Anda di halaman 1dari 75

PSIKODINAMIKA

CEMAS
MODUL KECEMASAN
dr. J.S.V. SINOLUNGAN,M,KES
PENGANTAR
• Ada berbagai unsur esensial dalam hubungan antara goncangan
jiwa dan gangguan fungsi-fungsi tubuh.
• Suatu peristiwa yang menggoncangkan emosi dapat
mencetuskan gangguan fungsi atau penyakit tubuh.
• Semua respons emosional biasanya disertai perubahan fisiologik
tertentu (rasa jijik disertai mual, putus asa disertai hilangnya
nafsu makan, rasa takut disertai keringat) dan gangguan fisiologik
seringkali merupakan penyerta fisiologik yang berlebihan.
• Respons fisik dapat menjadi berkepanjangan dan jauh
melampaui masa rangsangnya berlangsung, sehingga dapat
berupa penyakit yang mengganggu baik jasmani maupun jiwa,
yang akibatnya kadang-kadang gawat.
• Jadi peranan sikap, perilaku dan perkataan seorang dokter
berperan penting dalam perbaikan atau memburuknya kondisi
pasien.
Kasus 1
• Sinta, perempuan, 23 tahun, lebih kurang tiga tahun yang lalu, ketika
sedang menunggu bis kota di sebuah perhentian bis saat pulang kuliah,
dikejutkan oleh kecelakaan lalu lintas, tabrakan antara sebuah mobil dan
sebuah sepeda motor yang dikendarai oleh seorang laki-laki dewasa
disertai seorang anak perempuan kecil yang membonceng di
belakangnya; kecelakaan itu terjadi tiga meter di hadapannya.
Tubuh anak perempuan itu cedera
berat, banyak darah mengalir di tubuhnya, kulit dan ototnya tampak
terobek. Beberapa saat kemudian Sinta muntah-muntah, lalu terhuyung
dan merasa seperti mau pingsan.
Selama seminggu berikutnya, ia sulit tidur, sering terbangun
waktu malam; bila makan ia sering merasa mual. Keadaannya berangsur
pulih, namun hingga sekarang, bila berada di tengah jalan raya yang padat
dan di tengah kesibukan lalu lintas serta bila mendengar pembicaraan
tentang kecelakaan, ia merasa takut dan kadang-kadang disertai cemas.
Kasus 2
• Adi seorang laki-laki, 46 tahun, wirausahawan yang dulunya
cukup sukses, lebih kurang empat tahun yang lalu, mengalami
kerugian besar dan perusahaannya jatuh; istrinya sering
marah-marah, menghina, sering meminta bercerai dan
akhirnya meninggalkannya satu tahun yang lalu.
Menurutnya ia selalu berusaha untuk optimis, namun ia
mengeluh bahwa dadanya terasa nyeri, seperti ditimpa barang
berat dan nafasnya sering sesak. Ia memeriksakan diri ke
dokter dan dikatakan bahwa jantungnya memang agak lemah;
hal itu membuatnya merasa ‘terpukul’ dan optimismenya pun
hilang.
Sebulan terakhir ini ia lebih sering menarik diri dan kadang
timbul pemikiran untuk bunuh diri.
PENGANTAR
• kegentingan jiwa dapat berpengaruh pada alat-alat tubuh. Peristiwa yang
dialami oleh Sinta dan Adi pada contoh di atas, menunjukkan berbagai unsur
esensial dalam hubungan antara goncangan jiwa dan gangguan fungsi-fungsi
tubuh:
• suatu peristiwa yang menggoncangkan emosi  RESPON EMOSIONAL :
 Gangguan fungsi atau Penyakit tubuh;
Hasilkan perubahan fisiologik tertentu
(rasa jijik disertai mual, putus asa disertai hilangnya nafsu makan, rasa takut
disertai keringat)
 Gangguan Fsiologik (seringkali) penyerta fisiologik yang berlebihan;
Respons Fisik lama - berkepanjangan

PENYAKIT mengganggu Jasmani maupun Jiwa, yang akibatnya kadang-kadang


gawat;

• sikap, perilaku dan perkataan dokter berperan penting dalam perbaikan atau
memburuknya kondisi pasien.
Faktor penyebab ggg fungsi organ & deviasi
perilaku / pikiran
1. Pelbagai faktor organik, antara lain
• Kerusakan sel-sel otak, ketidakseimbangan hormon, atau
• Degenerasi jaringan, yang muncul dalam bentuk perubahan
perilaku, pikiran dan perasaan
• Tifus abdominalis, Tumor otak atau Intoksikasi zat tertentu
(misalnya perilaku gaduh gelisah pada delirium)
2. Manifestasi dari konflik psikologik
3. Gabungan faktor organik dan psikologik, yaitu substrat
organiknya sudah ada kelainan walau tidak tampak dari luar, tetapi
kondisinya sedemikian rupa sehingga konflik dapat tumbuh subur.

Untuk menjelaskan hal-hal tersebut (termasuk kondisi yang diceritakan


pada contoh di atas), dalam Psikiatri dan Psikologi dikenal suatu
pendekatan yang disebut dengan PSIKODINAMIK, yaitu PENDEKATAN
YANG BIASANYA DIGUNAKAN UNTUK MEMAHAMI APA YANG
TERJADI SECARA FUNGSIONAL PADA JIWA SESEORANG.
MODEL JIWA
Jiwa mempunyai struktur atau anatomi tertentu, dan
mempunyai kekuatan yang dapat bergerak di dalam dan ke luar
struktur itu, untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dengan arah
yang tertentu pula.
Tentunya yang terjadi sebenarnya belum tentu atau bisa jadi
tidaklah demikian; tetapi, untuk mempelajari sesuatu secara
ilmiah, sering kita memerlukan suatu model tertentu, agar
mudah dibayangkan sehingga lebih mudah dimengerti.
Mungkin hal ini tidak mudah, karena semua bidang dalam ilmu
kedokteran mengacu pada kuantitas (hal-hal yang kongkrit), dan
bukannya kualitas, sebagaimana yang akan dibahas dalam
konsep psikodinamik ini.
Pengetahuan mengenai psikodinamika diperlukan oleh seorang
dokter untuk :
1. Dapat mengerti dan memahami pasien melalui gejala dan
keluhannya,
2. Disamping juga untuk menegakkan diagnosis dan
3. Untuk mencapai hasil terapi yang diinginkan serta
4. Untuk melengkapi, dalam keseluruhan tatalaksana pasien secara
komprehensif (disamping pemberian medikasi psikotropik serta
pelbagai macam bentuk terapi lain dalam psikiatri).

Dalam mempelajari psikodinamika, hendaknya terlebih dahulu kita


mengetahui hal yang mendasarinya, yaitu :
1. Konsep tentang dinamik, serta
2. Aplikasi konsep tersebut dalam fenomena psikologik.
 
 
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN DINAMIK ?

• Dinamika merupakan suatu konsep ilmiah, yang


mempelajari peristiwa-peristiwa, dengan meninjaunya dari
segi kekuatan-kekuatan, struktur atau bentuk, dan arah
(direction) dari gerakan.

Misalnya :
- PERISTIWA BERIAKNYA GELOMBANG LAUT
Gelombang  mempunyai bentuk atau struktur, yang
bergerak atau berubah ke arah tertentu,
 dipacu oleh suatu kekuatan tertentu.
Dinamik.......
• Struktur, arah dan kekuatan-kekuatan ini saling berkaitan
(interrelated) & masing-masing tergantung (interdependent)
satu sama lain dengan cara tertentu. Dengan mempelajari hal
ini, kita dapat menemukan hukum ilmiah (scientific laws).
• Hukum ilmiah merupakan ekspresi matematis dari hubungan
antara ketiga faktor tersebut di atas (struktur, kekuatan dan
arah); kita menjelaskan fenomena 
• Fenomena secara kausalitas, yaitu dapat
menjelaskan dan memprediksi suatu hal dalam hubungan
kausalitas.
• Hal ini dapat diterapkan pada hampir semua peristiwa fisik;
misalnya, terjadinya badai, atau mengapa dan bagaimana
terjadinya gempa bumi.
• Oleh karena itu terdapatlah termodinamik, elektrodinamik,
hidrodinamik, aerodinamik, kemodinamik, dsb.
Telaah Kasus
• Dalam konteks yang sedang kita pelajari ini, menjelaskan peristiwa
fisik, peristiwa biologik, psikologik dan sosial.
• Kesulitannya ialah pada fenomena-fenomena biologik, psikologik dan
sosial, biasanya hanya dapat dilakukan prediksi dan dijelaskan secara
kausalitas sebagian saja, dan tidak dapat dijelaskan secara
menyeluruh; fenomena biologik dapat dijelaskan sebagian, psikologik
lebih sedikit, dan fenomena sosial akan lebih sedikit lagi.
• Apabila kita membahas suatu peristiwa fisik, kita lalu akan bertanya:

“Apakah penyebabnya?”
Peristiwa-peristiwa biologik,
Peristiwa psikologik dan
Peristiwa sosial,

Apakah Tujuan dan Latar Belakangnya ?


Yaitu hal-ihwal fisik tersebut biasanya tidak menerangkan tentang
makhluk hidup, sebagaimana hal-hal yang bersifat biologik, terlebih
psikologik dan sosial).
Fenomena dalam Dinamika :
1. Fenomena fisik, maka yang dimaksud
adalah mengenai struktur, kekuatan dan
arahnya;
2. Fenomena Biologik, Psikologik dan sosial
kita akan bertanya bukan hanya apa
penyebabnya, namun juga tujuannya,
dengan maksud untuk menjelaskan dan
mencoba melakukan prediksi.
Telaah Kasus
• Dengan demikian, bila kita berbicara mengenai psikodinamik,
yang akan kita bahas yaitu mengenai peristiwa-peristiwa
psikologik, bukan hanya struktur, kekuatan dan arahnya, namun
juga mengenai pertumbuhan, perkembangan dan tujuan
(purpose).
Misalnya, Jantung yang sedang dalam keadaan
palpitasi;
- Mempelajari anatomi, fisiologi, kekuatan-kekuatan yang dapat
menyebabkan denyut jantung menjadi lebih cepat, serta
- Bagaimana pertumbuhan, perkembangan serta tujuan atau
maksud dari keadaan palpitasi tersebut.
Contoh lainnya,
KITA MELIHAT SESEORANG SEDANG BERLARI DAN TAMPAK DI
BELAKANGNYA BERLARI PULA SEORANG POLISI.
Tentunya kita akan bertanya,
- Mengapa ia berlari?
- Apa yang menyebabkannya lari ?
Karena dikejar polisi atau dapat pula karena sebab lain? serta,
- Apa maksudnya dia lari ?
 Untuk menyelamatkan diri, atau hanya kebetulan saja mereka
berlari secara berurutan.
Model Psikodinamika
1. Sigmund Freud (1974) dan pengikut-
pengikutnya. Dikatakan psikodinamik, karena
teori ini didasarkan pada asumsi bahwa :
PERILAKU  BERASAL DARI GERAKAN
DAN INTERAKSI DALAM PIKIRAN MANUSIA
 KEMUDIAN PIKIRAN MERANGSANG
PERILAKU dan KEDUANYA SALING
MEMPENGARUHI DAN DIPENGARUHI oleh
LINGKUNGAN SOSIAL.
Model Psikodinamika ......
2. Lowenstein (1985)
Perkembangan teori psikodinamik dalam lingkungan teori-teori
pekerjaan social masih diterapkan secara generalis, hal ini
dimungkinkan karena penerapannya masih berpatokan pada
ajaran Freud tadi dengan mengarah kepada pengembangan
psikoanalisis.
Oleh sebab itu, dikembangkan teori psikoanalisis yang lebih
modern (Lowenstein, 1985) : konsentrasi pada bagaimana
individu dapat berinteraksi dengan dunia sekitarnya.
3. E. Goldstein (1984)
Dan hal lebih mengarah kepada hubungan sosialnya dari pada
hubungan secara biologis, yang kemudian berkembang pada
pemikiran tentang pengaruh Ego Psikologi.
• Peran psikoanalisis dalam pekerjaan social
menunjukan adanya tingkatan pengembangan dan
pemikiran ini berbeda antara satu negara dan
negara lainnya.
Misalnya di Amerika lebih kuat pengaruh Ego
Psikologi dari pada negara yang lain seperti Inggris.
Dinegara ini psikoanalisis dimungkinkan untuk
diarahkan pada aliran-aliran Marxisme contohnya
dimana sebuah struktur symbol dalam masyarakat
seperti bahasa sangat ditentukan oleh budaya
dimasyarakat.
Disamping itu, aliran-aliran Marxisme ini yang bisa
dikatakan radikal juga bisa dilihat dalam idiologi-
idiologi seperti : Feminisme dan Psikologi individu
terutama yang berhubungan dengan intelektual.
APAKAH PSIKODINAMIKA CEMAS ?
Ialah suatu pendekatan konseptual yang memandang proses-
proses mental cemas sebagai gerakan dan interaksi kuantitas-
kuantitas energi psikik yang berlangsung intra-individual (antar
bagian-bagian struktur psikik) dan inter-individual (antar orang).

Berkaitan dengan definisi tersebut, dalam mempelajari


psikodinamika cemas , maka akan mempelajari :
1. Struktur (yaitu kepribadian),
2. Kekuatan (yaitu dorongan, drive, libido, instincts),
3. Gerakan (movement, action),
4. Pertumbuhan (growth) dan perkembangan (development),
serta tentang
5. Maksud dan tujuan fenomena-fenomena psikologik yang ada
pada seseorang.
Struktur kepribadian individu
• mengacu pada suatu model yang dasarnya ialah teori
psikoanalisis klasik Sigmund Freud (seorang pakar yang
memperkenalkan dan mengembangkan psikoanalisis).

• Walaupun teori ini kini tidak selalu dapat digunakan dalam


menganalisis dan digunakan dalam tatalaksana pasien, namun
sebagai dasar, kita tetap perlu mempelajarinya.
• Dalam buku ini pun hanya akan dibahas secara garis besar dan
singkat,sebagai dasar agar lebih mudah mempelajari teori-
teori pasca-Freud yang kini telah berkembang pesat.
Struktur kepribadian 
Pertumbuhan dan perkembangannya, serta dengan
gerakan dari kekuatan (teori libido).

Menurut teori ini, libido atau energi psikis yang mempunyai kekuatan
tertentu, bergerak intra-individu dan inter-individu.
Dalam keadaan seimbang, distribusinya sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan individu, dan disebut sebagai
keadaan equilibrium atau homeostasis

Struktur kepribadian seseorang terdiri atas 3 komponen yaitu id, ego


dan superego.
Id
• Id (naluri, drive, instincts), telah ada sejak individu dilahirkan
ke dunia ini.
• Selain mempunyai struktur (yang bentuknya belum jelas ketika
lahir), id juga mempunyai kekuatan berupa dorongan.
• Dorongan ini merupakan dorongan untuk memenuhi
kebutuhan biologis manusia, antara lain instink bernapas,
lapar, seks. Id biasanya mendominasi individu pada usia bayi
hingga lebih kurang satu setengah tahun.
• Pada saat itu pula konsentrasi libido berada pada daerah
mulut (menurut teori ini, konsentrasi libido akan berpindah-
pindah sesuai dengan perkembangan psikoseksual anak serta
daerah erogen pada fase perkembangan tersebut).
EGO
• Dalam perkembangannya, sebagian dari id akan mengalami
diferensiasi menjadi ego.
• Ego terbentuk karena pertentangan (konflik) antara id dengan
lingkungan yang tidak selalu dapat memenuhi kebutuhannya.
• Prinsip yang dianut oleh id yaitu pleasure principle, sedangkan
ego menganut prinsip realitas, bahwa kebutuhan atau
dorongan dapat ditunda sesuai dengan realitas yang ada.

Konsentrasi libido selanjutnya bergerak dari mulut ke daerah


anus (fase perkembangannya disebut sebagai fase anal).
Superego
• Superego terbentuk dari hasil absorbsi dan pengambilan
nilai-nilai norma dalam kultur, agama, hal-hal kebaikan
yang ditanamkan oleh orang tua; jadi bukan merupakan
diferensiasi dari id sebagaimana ego.
• Superego merupakan wakil orang tua dalam diri anak, yang
mengingatkan akan hal-hal yang baik dan buruk, yang
boleh dan yang tidak.
• Terbentuk pada usia antara 3 hingga 5 atau 6 tahun. Pada
saat ini konsentrasi libido terpusat pada daerah falus (fase
perkembangannya disebut sebagai fase falik atau Oedipal).

Ketiga elemen struktur kepribadian (Id, Ego Superego) saling


berinteraksi, dengan kandungan energi psikis yang
terdistribusi secara merata sesuai tingkat perkembangan
individu.
Konflik
• Konflik  individu akan mengalami ketegangan,
ketidakpuasan, kecemasan, dan atau gejala-
gejala psikologik lain.,
• Bila seorang anak tidak pernah mengalami
konflik sama sekali pun (disebut sebagai
pemanjaan atau over indulgence), akan
mengalami hal yang sama.
Konflik menurut S. Freud
• Konflik perlu dialami dalam batas tertentu agar seorang individu
belajar  Menunda keinginan,
 Menyadari realitas
 sehingga mampu mengatasi masalah-masalah
yang dialami dalam hidupnya nanti.

• Tetapi, kalau konflik yang dialami itu berlebihan dan berat


derajatnya, maka perkembangan kepribadian individu tidak akan
optimal;
• Perkembangan itu akan terhambat karena ada sebagian energi
psikik yang tertahan pada suatu fase perkembangan tertentu
(disebut sebagai fiksasi), sehingga energi yang bergerak ke fase
berikutnya akan berkurang jumlahnya.
• Bila pada suatu saat, misalnya pada fase selanjutnya atau
setelah dewasa nantinya, individu mengalami suatu tekanan
atau stresor psikososial yang relatif berat untuknya, ia dapat
kembali ke fase perkembangan saat fiksasi itu dialami (disebut
sebagai regresi).
Cara-cara individu mengatasi stresor itupun biasanya sesuai
dengan tingkat regresi yang dialaminya.
• Menurut Freud, psikopatologi akan timbul, bila konflik yang
bermakna dialami oleh individu pada masa lima tahun
pertama kehidupannya.
• Sulitnya, kita biasanya menjumpai pasien setelah dewasa
sehingga penelusuran penghayatan hal-hal psikologik yang
bermakna tidak mudah dilakukan, karena banyak faktor yang
mempengaruhi, antara lain daya ingat, mekanisme defensi
individu (akan dibahas kemudian), serta hal-hal nirsadar
lainnya.
• Psikodinamika yang kini digunakan telah banyak berubah
berdasarkan kemajuan perkembangan teorinya, hasil-hasil
penelitian serta pengalaman empirik, antara lain :
Dasar teorinya bukan hanya Teori Psikoanalisis klasik ini,
melainkan juga
Teori Relasi-Objek dan
Teori Psikologi Self.
Psychodinamic
• Psychodynamic psychiatry (psikiatri dengan pendekatan
psikodinamik) atau psikiatri dinamik, telah berusia lebih kurang
seabad; istilah dinamik pertama kali digunakan oleh Leibniz untuk
menekankan perbedaannya dengan yang statis.
• Dalam abad ini, psikiatri dinamik modern disebutkan sebagai suatu
cabang psikiatri yang menjelaskan fenomena mental sesuai dengan
perkembangan konflik.
• Namun, dalam dua dekade terakhir ini, psikiatri dinamik bukan
hanya berpegangan pada konflik untuk menjelaskan fenomena-
fenomena mental dan gangguan jiwa.
• Sebetulnya orientasi psikodinamik bukan satu teori, melainkan lebih
merupakan ciri dari sejumlah teori yang mempunyai kesamaan atau
tumpang tindih dalam konsep-konsep, esensi, struktur dan funksi
kepribadian, psikopatogenesis, psikopatologi, terapi dan hubungan
terapeutik.
• Psikodinamik didefinisikan sebagai: ‘suatu pendekatan dalam
psikiatri, untuk mendiagnosis dan memberikan terapi, yang
dicirikan oleh cara berpikir baik mengenai pasien maupun
klinikusnya, yang didalamnya termasuk konflik nirsadar, defisit dan
distorsi struktur intrapsikik, serta relasi-obyek internal.
• Psikodinamik suatu pendekatan konseptual, yang merupakan salah
satu cara memandang suatu fenomena psikologik, yang amat
bermanfaat dalam menganalisis pasien serta merencanakan
tatalaksana yang komprehensif.
• Fenomena psikologik yang terjadi pada manusia masih belum dapat
dijelaskan secara menyeluruh, apalagi untuk menjelaskannya secara
kausal, walaupun kini telah ditemukan pelbagai fenomena biologik
yang berupaya menjelaskan hal-hal yang masih menjadi misteri
tersebut yang bermanfaat dalam tatalaksana pasien
(misalnya penemuan beberapa neurotransmiter yang diketahui
berperan pada beberapa gangguan jiwa, antara lain depresi,
skizofrenia, dll.).
Mekanisme Defens
• Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu biasanya
berusaha - sedapat mungkin - untuk memenuhi kebutuhannya,
dengan segala kemampuan fisik dan intelektual yang ada, di
lingkungan tempat ia berada.
• Hal ini senantiasa menghadapkan individu tersebut dengan
masalah, oleh karena kemampuan fisik dan intelektualnya pada
saat tertentu berada dalam batas tertentu, dan, lingkungannya
tidak dengan sendirinya bekerjasama dengannya, menyediakan
hal-hal yang dibutuhkan, bahkan kadang sebaliknya, justru
melawan kebutuhan tersebut. Jadi, dalam upaya memenuhi
kebutuhannya, individu menghadapi kemungkinan bahwa
kebutuhannya tidak dipenuhi, atau tidak terpenuhi dengan
memuaskan, atau dengan kata lain terancam kegagalan.
• Dalam upaya pemenuhan kebutuhannya, individu selalu atau
senantiasa melakukan perbuatan dan berperilaku sedemikian
rupa demi tercapainya tujuan tersebut, dan setidaknya
menghindarkan atau meminimalkan kegagalan.
• Untuk hal tersebut, manusia memiliki kemampuan yang besar,
karena, bila seseorang kurang berhasil mencapai pemuasan
kebutuhannya dalam realitas dan kurang berhasil
menghindarkan ancaman kegagalan dalam realitas, ia dapat
“bergeser” (atau menggunakan) ke fantasinya.
• Untuk menghadapi masalah tersebut, individu memiliki
seperangkat cara atau metode atau teknik, yang dapat
dikerahkan, dan akan digunakan bila diperkirakan efektif untuk
menanggulangi masalah yang sedang dihadapi.
 Cara-cara ini disebut mekanisme pertahanan atau defensi.
Mekanisme defensi dapat ditinjau dalam arti luas dan dalam arti
sempit.
1. Dalam arti luas, yaitu semua cara penanggulangan masalah,
baik yang rasional maupun irasional, yang sadar maupun
nirsadar, yang realistik maupun yang fantastik.
2. Dalam arti sempit, ialah mekanisme yang dipakai ego untuk
menyingkirkan ansietas dan yang mengandung potensi patogen
(potensi untuk membentuk gejala psikopatologik), yaitu 
Mekanisme yang berlangsung dengan pemindahan (shift) ke
fantasi dan pengolahan fantasi itu dilakukan dengan berbagai
cara, yang tidak disadari dan tidak rasional;
dalam kepustakaan psikiatri istilah ini lazim dipakai dalam arti
sempit.
Cara Individu Hadapi Masalah
• a. MENGADAKAN PERUBAHAN TERHADAP SITUASI YANG DIHADAPI,
mungkin memang itu pernah dialaminya dan ia tahu cara
mengatasinya; mungkin juga situasi itu baru sehingga ia harus
bereksperiman terlebih dahulu sebelum menemukan cara yang tuntas.
• b. MENGHINDAR DAN MENJAUHKAN DIRI DARI SITUASI YANG
DIHADAPI. Dari kedua macam cara ini kemungkinannya akan berhasil
sehingga ia merasa aman dan puas, atau bila kurang berhasil tetap ada
sisa ketidakamanan dan ketidakpuasan.
• c. BERUSAHA DAN BELAJAR UNTUK HIDUP DENGAN KETIDAK-AMANAN
DAN KETIDAKPUASAN. Dalam hal ini,
individu menggunakan mekanisme defensi untuk menghadapi dan
mengatasi masalah-masalah kehidupan tersebut. Tidak ada seorang
pun dari kita yang tidak menggunakan mekanisme defensi ini.
Semua mekanisme defensi dilakukan oleh ego melawan tuntutan
instinktual dari id.
Mekanisme defensi diklasifikasikan dari yang paling imatur atau patologik
hingga yang matur (merupakan suatu kontinum).
Beberapa mekanisme defensi yang
tergolong matur (Vaillant)
• 1. Supresi: membuang pikiran-pikiran dan perasaan yang
tidak dapat diterima secara sadar
• 2. Altruisme: menangguhkan atau menganggap tidak penting
kebutuhan atau minat pribadi dibandingkan dengan orang
lain.
• 3. Sublimasi: mengganti dorongan-dorongan atau harapan-
harapan (secara nir -sadar) yang tidak dapat diterima oleh
alam sadar dengan alternatif lain yang dapat diterima secara
sosial.
• 4. Humor: kemampuan membuat hal-hal yang lucu untuk diri
sendiri atau pada situasi tempat individu berada, yang
merupakan bagian dari jiwa yang sehat.
Beberapa mekanisme defensi yang lain
(yang potensial patologik)
1. Penyangkalan ( denial )
• yaitu menganggap tidak ada sensasi-sensasi nyeri atau
antisipasi suatu peristiwa yang tidak menyenangkan.
• Mungkin inilah mekanisme yang paling sederhana.
• Cara ini lazim digunakan untuk meringankan ansietas.
• Contohnya antara lain anak kecil yang “tidak merasa sakit”
ketika disuntik, orang dewasa yang meyakini diri sendiri bahwa
perkawinan, atau perceraian, atau penggantian pekerjaan
akan membereskan segala persoalan.
2. Represi :
• Perasaan-perasaan dan impuls yang nyeri atau tidak dapat
diterima (memalukan, membangkitkan rasa bersalah,
membahayakan) didorong ke luar kesadaran, tidak diingat,
“dilupakan”.
• Membentuk gejala karena materi yang dilupakan itu mencari
penyaluran dalam fungsi-fungsi sistem badaniah tertentu
(misalnya dalam sindrom histeria), atau terjadi “lowongan”
dalam pola ingatan.
• Hal-hal yang direpresikan dapat juga bermanifestasi dalam
ide-ide atau perasaan-perasaan yang dipegang teguh dan kaku
tanpa alasan yang masuk akal.
3. Proyeksi :
• kegagalan diri sendiri dipersalahkan kepada orang lain atau
pada “situasi”, misalnya kalah dalam pertandingan karena
wasitnya curang, tidak lulus ujian karena dosennya sentimen,
usaha merosot karena situasi umum. Cara ini dapat
meringankan kecemasan, rasa bersalah dan rasa gagal.
Proyeksi dapat meningkat sampai taraf ekstrim yang disertai
penyimpangan persepsi lingkungan, yaitu berupa waham
kejaran dan halusinasi.
4. Introyeksi :
• arti harafiahnya yaitu “memasukkan ke dalam diri”.
• Individu dapat menyingkirkan ketakutan terhadap seseorang
dan impuls-impuls permusuhan terhadapnya dengan cara
mengambil-alih (memasukkan ke dalam diri) sifat-sifat orang
tersebut.
• Hal ini dapat menjadi gejala psikopatologik bila ia kemudian
merasa “terancam dari dalam” yang menjelma dalam
kecenderungan untuk “menghukum diri” dan perasaan
bersalah irasional yang tidak dapat dikuasai.
5. Pembentukan reaksi (reaction formation)
• mekanisme ini mempunyai hubungan dengan represi sebagai
jalan untuk mengolah atau menyalurkan materi yang
direpresi.
• Terhadap impuls-impuls dalam dirinya yang dirasakannya
sebagai ancaman, individu menyusun sikap reaktif
terhadapnya; dengan demikian ia akan merasa aman dan
percaya bahwa impuls-impuls tersebut tidak ada.
• Namun, sikap reaktif ini sering bersifat kaku dan seperti
berlebihan, dan dapat membentuk gejala obsesi dan kompulsi.
• Contohnya, seseorang yang merasa terancam misalnya oleh
impuls agresif atau seksual yang tercela (dari dalam dirinya),
dapat menjadi seorang dengan fanatisme religius yang kaku
dan menentang segala bentuk kesenangan bagi dirinya
sendiri.
6. Peniadaan (undoing) :
• Mekanisme ini biasanya berkaitan dengan reaction formation.
Terdiri atas perbuatan-perbuatan ritualistik yang mempunyai
arti simbolik untuk meniadakan, menghapus, melupakan suatu
kejadian, pemikiran atau impuls.
• Individu tidak mengetahui (tidak menyadari) hal yang
“ditiadakan” olehnya; ia hanya mengalami suatu dorongan
yang kuat untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, yang
biasanya berulang kali.
• Contoh, seseorang kadang-kadang berkumur untuk
“menghapus” perkataan yang baru dikatakannya namun
disesalkan karena terdengar memalukan.
7. Isolasi :
• Mekanisme ini memisahkan ingatan tentang peristiwa traumatik
(peristiwa yang membangkitkan ansietas) dari penghayatan
emosinya.
• Pasien dapat mengingat dan menceritakan peristiwa asalnya, tanpa
menghayati emosi yang berkaitan dengan peristiwa itu; emosi itu
disalurkan pada obyek-obyek lain yang tampaknya tidak relevan.
8. Penghalangan ( blocking ) :
• Digunakan bila seseorang tidak dapat mengatasi emosinya dengan
penyangkalan dan represi; dengan demikian suatu fungsinya
dihentikan, dihadang.
• Mekanisme ini praktis selalu bersifat patologik; misalnya frigiditas
sebagai mekanisme defensi terhadap hal-ihwal seksual, pasivitas
yang ekstrim pada orang yang sebenarnya sangat hostil
(bermusuhan) atau sangat takut.
• Emosi yang “dihadang” demikian dapat disalurkan terhadap obyek
atau situasi lain yang tampaknya tak bersangkut paut.
Lanjut ...
9. Regresi :
• Mundur kembali pada jenis adaptasi yang lebih dini. Digunakan
dalam usaha untuk mengatasi atau menyesuaikan diri dengan
situasi yang amat sukar atau situasi buntu. Tingkat regresi
memainkan peran penting dalam penentuan sifat reaksi, apakah
neurotik atau psikotik, yang dipertunjukkan seseorang bila
situasinya tidak dapat dihadapi secara konstruktif.
10. Splitting:
• merupakan mekanisme defensi yang primitif, yang bermanifestasi
secara klinis dalam bentuk:a). Ekspresi perasaan dan perilaku yang
berubah-ubah secara cepat, b). Kemampuan pengendalian impuls
berkurang secara selektif, c). Memisahkan orang-orang di
lingkungannya menjadi dua macam, yaitu yang baik dan yang
buruk, d).Representasi self yang berubah-ubah secara bergantian
dari hari ke hari bahkan dari jam ke jam. Banyak dijumpai pada
pasien dengan gangguan kepribadian ambang.
11. Identifikasi proyektif:
• Merupakan sarana masuknya splitting intrapsikik kedalam
splitting interpersonal. Terdiri atas tiga tahap, yaitu: a). Pasien
memproyeksikan representasi self dan obyek kepada terapis,
b). Terapis secara nirsadar mengidentifikasi hal-hal yang
diproyeksikan itu dan mulai berperilaku sesuai atau seperti
yang diproyeksikan sebagai respons terhadap tekanan
interpersonal dari pasien, c). Materi yang diproyeksikan diolah
secara psikologik dan dimodifikasi oleh terapis dan kemudian
dikembalikan kepada pasien (re-introyeksi) Materi yang
dikembalikan itu akan mengubah represntasi self dan obyek
dalam pola hubungan interpersonal.

PUSTAKA ACUAN
• Lubis DB. Pengantar Psikiatri Klinik, Balai Penerbit FKUI, 1993, 43-5, 105.
• Gabbard GO. Long-term Psychodynamic Psychotherapy A Basic Text.
Washinton DC, London. American University Press 2004: 99-100
• Gabbard GO. Psychodynamic Psychiatry in Clinical Practice, The DSM-IV
Edition, American Psychiatric Press, Washington, 2000, 3-5, 32-4.
• Lubis DB & Elvira SD. Penuntun Wawancara Psikodinamik dan Psikoterapi.
Balai Penerbit FKUI, 2005: 13.
• Nemiah JC. Foundations of Psychopatology. Jason Aronson Inc New York
1983: 7-8.
• Lubis DB. Ikhtisar Teori dan Klinik Neurosa, Bumi Grafika Jaya, 1979,5-6.
• Elvira SD. Kumpulan Makalah Psikoterapi. Balai Penerbit FKUI, 2005: 64.
• Fenichel O. The Psychoanalytic Theory of Neurosis, Basic Book, W.W.
Norton & Co.,Inc., New York, 1972, 53-63.
• Karasu T.B. Psychotherapies: An Overview, American J. Psychiatry, 134:
8, 1977, 857- 8.
GANGGUAN
KECEMASAN
Definisi
• Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi
umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan.
• Namun kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat
meredam (merepresikan) rasa cemas tersebut dalam situasi dimana
kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang
berarti.

Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan


umum, tekanan pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian. Situasi-situasi
tersebut dapat memicu munculnya kecemasan bahkan rasa takut.
• Namun, gangguan kecemasan muncul bila rasa
cemas tersebut terus berlangsung lama, terjadi
perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan
metabolisme tubuh.
Gangguan Kecemasan
• Gangguan kecemasan diperkirakan diidap 1 dari 10 orang. Menurut data
National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40
juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai
pada usia lanjut.
• Ahli psikoanalisa beranggapan bahwa penyebab kecemasan neurotik
dengan memasukan persepsi diri sendiri, dimana individu beranggapan
bahwa dirinya dalam ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi
masalah, rasa takut akan perpisahan, terabaikan dan sebagai bentuk
penolakan dari orang yang dicintainya.
• Perasaan-perasaam tersebut terletak dalam pikiran bawah sadar yang
tidak disadari oleh individu.
• Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik
dan tujuan penanganan kecemasan.
• Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik tersebut sama-sama mendorong
klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber
kecemasan mereka.
Kategori gangguan kecemasan menurut
Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM) IV:

1. Gangguan panik tanpa agoraphobia 


2. Gangguan panik dengan agoraphobia
3. Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panic
4. Phobia spesifik
5. Phobia social
6. Gangguan obsesif-kompulsif
7. Gangguan stres pasca traumatic
8. Gangguan stres akut
9. Gangguan kecemasan umum
10. Gangguan kecemasan yang tidak terdefinisi
GEJALA UMUM GANGGUAN KECEMASAN
• Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung pada
kondisi masing-masing individu, beberapa simtom yang muncul tidaklah
sama.
• Kadang beberapa diantara simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada
beberapa individu, lainnya sangat mengganggu.

1. Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat


• Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada
pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan memunculkan
rasa berdebar.
• Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan
kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada orang normal.

2. Rasa sakit atau nyeri pada dada


• Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada.
• Beberapa individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering
diartikan sebagai tanda serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan.
• Hal ini kadang menimbulkan rasa panik yang justru memperburuk kondisi
sebelumnya.
3. Rasa sesak napas
• Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi
berlebihan yang menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan,
tarikan nafas menjadi pendek seperti kesulitan bernafas
karena kehilangan udara.
4. Berkeringat secara berlebihan
• Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang
tinggi. Keringat yang muncul disebabkan otak mempersiapkan
perencanaan fight or flight terhadap stressor

5. Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap


aktivitas seksual

6. Gangguan tidur
7. Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang
normal pada situasi yang menakutkan atau membuatnya gugup,
akan tetapi pada individu yang mengalami gangguan kecemasan
rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan,
rasa gemetar pada kaki, atau lengan maupun pada bagian
anggota tubuh yang lain.

8. Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat

9. Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk


bunuh diri

10. Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala


(migrain).
TIPE-TIPE GANGGUAN KECEMASAN
• 1. Fobia
Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda,
binatang ataupun peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan
timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami individu.
Fobia juga merupakan penolakan berdasar ketakutan terhadap benda
atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan
penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya.

Fobia simpel: sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup, darah. Yang


menderita kebanyakan wanita, dimulai semenjak kecil. Agorafobia: kata
yunani, agora=tempat berkumpul, pasar. Sekelompok ketakutan yang
berpusat pada tempat-tempat publik: takut berbelanja, takut
kerumunan, takut bepergian. Banyak wanita yang menderita ini dimulai
pada masa remaja dan permulaan dewasa. Simtom: ketegangan, pusing,
kompulsi, merenung, depresi, ketakutan menjadi gila. 90% dari suatu
sampel: takut tempat tinggi, tempat tertutup, elevator.
Fobia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Fobia Spesifik
• Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa
traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing
(ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan
terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing
baju, dsb.

b. Fobia Sosial
• Ketakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan
ini disebabkan akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi
individu pada saat ada dalam kerumunan atau tempat umum.
misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian
yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.
• Penyebab Fobia:

Teori Psikoanalitik: pertahanan melawan kecemasan hasil dorongan id


yang direpres. Kecemasan: pindahan impuls id yang ditakuti ke
objek/situasi, yang mempunyai hubungan simbolik dengan hal
tersebut, Menghindari konflik yang direpres. Cara ego untuk
mcnghadapi masalah yang sesungguhnya konflik pada masa kanak-
kanak yang direpres. Teori Behavioral: hasil belajar kondisioning kfasik,
kondisioning operan, modeling.

Penyebab: Psikoanalitik: konflik antara impuls id dan ego yang tidak


disadari. Impuls itu seksual atau agresif → ingin keluar, dihalangi →
tidak disadari → cemas. Teori belajar: kondisioning klasik dari rangsang
luar. Kognitif behavioral: memfokus kontrol dan ketidakberdayaan.

Terapi: psikomatis sama dengan fobia.


5. Gangguan Panik
Tanda-tanda: sekonyong-sekonyong\sesak nafas, detak jantung keras, sakit di
dada, merasa tercekik, pusing, berpeluh, bergetar, ketakutan yang sangat akan
teror, ketakutan akan ada hukuman.

