Penyelesaian Sengketa Ekonomi Internasional Black White Full Complete
Penyelesaian Sengketa Ekonomi Internasional Black White Full Complete
Konsultasi
• fungsi utama untuk mencegah timbulnya suatu sengketa.
• Berbagai perjanjian internasional bidang hukum ekonomi internasional
menggunakan cara konsultasi sebagai pangkal awal dalam proses untuk
menyelesaikan suatu persoalan.
Fact Finding atau Iquiry
• metode penyelesaian sengketa yang digunakan dengan cara
mendirikan sebuah komisi atau badan untuk mencari dan
mendengarkan semua bukti-bukti yang bersifat internasional, yang
relevan dengan permasalahan.
• Dengan dasar bukti-bukti dan permasalahan yang timbul, badan ini
akan dapat mengeluarkan sebuah fakta yang disertai dengan
penyelesaiannya.
• Tujuan utama memberikan laporan kepada para pihak mengenai
fakta yang ada,
• Beberapa tujuan lain :
• Membentuk suatu dasar penyelesaikan sengketa antar dua
negara;
• Mengawasi pelaksanaan suatu perjanjian internasional;
• Memberikan informasi guna membuat putusan ditingkat
internasional
Jasa-jasa Baik
• suatu cara penyelesaian sengketa melalui bantuan pihak ketiga.
• Pihak ketiga ini akan berupaya agar para pihak yang bersengketa
dapat menyelesaikan sengketanya melalui negosiasi.
• Syarat mutlak dalam penyelesaian sengketa ini adalah
kesepakatan para pihak yang dapat menjadi pihak ketiga adalah
terbatas kepada negara dan organisasi internasional saja.
• Fungsi utama mempertemukan para pihak agar mereka mau
bertemu, duduk bersama dan bernegosiasi atau yang dikenal
dengan fasilitator.
• Keikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian sengketa dapat
bersumber dari :
• Atas permintaan para pihak;
• Atau berdasarkan inisiatif pihak ketiga itu sendiri yang
menawarkan jasa-jasa baiknya guna menyelesaikan sengketa.
Mediasi
• suatu cara penyelesaian sengketa melalui pihak ketiga, yang dapat berupa
negara, organisasi internasional maupun individu, dan pihak ketiga ini
dinamakan mediator
• Fungsi utamanya mencari solusi (penyelesaian) mengidentifikasi, hal-hal
yang dapat disepakati para pihak serta membuat usulan-usulan yang dapat
mengakhiri sengketa, bersifat informal dan aktif.
• Para pihak bebas untuk menentukan prosedur, yang terpenting adalah
kesepakatan para pihak, mulai dari proses pemilihan mediator, cara mediasi,
diterima atau tidaknya usulan-usulan yang diberikan oleh mediator, sampai
berakhirnya tugas mediator
Konsiliasi
• cara penyelesaian sengekata yang sifatnya lebih formal
• suatu cara penyelesaian sengeketa oleh pihak ketiga atau suatu komisi
konsiliasi yang dibentuk oleh para pihak.
• Komisi tersebut ada yang sudah terlembaga namun ada juga yang bersifat ad-
hoc.
• Fungsi untuk menetapkan persyaratan-persyaratan penyelesaian yang
diterima oleh para pihak. Namun putusanya tidak mengikat para pihak
Arbitrase
• Penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang netral
nserta putusan yang dkeluarkan bersifat final and binding.
• Arbitrase bisa mendasarkan keputusannya pada ketentuan hukum atau
juga mendasarkan pada kepantasan dan kebaikan.
• Pihak yang diberi kepercayaan untuk menyelenggarakan ini disebut
arbitator, yang bisa dibentuk berdasarkan persetujuan khusus dari pihak-
pihak yang bersengketa atau melalui perjanjian arbitrase yang ada.
• Penyerahan suatu sengketa kepada arbitrase dapat dilakukan melalui :
• Clausul compromisse, pembuatan klausula aribitrase dalam suatu
perjanjian sebelum sengketa itu lahir;
• Akta compromise, penyerahan kepada arbitrase setelah sengketa itu
lahir.
• Putusan arbitrase bersifat mengikat dan final, artinya upaya banding oleh
suatu pihak tidak dimungkinkan.
• Namun apabila ada beberapa putusan arbitrase yang masih
memungkinkan pembatalan terhadap putusan arbitrase.
Pengadilan Internasional
• Pengadilan Permanen
• penyerahan sengketa ekonomi internasional kepada
pengadilan internasional permanen kurang begitu
diminati oleh negara-negara.
• Pengadilan Ad Hoc
• Dibandingkan dengan pengadilan permanen,
pengadilan ad hoc atau khusus ini lebih populer,
terutama dalam kerangka suatu organisasi ekonomi
internasional.
• Badan pengadilan ini berfungsi cukup penting dalam
menyelesaikan sengketa-sengketa yang timbul dari
perjanjian-perjanjian ekonomi internasional.
REFERENSI
• Panel Report
KTC telah melanggar ketentuan WTO dalam hal penentuan margin
dumping bagi beberapa perusahaan Indonesia.
Korea Selatan telah melanggar ketentuan WTO dengan menolak data dari
dua perusahaan kertas Indonesia.
Dalam hal ini, Panel hanya memeriksa kasus hukum ekonomi berdasarkan
klaim utama yang diajukan oleh Indonesia.
Panel menolak permohonan Indonesia agar Panel membatalkan tindakan
antidumping yang dilakukan oleh Korea Selatan
Permasalahan Hukum
1. Bagaimana kesesuaian langkah penyelesaian
sengketa anti dumping yang dilakukan oleh
Indonesia dengan ketentuan GATT/WTO?
2. Bagaimana prosedur penetapan batas
margin Bea Masuk Anti Dumping yang
ditentukan oleh KTC ?
Pembahasan :
Peraturan Hukumnya
Pengaturan dalam GATT dan WTO
• article VI GATT yang terdiri dari 7 ayat yang menyebutkan :
• Article VI “Anti-dumping and Countervailing Duties”
Pengertian Dumping
• Menurut GATT/WTO
• Menurut Kamus Hukum
• Menurut praktek hubungan ekonomi internasional
Seandainya terjadi dumping yang less than fair value tetapi tidak menimbulkan
kerugian, maka dumping tersebut tidak dilarang oleh WTO
Hasil konsultasi tersebut tidak membuahkan hasil yang memuaskan kedua belah
pihak.
28 Oktober 2005, DSB WTO menyampaikan Panel Report ke seluruh anggota dan
menyatakan bahwa tindakan anti-dumping Korea Selatan tidak konsisten dan telah
menyalahi ketentuan Persetujuan Anti-Dumping
Kedua belah pihak yang bersengketa pada akhirnya mencapai kesepakatan bahwa
Korea harus mengimplementasikan rekomendasi DSB dan menentukan jadwal waktu
bagi pelaksanaan rekomendasi DSB tersebut (reasonable period of time/RPT).