Kebijakan SMM 2016 Bahan Konkuren Edit DS
Kebijakan SMM 2016 Bahan Konkuren Edit DS
3 30
DASAR HUKUM
KEBIJAKAN PENERAPAN SMM
1. UU NO. 18 TAHUN 1999 tentang Jasa Konstruksi
2. PP NO. 29 TAHUN 2000 tentang Penyelenggaraan Konstruksi jo. PP
Nomor 59 Tahun 2010
3. PERPRES 54 TAHUN 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
beserta peraturan perubahannya, dan terakhir kali adalah perubahan ke-4
yaitu PERPRES 04 TAHUN 2015
4. Peraturan Kepala LKPP Nomor 06 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis
Perpres Nomor 70 Tahun 2012
5. KEPMEN Kimpraswil 362/KPTS/M/2003 tentang Sistem Manajemen Mutu
Konstruksi Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah ---- yang
sekarang telah diganti oleh Permen PU No. 04/PRT/M/2009
6. PERMEN PU NO. 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen Mutu
Departemen Pekerjaan Umum
7. INPRES NO. 01 TAHUN 2010 dan PERPRES NO. 81 TAHUN 2010 tentang
Reformasi Birokrasi
4
1. UU. No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
Bab II - Azas dan Tujuan
Pasal 3
Tujuan :
8
UU. No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
Bab VI - Kegagalan Bangunan
Pasal 25
Pengguna Jasa dan Jasa Penyedia wajib bertanggung jawab atas kegagalan
bangunan.
Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan
akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.
Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
pihak ketiga, selaku penilai ahli.
Pasal 26
Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan perencana
atau pengawas konstruksi dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi
pihak lain, maka perencana atau pengawas konstruksi wajib bertanggung jawab
sesuai dengan bidang profesi dan dikenakan ganti rugi.
Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan pelaksana
konstruksi dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka
pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang usaha dan
dikenakan ganti rugi.
15
6
2. PP Nomor 29 Tahun 2000 jo. PP Nomor 59 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Pasal 31
• Kegagalan Pekerjaan Konstruksi : Hasil pekerjaan yang tidak sesuai
spesifikasi teknis sebagian atau seluruhnya Masa Konstruksi
Pasal 34
• Kegagalan bangunan : Keadaan bangunan yang tidak berfungsi dari
segi teknis, manfaat, keselamatan, kesehatan kerja atau keselamatan
umum Setelah Serah Terima Akhir
23
3. Peraturan Kepala LKPP No 06 Tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Perpres 70 Tahun 2012
3. Pedoman mutu ini mencakup 5 (lima) elemen utama, yaitu (1) pengendalian
dokumen dan data; (2) tanggung jawab manajemen; (3) manajemen sumber
daya;(4) pelaksanaan kegiatan; serta (5) pengukuran, analisa, dan peningkatan.
6. PERMEN PU No. 04/PRT/M/2009
tentang Sistem Manajemen Mutu ( SMM ) Dep. PU
Pasal 11
Pejabat Pembuat Komitmen memiliki tugas pokok dan
kewenangan di antaranya:
Menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa yang meliputi spesifikasi teknis
Barang/Jasa, HPS dan rancangan kontrak
Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh
dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
KEBIJAKAN MUTU
Adalah maksud dan arahan secara
menyeluruh sebuah organisasi yang
terkait dengan mutu, seperti yang
dinyatakan secara resmi oleh Manajemen
Puncak.
