4 Hujan-Presipitasi
4 Hujan-Presipitasi
Hujan Siklonik
Hujan Konvektif
Hujan Orografik
15
10
10 11 12 13 14 15 16 t (jam)
R (mm)
150
100
50
0 t (bulan)
J P M A M J J A S O N D
Prosedurnya adl sbb (7 langkah):
Hitung tot hujan utk n penakar hujan
Hitung rata2 aritmatik hujan di daerah aliran
Hitung juml dr kuadrat utk n data hujan
Hitung variansnya
Hitung koefisien variasinya
Juml penakar hujan yg optimum N yg
diperlukan utk memperkirakan hujan rata2
dgn % kesalahan (p)
Jumlah penakar hujan yg hrs ditambahkan
Contoh soal lihat Sholeh (h.34)
Cara rata2 aritmatik
Cara rasio normal
Cara korelasi
Penyebab:
Stasiun hujan dipindah
Tipe penakar hujan diganti
2500
90 91 92 93 94 95 96 97 98
Disebut tahun basah apabila kemiringan mass curve
> kemiringan massa hujan rata2, begitu pula
sebaliknya
Bulan basah (100 mm <…)
Bulan kering (…< 60 mm)
Bulan normal (60 – 100 mm)
Konsentrasi hujan yg berbeda tiap2 jamnya
Berlangsung setiap hari dalam satu bulan
CARA ARITHMATIC MEAN
CARA THIESSEN POLYGON
CARA ISOHYET
Dipakai pd daerah yg datar
Banyak stasiun penakar hujan
Curah hujan bersifat uniform
R = 1/n . (R1 + R2 + R3 + … + Rn)
dimana:
R = tinggi hujan rata2 daerah aliran (area
rainfall)
R1,R2,R3,…,Rn = tinggi hujan masing2 stasiun
(point rainfall)
n = banyaknya stasiun hujan
Tdp faktor pembobot (weighing factor) /
koefisien Thiessen
Besar faktor pembobot tgt luas daerah yg
diwakili sta yg dibatasi oleh polygon2 yg
memotong tegak lurus pd tengah2 grs
penghubung
R = A1/A .R1 +…+ An/A . Rn
dimana:
A = luas daerah aliran
Ai = luas daerah pengaruh stasiun i
Ri = tinggi hujan pd stasiun i
Isohyet: grs yg menunjukkan tinggi hujan yg
sama
Isohyet diperoleh dgn cara interpolasi harga2
tinggi hujan local (point rain fall)
Besar hujan antara 2 isohyet: R1,2 = ½(I1 + I2)
Hujan rata2 daerah aliran:
R = A1,2/A . R1,2+…+ An,n+1/A . Rn,n+1
dimana:
Ai,i+1 = luas antara isohyet I1 dan I1+1
Ri,i+1 = tinggi hujan rata2 antara isohyet I1 dan
I1+1
Intensitas: kemiringan dr grafik pencatatan
hujan (harga tangen)
I = R/t
dimana:
I = intensitas hujan dlm mm/jam
R = hujan selama interval (mm)
t = interval waktu (jam)
Pola intensitas = hyetograph (gambar 4.16,
Sholeh, h.43)
Uniform pattern
Advanced pattern
Intermediate pattern
Deleyed Pattern
Gambar 4.17, Sholeh, h.44
Talbot (1881)
Sherman (1905)
Ishigoro (1953)
Mononobe
Utk perumusan intensitas memerlukan data
hujan jam-jaman hingga 24 jam
Data hujan harian tdk bs digunakan
Utk hujan dgn waktu < 2 jam
I = a /(t + b)
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = waktu hujan (jam)
a,b = konstanta tgt kead setempat
Utk hujan dgn waktu > 2 jam
I = c / tn
dimana:
c,n = konstanta yg tgt kead setempat
Utk data hujan harian
I = R24/24 . (24/t)m
dimana:
I = intensitas hujan (mm/jam)
R24 = tinggi hujan max dlm 24 jam (mm)
t = waktu hujan (jam)
m = konstanta (2/3)
Baca juga Sosrodarsono, Suyono (2006)
Hidrologi untuk pengairan, hal 32-36
Tinggi hujan :
Waktu 1-10 hari
Waktu 1-24 jam
Waktu 0-1 jam
Menggunakan perumusan Haspers
100.R/R24 = 362 log (t+6) – 206
dimana:
t = banyaknya hari hujan
R = tinggi hujan (mm)
R24 = tinggi hujan dlm 24 jam
100.R/R24 = dlm prosentase
(100.R/R24)2 = 11300.t/(t + 3,12)
dimana:
R, R24 dlm mm
t dlm jam
100.R/R24 = dlm prosentase
R = a.R24 / (R24 + b)
dimana:
R, R24 dalam mm
a,b = konstanta utk hujan dg waktu ttt spt pd
tabel 4.7, Sholeh hal 48
Adalah: kemungkinan tjdnya / dilampauinya
suatu tinggi hujan ttt dlm massa ttt pula yg
jg disebut sbg massa ulang (return period)
Frekuensi hujan dpt berupa harga2 tinggi
hujan max dan tinggi hujan min
Tinggi hujsn ekstrim max dan min didapatkan
melalui pendekatan statistik
Diperlukan utk perenc bangunan air, proyek2
pengemb SDA, gorong2, saluran irigasi, sal
drainase, dll
Tinggi hujan renc diambil yg mendekati
tinggi hujan ekstrim max, shg resiko kecil
Murni D., Sri (1976), Hidrologi I, Jakarta:
Fakultas Teknik UI
Sholeh, M (1984), Diktat Hidrologi, Surabaya:
Teknik Sipil ITS
Sosrodarsono, Suyono & Takeda, Kensaku
(2006), Hidrologi untuk Pengairan, Jakarta:
Pradnya Paramita
Wilson (1974), Engineering Hidrology,
Macmilan