Anda di halaman 1dari 12

PANDEMI

COVID-19
( Demand of Labor)
Kelompok 17
Anggota:

Nur Afriliana (01021182025031)


Yolanda Octavia (01021382025162)
Fidelia Da Costa (01021282025055)
Daniel Aprianus Hartono (01021282025121)

Dosen Pengampu
Dr. Yunisvita, SE, M.Si
Introduction
Penyebaran pandemi COVID-19 telah memaksa pemerintah
di negara-negara kawasan Asia dan Pasifik untuk melakukan
kebijakan penguncian wilayah dan sosial secara besar-
besaran.

Konsekuensinya:
kebijakan menyebabkan aktivitas ekonomi dan sosial
terganggu yang akhirnya berdampak pada gangguan
perekonomian secara keseluruhan termasuk gangguan di
pasar tenaga kerja dan penurunan tingkat pendapatan
pekerja di seluruh wilayah.
● Sepanjang tahun 2020, jumlah pekerja di
negara-negara kawasan Asia dan Pasifik
mengalami penurunan. Secara agregat total
pekerja di kawasan Asia dan Pasifik pada tahun
2020 sebesar 1,8 miliar orang. Jumlah tersebut
mengalami penurunan sebesar 3,2% (YoY)
dibandingkan tahun 2019 atau mengalami
penurunan jumlah pekerja 61,8 juta pekerja.
Sepanjang 2020
Gerakan-gerakan di kawasan Asia dan Pasifik
meningkat sebesar 5,2%, naik 18% dibandingkan
tahun 2019 dengan jumlah gerakan mencapai 101,1
juta jiwa.

Tingkat terbesar terjadi di Amerika Serikat


mencapai 8.3% pada 2020. Sepanjang tahun 2020,
ILO mengestimasikan sebanyak 7,9% jam kerja
hilang di Asia dan Pasifik, setara dengan 140 juta
pekerjaan setara waktu (berdasarkan 48 jam kerja
seminggu).
Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat tingkat konsumsi rumah tangga
terkontraksi selama
dua kuartal berturut-turut pada 2020

1 2

kuartal I kuartal II
5,52% 4,04%
secara tahunan Secara tahunan
(YoY). (YoY)
Korelasi permintaan dengan pendapatan perusahaan juga tercermin dalam hasil survei
Kemenaker. Sebanyak 22,8% perusahaan mengaku mengalami penuruan permintaan
sebesar 81-100%.

Menurut hasil survei World Economic Forum (WEF) pada Oktober 2020, langkah paling
banyak dilakukan adalah membuat kebijakan bekerja dari rumah. Hal ini untuk
memangkas biaya operasional di kantor seperti listrik, sekaligus untuk menghindari
terjadinya klaster Covid-19 kantor. Tren bekerja dari rumah ini pun selaras dengan yang
terjadi secara global. WEF dan Ipsos dalam surveinya pada Desember 2020 mencatat
52% pekerja global bekerja dari rumah selama pandemi Covid-19. Kolombia menjadi
negara dengan persentase tertinggi di dunia pekerja bekerja dari rumah, yakni 74%.
Hampir di semua negara di kawasan Asia dan Pasifik yang
dianalisis, baik sektor swasta maupun publik mengalami
migrasi sistem kerja yang meluas dari kantor ke rumah
untuk mengurangi potensi penyebaran virus. Untuk
memastikan keselamatan pekerja, pemerintah negara-negara
di kawasan Asia dan Pasifik telah menyusun panduan bagi
pelaksanaan kerja selama pandemi untuk melindungi
pekerja, termasuk program dan kebijakan mengenai standar
keselamatan dan kesehatan kerja, kompensasi dan
tunjangan pekerja, jam kerja, serta permasalahan pekerja
lainnya yang muncul karena situasi pandemi.
Bagi Indonesia, Pemerintah telah melakukan langkah yang tepat dalam
memitigasi dampak pandemi terhadap sektor tenaga kerja. Upaya tersebut
dilakukan melalui pemberian paket stimulus ekonomi untuk dunia usaha,
insentif pajak penghasilan bagi pekerja, jaring pengaman sosial melalui
program bantuan sosial bagi pekerja formal dan informal, program Kartu
Prakerja, memperluas program industri padat karya, dan perlindungan bagi
para Pekerja Migran Indonesia. Pemerintah juga melakukan reformasi di sektor
ketenagakerjaan melalui UU Cipta Kerja dengan kemudahan masuknya
investasi, tetapi juga memberikan jaminan perlindungan dan peningkatan
kesejahteraan bagi para pekerja. Pemerintah juga fokus pada pengembangan
kualitas sumber manusia sebagai salah satu prioritas sektor tenaga kerja.
Hubungan pandemi dengan permintaan tenaga kerja permintaan
tenaga kerja

Dipengaruhi atas suatu barang produksi sehingga perusahaan


akan menambah tenaga kerja untuk produksinya. Jika permintaan
barang produksi meningkat dan perusahaan akan mengurangi tenaga
kerja untuk produksinya, maka permintaan barang produksi akan
menurun. Menurut borjas, jika perusahaan mempekerjakan lebih banyak
tenaga kerja yang mengarah ke peningkatan output, dan kemudian harga
akan menurun artinya nilai marginal product menurun, sehingga kurva
permintaan jangka pendek untuk tenaga kerja menurun ke bawah titik
sedangkan kenaikan harga outfit menggeser nilai kurva produk marginal
ke atas dan akan meningkatkan lapangan pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai