Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak para orientalis memandang sinis atas Rasulullah Saw. Bahkan,
tidak jarang kata-kata pelecehan dan penghinaan keluar dari lisan mereka.
Adalah John of Damascus (m.750 M) misalnya, berpendapat bahwa Nabi Muhammad adalah seorang
penipu terhadap orang Arab yang bodoh. Nabi Muhammad, katanya, dengan cara yang licik mampu
mengawini Khadijah sehingga mendapat kekayaan dan kesenangan. Dengan cara yang cerdas Nabi
Muhammad juga berhasil menyembunyikan penyakit epilepsinya ketika menerima wahyu dari Jibril.
Selain itu, Muhammad memilki hobi perang karena nafsu seksnya tidak tersalurkan. (Daniel J Sahas,
John of Damascus on Islam: “The Heresy of the Ishmaelites”, Leiden: E.J.Brill, 1972,hlm.67-95).
Senada dengan John of Damascus, Pastor Bede (673-735 M) berpendapat bahwa Nabi
Muhammad adalah seorang manusia padang pasir yang liar (a wild man of desert). Ia
menggambarkan Nabi Muhammad memiliki pribadi kasar, cinta perang dan biadab, buta
Lanjutan
huruf, berstatus sosial rendah, bodoh tentang dogma Kristen, dan tamak kuasa, sehingga
ia menjadi penguasa dan mengklaim dirinya sebagai nabi.
Penghinaan terhadap beliau juga dilakukan oleh Martin Luther yang hidup pada zaman
kelahiran kembali (Renaissance) dan zaman Reformasi (Reformation) Barat. Ia
menganggap Nabi Muhammad sebagai orang jahat dan mengutuknya sebagai anak
setan. Adapun Voltaire yang hidup di zaman yang sama menganggap Nabi Muhammad
sebagai seorang yang fanatik, ekstremis, dan pendusta yang paling canggih.
Sementara itu, Snouck Hurgronje yang pura-pura masuk Islam dan sempat tinggal di
Aceh, Indonesia mengatakan; “Pada zaman skeptik ini, sangat sedikit sekali yang di atas
Lanjutan kritik, dan suatu hari nanti kita mungkin mengarapkan untuk mendengar bahwa
Muhammad tidak pernah ada”.
Harapan Hurgronje ini selanjutnya terealisasikan dalam pemikiran Klimovich. Ia
menulis sebuah artikel pada tahun 1930 dengan judul “Did Muhammad Exist”? Dalam
tulisannya tersebut Klimovich menyimpulkan semua informasi tentang kehidupan Nabi
Muhammad hanyalah karangan manusia dan dibuat-buat. Menurutnya, Nabi
Muhammad adalah “fiksi yang wajib” karena selalu ada asumsi “setiap agama harus
mempunyai pendiri”.
Tidak Semua