Depersonalisasi dan derealisasi: perasaan ada di luar badan, merasa dunia tidak
nyata, ketakutan kehilangan kontrol, ketakutan menjadi gila, takut akan mati. T
erjadinya: sering, sekali seminggu atau lebih sering. Beberapa menit.
Dihubungkan dengan situasi khusus, misalnya mengendarai mobil. Laki-laki 0,7 %,
wanita 1%. 4 kali serangan panik dalam 4 minggu,

Satu serangan diikuti ketakutan terjadinya serangan lagi paling sedikit 1 bulan.
Serangan panik dapat diikuti agorafobia, 80% penderita panik juga menderita
gangguan kccemasan yang lain.
Sering juga ada depresi. Sering penyebabnya gangguan fisiologis, misalnya
gangguan jantung.

Penderita panik sering merasa bahwa penyakitnya parah → menyebabkan panik.


2. Obsesif Kompulsif
Seperti contoh Kasus dibawah ini:

X adalah seorang remaja madya yang saat ini sedang sekolah disuatu SMA Negeri. Sudah
beberapa hari ini ia mempunyai kebiasaan aneh yang tidak bisa ia hentikan.
Kebiasannya adalah mencuci tangannya lebih dari 10x dalam satu hari.
Teman-temannya juga heran mengapa ia berperilaku seperti itu. Ketika ia berkonsultasi kepada
psikolog sekolahnya ia baru tahu apa yang terjadi padanya.
Psikolog menanyainya apa yang menyebabkannya seperti itu, lalu X mulai menceritakan
kejadian apa yang sebenarnya ia lakukan. X adalah kakak dari A. Saat kecil keduanya pernah
bertengkar, X tanpa sengaja mengambil gunting dan menorehkannya ke lengan adiknya,A.
akibatnya lengan A terluka dan menyebabkannya cacat. peristiwa ini membuatnya bersalah dan
ia terus menerus memikirkan kesalahannya ini (obsesif), dan tiap kali ia mengingatnya ia akan
mencuci tangannya berulang-ulang.

Berdasarkan cerita diatas, OBSESIF adalah pemikiran yang berulang dan terus-menerus.
Sedangkan KOMPULSIF adalah pelaksanaan dari pemikirannya tersebut.
Perilaku ini merupakan ritual pembebasan dari dosa pada orang tersebut. dengan mencuci
tangan ia berharap bisa membersihkan dari dosa yang telah ia perbuat.
OBSESIF KOMPULSIF ini biasanya cenderung pada perilaku bersih-bersih.

Perilaku seperti ini sebenarnya banyak terjadi pada lingkungan kita tetapi, kita kadang malah
menganggap perilaku ini wajar.
• Obsesi: pikiran yang berkali-kali datang yang mengganggu -
tampak tidak rasional - tidak dapat dikontrol → mengganggu
hidup. dapat berbentuk keragu-raguan yang ekstrim,
penangguhan tidak dapat membuat keputusan.pasien tidak
dapat mengambil kesimpulan.

KOMPULSI: impuls yang tidak dapat ditolak mengulangi


tingkah laku ritualistik berkali-kali. Kompulsi sering
berhubungan dengan kebersihan dan keteraturan. Penderita
merasa apa yang dilakukannya asing.
Bentuk Obsesif / Kompulsif dan Penyebab
Ada 5 bentuk obsesi:
1. Kebimbangan yang obsesif: pikiran bahwa suatu tugas yang telah selesai tidak secara
baik (75% dari pasien). 
2. Pikiran yang obsesif: pikiran berantai yang tidak ada akhirnya. Biasanya fokus pada
kejadian yang akan datang (34% dari pasien).
3. Impuls yang obsesif; dorongan untuk melakukan suatu perbuatan (17%).
4. Ketakutan yang obsesi kecemasan untuk kehilangan kontrol dan melakukan sesuatu
yang memalukan (26%)
5. Bayangan obsesif: bayangan terus menerus mengenai sesuatu yang dilihat (7%).
Ada 2 macam Kompulsif
6. Dorongan kompulsif yg memaksa suatu perbuatan: melihat pintu berkali-kali (61%). 
7. Kompulsi mengontrol: mengontrol dorongan kompulsi (tidak menuruti dorongan
tersebut): mengontrol dorongan dengan berkali-kali menghitung sampai 10.

PENYEBAB:
• Psikoanalitik: fiksasi masa anal. Adler: anak terhalang mengembangkan kompetensinya
→ rendah diri → secara tidak sadar mengembangkan ritual yang kompulsif untuk
membuat daerah yang dapat dikontrol dan merasa mampu → membuat orang tersebut
merasa menguasai cara menguasai sesuatu.
Teori Belajar: Kondisioning operan. Tingkah laku yang dipelajari yang dikuatkan akibat-
akibatnya. Terapi sama dengan fobia dan GAD.

3. Post Traumatik-Stress Disorder (PTSD/ Gangguan Stress Pasca Trauma)

PTSD merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatik yang biasanya dialami oleh veteran perang
atau orang-orang yang mengalami bencana alam. PTSD biasnya muncul beberapa tahun setelah
kejadian dan biasanya diawali dengan ASD, jika lebih dari 6 bulan maka orang tersebut dapat
mengembangkan PTSD.
• Simtom dan diagnosis: Akibat kejadian traumatik atau bencana yang tingkatnya sangat buruk:
perkosaan, peperangan, bencana alam, ancaman yang serius terhadap orang yang sangat dicintai,
melihat orang lain disakiti atau dibunuh. Akan berakibat tidak dapat konsentrasi, mengingat, tidak
dapat santai, impulsif, mudah terkejut, gangguan tidur, cemas, depresi, mati rasa; hal-hal yang
menyenangkan tidak menarik lagi, ada perasaan asing terhadap orang-lain dan yang lampau. Kalau
trauma dialami bersama orang lain, dan yang lain mati: ada rasa bersalah, sering terjadi mimpi
buruk atau gangguan tidur.

Gangguan pasca trauma dapat akut, kronis atau lambat, trauma akibat orang, perang, serangan fisik
atau penganiayaan berlangsung lebih lama daripada trauma setelah bencana alam. Simtom
memburuk jika dihadapkan kepada situasi yang mirip. Dapat terjadi pada anak dan orang dewasa.
Simtom pada anak: mimpi tentang monster atau perubahan tingkah laku. Riwayat psikopatologi
pada keluarga memegang peranan penting

Perlakuan: Dapat melalui terapi kelompok. Dengan cara ini penderita mendapatkan support dari
teman-temannya.
4. GAD (Generalized Anxiety Desease:
Gangguan Kecemasan Tergeneralisasikan)
• Tanda-tanda: kecemasan kronis terus menerus rnencakup situasi
hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial).
• Ada keluhan somatik: berpeluh, merasa panas, jantung berdetak
keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin,
tangan basah, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat,
sesak nafas, hiperaktivitas sistem saraf otonomik.
• Merasa ada gangguan otot: ketegangan atau rasa sakit pada otot
terutama pada leher dan bahu, pelupuk mata berkedip terus,
bcrgetar, mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah
terkejut, gelisah, sering berkeluh.
• Cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas
akan mendapatkan.serangan jantung, cemas akan mati. Sering
penderita tidak sabar, mudah marah, tidak dapat tidur, tidak
dapat konsentrasi.
PENDEKATAN PERSPEKTIF TEORITIS
• Pada kategori diagnostic utama psikopatologi secara garis besar di bagi
menjadi dua bagian yaitu neurosis dan psikosis. Neurosis merupakan
penyakit mental yang belum begitu menghawatirkan karena baru masuk
dalam kategori gangguan-gangguan, baik dalam susunan syaraf maupun
kelainan prilaku, sikap dan aspek mental lainnya. Dan gangguan kecemasan
merupakan psikopatologi yang neurosis.

Kecemasan memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan


kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan
(Davison & Neale,2001, Kaplan, Sadock, & Grebb 1994) mengemukakan takut
dan cemas merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya
suatu bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas, berasal
dari lingkungan dan tidak menimbulkan konflik bagi individu sedangkan
kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau
menyebabkan konflik bagi individu. Menurut Davison & Neale,2001
gangguan cemas berbeda dengan kecemasan normal dalam hal intensitas
durasi serta dampaknya bagi individu
Berdasarkan sumbernya, Freud membedakan kecemasan
menjadi dua yaitu kecemasan realitas dan kecemasan neurotic.
• Kecemasan realitas adalah yang berasal dari kecemasan yang
nyata, sedangkan
• Kecemasan neurotic yang berasal dari motif dan konflik yang
tidak disadari.
Freud berpendapat kecemasan neurotic muncul dari konflik
intrapsikis, misalnya yang dijelaskan pada fobia ketika dorongan
id (seks & agresi) bertentangan dengan tuntutan super ego atau
dapat dikatakan dorongan id berlawanan dengan tuntutan
lingkungan eksternal, sehingga untuk menghindari sumber
kecemasan internal tersebut ego mengalihkannya ( melakukan
displacement) kepada ancaman yang obyeknya bisa diperoleh
dari lingkungan.
• Sebagaimana yang dikutip oleh Kaplan, Sadock, & Grebb (1994)
mengemukakan bahwa fungsi utama dari kecemasan adalah memberi
tanda kepada ego bahwa dorongan terlarang yang berasal dari ketidak
sadaran akan muncul ke kesadaran. Dan fobia adalah hasil dari upaya
untuk menghindar dari konflik yang direpres, dan kecemasan yang
timbul dialihkan pada obyek atau situasi yang memiliki hubungan
simbolik dengannya (yaitu stimulus yang ditakuti).
• Sedangkan pada gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety
disorder), dalam sudut pandang psikoanalisa bersumber dari konflik
tidak sadar antara ego dan impuls dari id, yaitu ego yang menahan
untuk memenuhi dorongan karena karena khawair dengan hukuman
yang diterima. Konflik antara id dan ego ini berlangsung secara terus
menerus, dan penderita tidak mampu memindahkannya pada obyek
tertentu seperti pada fobia, hal ini menjadikan kecemasan muncul
hamper setiap saat.
Gejala Cemas  Defans
Perthnan thdp Konflik
• Dalam pandangan Psikodinamika modern sepakat pada
pandangan Freud tentang gejala kecemasan merupakan
pertahanan terhadap konflik  sumber kecemasan tidak
terbatas pada dorongan biologis saja melainkan mencakup
tuntutan dan frustasi yang berasal dari lingkungan social dan
hubungan interpersonal.
Misalnya seseorang yang tak berani berbicara didepan umum,
sumber masalahnya menurut teori ini adalah berasal dari
perasaan rendah dirinya. Orang dengan kepercayaan diri yang
rendah akan merasa cemas pada situasi dimana dia bisa dilihat,
dinilai atau dikritik orang lain, dan dia akan cenderung
menghindari situasi tersebut. Psikodinamika berasumsi bahwa
bahwa gejala kecemasan hanyalah indicator adanya masalah
yang lebih mendalam dan tidak disadari.
Behaviorisme
• Behaviorism lebih menekankan pada perilaku maladaptive
tersebut, perilaku maladaptive seperti gangguan fobia dapat
dijelaskan dengan prinsip belajar, antara lain:
1. UCS → CS → UCR
2. Modelling --- Ketakutan yang dipelajari atau didapat dari
instruksi verbal/deskripsi dari orang lain.
3. Devisit dalam ketrampilan social
• Dalam teori ini dikatakan bahwa salah satu yang merupakan
penyebab kecemasan adalah kurangnya ketrampilan social.
Teori Kognitif
• kecemasan berhubungan dengan kecenderungan untuk lebih
memperhatikan stimulus negatif, menginterpretasikan
informasi yang ambigu sebagai ancaman dan percaya bahwa
peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan akan terjadi lagi
dimasa mendatang
(Matthew dan Mc Leod dalam
Davison & Neale, 2001).
Terapi Gangguan Kecemasan
1. Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi
yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego
untuk membiarkannya tetap terepresi.
Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien
merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka.
Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari
menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian
ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang
lebih kreatif dan memberi peningkatan.
Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih
menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan
hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau.
Selain itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan
tingkah laku yang lebih adaptif.
2. Pendekatan-Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu
berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya.
Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self
seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya
mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapis-terapis
humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan
mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan
mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien
menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka
yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan
bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan
kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3. Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan
untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya
golongan benzodiazepine, Valium dan Xanax (alprazolam).
Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan,
tetapi dapat mengakibatkan depensi fisik.
Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan
antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi.

4. Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan
belajar telah banyak dibenarkan oleh beberapa riset. Inti
dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu
individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi
yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut.
Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya:
a. Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak
demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi
pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk
menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual  penanganan agorafobia.
Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi
stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika
dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan
tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar.
Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama.
Cara Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan:
b. Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya.
biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c. Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan
dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk
menghadapinya sendiri.
 
d. Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku
rasional-emotif, terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan
fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-
penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang
tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah
menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi
kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional.
Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada
seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya
dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang
sisa hidup mereka.
Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis
dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi
secara rasional.
Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu
proses dimana terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan
mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi
situasi pembangkit kecemasan.
e. Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti
pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi
kognitif.
Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji
dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial,
gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan
menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan
panik.
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka
selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap
menarik dukungan langsung sehingga klien mampu
menghadapi sendiri situasi tersebut.
Modul Kecemasan / 2012

Anda mungkin juga menyukai