SISTEM MANAJEMEN MUTU
(SMM)
Adalah sistem manajemen organisasi untuk
mengarahkan dan mengendalikan
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dan
non konstruksi di setiap Unit Kerja/Unit
Pelaksana Kegiatan dan Penyedia Jasa
dalam pencapaian mutu
15 30
TUJUAN PENERAPAN SMM
1. Memberikan penjaminan pencapaian mutu
2. Selalu berorientasi memenuhi harapan pengguna
konstruksi
3. Mengeliminir terjadinya pengulangan/perbaikan
(efisiensi dari segi waktu dan biaya)
4. Tertib dokumentasi (untuk menelusuri kembali) -
As Built Drawings
5. Menciptakan suasana kerja yang kondusif
(melibatkan semua personil, adanya mekanisme kerja
yang jelas)
17
5 1&2
4 3
18
18
PENERAPAN SMM
(Permen PU NO. 4 Tahun 2009)
Seluruh Unit Kerja sesuai dengan tugas dan fungsinya wajib memahami
dan menerapkan SMM
Seluruh Satuan Kerja dan Unit Pelaksana Kegiatan (Pekerjaan
Konstruksi dan Non Konstruksi) di lingkungan Departemen sesuai
dengan tugas dan fungsinya wajib memahami dan menerapkan SMM
Penyedia Barang/Jasa di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum di
pusat maupun di daerah wajib memahami dan menerapkan SMM
Unit Kerja, Satuan Kerja dan Unit Pelaksana Kegiatan di lingkungan
Departemen baik di pusat maupun di daerah wajib melaksanakan
pengukuran kinerja penerapan SMM melalui Audit Internal
Unit Kerja, Satuan Kerja dan Unit Pelaksana Kegiatan baik di pusat
maupun di daerah wajib melakukan audit SMM terhadap kegiatan yang
dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa di lingkungan Departemen
PENERAPAN SMM oleh SATKER/PPK
Menyusun dan menerapkan Rencana Mutu Pelaksanaan Kegiatan (RMP);
Melakukan tinjauan pada RMP apabila terjadi perubahan persyaratan
pekerjaan, agar tetap memenuhi mutu yang dipersyaratkan;
Melakukan pengesahan ulang apabila terjadi perubahan RMP;
Mengesahkan Rencana Mutu Kontrak (RMK) penyedia barang/jasa setelah
disepakati dalam rapat pra-pelaksanaan (pre-construction meeting)/rapat
pendahuluan;
Memonitor, membina dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan sesuai RMK
untuk mencapai mutu yang dipersyaratkan;
Melakukan pembinaan dan menerapkan SMM secara konsisten di
lingkungan kerjanya;
Mengusulkan perubahan yang diperlukan dalam penerapan SMM; dan
Mengusulkan penyusunan prosedur/petunjuk pelaksanaan/instruksi kerja
kepada atasan langsungnya (Unit Kerja Eseelon II atau Eselon III yang
terpisah dari Eselon II-nya)
PENERAPAN SMM oleh PENYEDIA
BARANG/JASA
Membuat Rencana Mutu Kontrak (RMK) sebagai penjaminan
mutu pelaksanaan kepada Unit Pelaksana Kegiatan pada rapat
pra-pelaksanaan kegiatan (pre-construction meeting)/rapat
pendahuluan untuk mendapat pengesahan dari Satker/PPK;
Menerapkan dan mengendalikan pelaksanaan RMK secara
konsisten untuk mencapai mutu yang dipersyaratkan pada
pelaksanaan kegiatannya;
Melakukan tinjauan pada RMK apabila terjadi perubahan dalam
pelaksanaan pekerjaan yang meliputi persyaratan/ketentuan
/organisasi, agar tetap memenuhi mutu yang dipersyaratkan;
dan
Mengajukan usulan pengesahan ulang apabila terjadi
perubahan RMK
RUNTUHNYA GROGOL FLY OVER
(Maret 1996)
22
RUNTUHNYA GROGOL FLY OVER
(Maret 1996) 23 3
ROBOHNYA JEMBATAN KUTAI KERTANEGARA DI
KALIMANTAN TIMUR
(November 2011)
RUNTUHNYA KANOPI STADION TENIS DI RIAU
(September 2012)
RUNTUHNYA PLAT LANTAI PADA
PROYEK RUKO DI SAMARINDA
(Juni 2014)
Hasil observasi
Terdapat dua bangunan kembar yang
membujur dari utara ke selatan, 17 petak
ruko 3 lantai panjang 103 m, lebar 25 m
Pembukaan bekisting pada tiang/kolom di
lantai 2 pada kondisi masih basah dan
dalam keadaan retak retak. (Sumber
pekerja Sunarto - tidak berani melapor
kepada mandor karena takut.
Pekerja tidak dilengkapi APD dan shelter Bangunan (Rumah Kantor) yang runtuh
Pada struktur tidak ada dilatasi
Tidak ada Rambu-rambu maupun Alat
Pengaman Kerja mis: pagar pengaman
maupun jaring pengaman/safety net
PT. Varia Dwi Tunggal (penyedia jasa)
belum terdaftar menjadi anggota LPJKD
27
HARAPAN KE DEPAN
Contoh-contoh kondisi saat Ini Kedepan
MULUS
Oprit Rutuh Aspal Lantai Berlobang
Jembatan Rutuh
Sebelum dipakai