Anda di halaman 1dari 26

DIREKTORAT PENYEHATAN LINGKUNGAN

Beberapa Isu …..


Small-scale incinerator dengan suhu di bawah 8000C, dapat menimbulkan
produksi dioksin, furan dan polutan toksik sebagai emisi dan atau fly ash
(WHO, 2000)
Fasilitas pelayanan kesehatan berperan atas 5% merkuri yang dibuang
bersama limbah cair (WHO, 1999)
Setiap tahun 7,41 ton merkuri dari dental amalgam dibuang ke sewer,
atmosfir dan tanah. 11,5 ton didaurulang atau dibuang bersama limbah
klinis (OSPHAR Commission UK, 2000)
Merkuri yang terkandung di dalam dental amalgam, peralatan medis &
laboratorium merupakan 53% dari total emisi merkuri (OSPHAR
Commission UK, 2000)
Proporsi fasyankes yang tidak menggunakan metode pembuangan limbah
B3 dengan baik pada 22 negara berkembang berkisar antara 18% sampai
dengan 64% (WHO, 2002)
Sekitar 49% rumah sakit di Indonesia menggunakan INCINERATOR,
sebagian besar dengan suhu kurang dari 8000C
LATAR BELAKANG
BARANG :
Bahan Barbahaya dan Beracun
(B3)

Karena faktor :
- Sifat LIMBAH :
- Konsentrasi Bahan Barbahaya dan Beracun
(B3)
- Jumlah

DAMPAK :
Diperlukan :
KESEHATAN
PENGELOLAAAN
MANUSIA dan
YANG MEMENUHI
PENCEMARAN
SYARAT
LINGKUNGAN
HIDUP
PENGERTIAN

1. Limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan


2. Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau
konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup
dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya ( PP No. 18
Tahun 1999)
PENGERTIAN
3. Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang
mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan
limbah B3 ( PP No. 18 Tahun 1999)
SUMBER DAN KARAKTERISTIK LIMBAH B3 RS
GAS (PP
41/1999)
SESUAI BAKU
MUTU EMISI
PENANGKAP DEBU
(INCINERATOR DLL)

DEBU/PARTIKEL AIR LIMBAH

BAHAN PROSES PRODUK


BAKU PELAYANAN JASA
YANKES

IPAL AIR LIMBAH (PP


NO. 82/2001)
LIMBAH DEBU LIMBAH PADAT
SLUDGE

SESUDAH
DIOLAH
LIMBAH B3 (PP 18/1999 JO. PP 85/1999)
Dasar Hukum Pokok Pengelolaan
Limbah B3 Rumah Sakit
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
Yentang Keselamatan kerja
2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
3. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999
Junto PP Nomor 85 Tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan berbahaya dan
Beracun
4. Keputusan Menkes Nomor: 1204/
Menkes/XI/2004 Tentag Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Karakteristik Limbah B3

1. Mudah meledak
2. Mudah terbakar
3. Reaktif
4. Beracun
5. Menyebabkan infeksi
6. Korosif
7. Limbah lain yang apabila diuji dengan
metode toksikologi memiliki LD50 di
bawah nilai ambang batas yang telah
ditetapkan
Kategori Limbah B3 Spesial
• Peralatan yang mengandung elemen merkuri, meliputi
thermostat, switch, thermometer, manometer, barometer, anti-
locking braking systems (ABS), spygmomanometer, gas flow
regulator dan hydrometer

• Pestisida
• Antifreeze, mikstur ethylene glycol atau propylene glycol yang
digunakan sebagai cairan untuk transfer panas atau cairan
dehydrasi
• Battere, meliputi spent dry cell dan lead-acid batteries

• Special di antaranya limbah berbahaya korosif padat, meliputi


SodaSorb™ dan BaraLyme™ dari anesthesiologi)
Kategori Limbah B3 Spesial
Gas Anestetik
Nitrous oxyde dan Halothane agen terhalogenasi (Fluothane), enflurane
(Ethrane), isoflurane (Forane) digunakan sebagai anestetis inhalasi

Solvent
Solvent di kegiatan medis meliputi:
1) terhalogenasi seperti methylene chloride, chloroform, freon,
trichloroethylene dan 1.1.1.-trichloromethane
2) non halogenasi seperti xylene, acetone, ethanol, isopropanol,
methanol, toluene,dll

