduk netto dengan kepadatan penduduk bruto
2. luas daerah administrasi dengan luas daerah terbangun
3. PDRB berdasar harga konstan dengan PDRB berdasar harga berlaku.
Berdasarkan hasil uji kolerasi, Variabel Tipologi kota yang dipilih yaitu :

1. Jumlah penduduk

2. Luas daerah terbangun (netto) : karena tipologi kota dan sistem transportasi kota
lebih banyak berada di daerah terbangun dibandingkan dengan daerah yang tidak
terbangun.

3. Kepadatan penduduk berdasar luas daerah terbangun (netto)

4. PDRB : karena agregatnya dinilai dari harga berlaku pada masing-masing tahunnya,
pada saat produksi dan biaya antara maupun pada penilaian pengeluaran PDRB
Korelasi antarvariabel menunjukkan ada hubungan antara variabel dengan
variabel lainnya. Hubungan antarvariabel sistem transportasi menunjukkan
bahwa tidak semua variabel mempunyai hubungan yang erat (Mudjiastuti,
2011)

Hubungan yang erat menunjukkan bahwa variabel satu dengan yang


lainnya saling berpengaruh, apabila variabel yang satu berubah jumlahnya
maka variabel yang lainnyapun ikut berubah jumlahnya.
Hubungan sangat erat antarvariabel sistem transportasi ditunjukkan oleh:
1. panjang jalan dengan kondisi jalan baik (0,96)
2. MPP dengan sepeda motor (0,93)
3. MPP dengan truk (0,93)

Apabila jumlah mobil meningkat maka jumlah sepeda motorpun meningkat,


semakin banyak jumlah MMP, kendaraan barang trukpun meningkat,
semakin panjang jalan baik meningkat maka panjang jalanpun meningkat.

Nilai diperoleh dari uji korelasi antarvariabel sistem transportasi


kota (panjang jalan, jalan baik, jalan sedang, jalan rusak, jalan
sangat rusak, bus umum, MPU, MPP, bus pribadi, angkutan barang
truk, dan sepeda motor).
Gambar 4.2 Distribusi BBM Premium (C19), Gambar 4.3 Distribusi BBM (C19), Solar (C20),
Solar (C20), Total (C22), Seluruh Kota Total (C22), Kota Metropolitan

Gambar 4.4 Distribusi BBM (C19), Solar (C20), Gambar 4.5 Distribusi BBM (C19), Solar (C20),
Total (C22), Kota Sedang Total (C22), Kota Besar
Dari Gambar 4.2 sampai Gambar 4.5 menunjukkan
data BBM Premium, solar dan total seluruh kota,
premium kota metropolitan, premium dan total kota
sedang menunjukkan distribusi tidak normal ( <
0,005)
KETERANGAN

Sedangkan data konsumsi BBM (solar dan total kota


metropolitan, premium, solar dan total kota besar, solar
kota sedang) menunjukkan distribusi normal ( >
0,005)

Anda mungkin juga menyukai