Kimia Fotografik
Cairan fotografik yang digunakan pada X-ray terdiri atas 2 bagian, yakni
FIXER (5-10% hydroquinon, 1-5% Potessium hydroxide dan kurang dari
1% silver)) dan DEVELOPER (45% Glutaraldehyde)
Sumber MERKURI dan B3 di Rumah Sakit
Memang Dirancang
(Intentional)
• Thermometers
• Sphygmomanometers
• Thermostats
• Dental amalgams
• Medical devices
• Lab chemicals
• Preservatives
• Batteries, fluorescent lamps

Tidak Terencana
(Unintended)
• Bleaching agents
• Soaps & detergents
• Water treatment chemicals
– sodium hydroxide
– sulfuric acid
Limbah B3 : MUDAH MELEDAK
1. Pada suhu dan tekanan standar (25°C, 760
mm Hg) dapat meledak, atau
2. Melalui reaksi kimia dan atau fisika apat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan
tinggi yang dengan cepat dapat merusak
lingkungan sekitarnya
3. Contoh : Gas elpiji, Gas medis, Tabung
boiler (bejana bertekanan), sisa bahan kimia
tertentu dll
Limbah B3 : MUDAH TERBAKAR
1. Cairan mengandung alkohol kurang dari 24%
volume, dan atau pada titik nyala tidak lebih dari
60o (140 ° F) akan menyala apabila terjadi kontak
dengan api atau sumber nyala lain pada tekanan
udara 760 mm Hg
2. Bukan berupa cairan : yang pada temperatur dan
tekanan standar (25° C, 760 mm Hg) dapat mudah
menyebabkan kebakaran melalui gesekan,
penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran terus menerus
3. Contoh : bensin bekas, solar bekas, klorin,
limbah alkohol, acetylene, spiritus, bahan
kimia kadaluwarna tertentu dll
Limbah B3 : REAKTIF
1. Umumnya berupa limbah bahan kimia bekas
yang bersifat tidak stabil
2. Limbah ini bersifat oksidator , bereaksi bila
bersenyawa dengan udara, air, bahan kimia lain
dll
3. Akibat sifat reaktifnya, limbah ini bisa
menimbulkan kebakaran, ledakan, korosif dll
4. Contoh : limbah asam sulfat, asam nitrat,
kaporit (caoCl2) dll
Limbah B3 : BERACUN
1. Mengandung pencemar yang bersifat racun bagi
manusia atau lingkungan yang dapat
menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk kedalam tubuh melalui
pernafasan, kulit atau mulut
2. Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah
ini dapat menggunakan baku mutu konsentrasi
TCLP (Tocicity Characteristic Leaching
Procedure)
3. Contoh : Pestisida (pest control), kaporit,
logam berat di bahan kimia, dioxin pada asap
incinerator, air lindi sampah dll
Limbah B3 : INFEKSIUS

1. Bagian tubuh manusia yang diamputasi


dan cairan dari tubuh manusia yang
terkena infeksi
2. Limbah dari laboratorium atau limbah
lainnya yang terinfeksi kuman penyakit
menular
3. Contoh : limbah medis, sisa spesimen
laboratorium, limbah lab pathologi
anatomi dll
Limbah B3 : KOROSIF
1. Menyebabkan iritasi pada kulit
2. Menyebabkan proses pengkaratan pada
lempeng baja dengan laju korosi lebih
besar dari 6,35 mm/tahun dengan
temperatur pengujian 55o C
3. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2
untuk limbah bersifat asam dan sama atau
lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat
basa
4. Contoh : Asam sulfat, uap kaporit, soda
kaustik, asam nitrat dll
Dampak Limbah B3 Pada Manusia
1. Mencelakakan manusia dengan segera dan
secara langsung seperti kebakaran atau
terkena ledakan
2. Meracuni tubuh manusia melalui mulut,
kulit dan pernapasan. Racun dapat bersifat
akut atau kronis
3. Beberapa senyawa kimia yang bersifat
racun pada tubuh manusia :
• Oksida-oksida karbon, seperti CO, CO2
• Asam sianida (HCN)
• Senyawa sulfur, seperti H2S, SO2
• Oksida-oksida nitrogen, seperti N2O,
NO2, N2O4
Sistem Keamanan Limbah B3
1. Memiliki sistem penjagaan 24 jam
2. Mempunyai pagar pengaman atau penghalang lain
yang memadai
3. Mempunyai tanda yang mudah terlihat dari jarak 10
meter
4. Mempunyai penerangan yang memadai disekitar
lokasi
Sistem Pencegahan Kebakaran
Akibat Limbah B3
1. Memasang sistem arde (Electronic-Spark Grounding)
2. Memasnag tanda peringatan dari jarak 10 meter
3. Memasang peralatan pendeteksi bahaya kebakaran outomatis
selama 24 jam :
• Alat deteksi peka asap (smoke sensing alarm)
• Alat deteksi peka panas (heat sensing alarm)
4. Tersedia sistem pemadam kebakaran
5. Jarak atau loring antara kontainer 60 cm
6. Jarak antara bangunan yang memadai bagi kendaran
pemadam kebakaran
Sistem Pencegahan Tumpahan Limbah B3

1. Harus mempunyai rencana, dokumen dan petunjuk teknis


operasi pencegahan tumpahan limbah
2. Pengawasan harus dapat mengidentifikasi setiap kelainan
yang terjadi, seperti : kerusakan, kelalaian operator,
kebocoran, tumpahan dll
3. Penggunaan bahan penyerap yang sesuai :
• Absorben (serbuk gergaji dll)
• Air dll
Sistem Penanggulangan Keadaan darurat
Limbah B3
1. Ada koordinator penaggulangan keadaan darurat
2. Jaringan komunikasi atau pemberitahuan kepada:
• Tim penanggulangan keadaan darurat
• Dinas pemadam kebakaran
• Pihak kepolisian
• Ambulans dan pelayanan kesehatan (IGD)
• Aparat pemerintah terkait
3. Memiliki prosedur evakuasi
4. Mempunyai peralatan penaggulangan keadaan darurat
PRIN Mencegah risiko kesehatan terkait dengan pemajanan
terhadap petugas limbah layanan kesehatan dan
SIP masyarakat melalui promosi kebijakan manajemen
KEBIJ limbah pelayanan kesehatan yang ramah lingkungan
Mendukung upaya global untuk mereduksi jumlah
AKA pembuangan emisi NOx ke atmosfir untuk mereduksi
N penyakit dan menunda serangan perubahan global
Mendukung Stockholm Convention atas Persistent
Organic Pollutants (POPs)
Mendukung Basel Convention atas limbah berbahaya
dan limbah lain
Mereduksi pemajanan polutan toksik terkait proses
pembakaran melalui promosi praktek yang memadai
terhadap insinerasi suhu tinggi
PRIN The Polluter Pays Principle
Semua penghasil limbah secara hukum & finansial
SIP bertanggung jawab menggunakan metode pengelolaan limbah
PEN yang aman dan ramah lingkungan
GEL The Precautionary Principle
OLA Prinsip kunci yang mengatur perlindungan kesehatan &
keselamatan melalui upaya penanganan yang secepat mungkin
AN dengan asumsi risiko yang dapat terjadi cukup signifikan

The Duty of Care Principle


Prinsip kewaspadaan bagi yang menangani atau mengelola
karena secara etik bertanggung jawab untuk menerapkan
kewaspadaan tinggi

The Proximity Principle


Prinsip kedekatan dalam penanganan limbah berbahaya untuk
meminimalkan risiko pada pemindahan
STRATEGI SOLUSI
Mendorong terselenggaranya pengelolaan limbah di institusi
yang berbasis minimisasi limbah
Mendorong pengembangan pengelolaan limbah medis
terpusat skala wilayah
Mendorong pengembangan teknologi alternatif non
insinerasi yang efektif & efisien
Mengembangkan koordinasi Lintas Sektor/Lintas Program
dalam PEMBINAAN dan PENGAWASAN pengelolaan
limbah medis melalui pembentukan FORUM di tingkat
Pusat, provinsi maupun Kabupaten/Kota
Mendorong peran swasta dalam pengembangan Extended
Producer Responsibility (EPR) maupun pengolahan limbah
medis terpusat

25
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai