Anda di halaman 1dari 41

TATA LAKSANA KASUS

NON SPESIALISTIK DI
PUSKESMAS
Dr. HENNY NOVIANTI
PUSKESMAS SUNGAI BILU
ANEMIA

10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
Evaluasi klinis
 Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan selanjutnya setiap 1
bulan
 Evaluasi: respons pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada tidaknya
komplikasi penyakit, bila terdapat efek samping berat  Rujuk.
 Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisis

Evaluasi bakteriologi (0 - 2 - 6 /8 bulan pengobatan)


 Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
 Pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan mikroskopis: sebelum pengobatan, setelah 2 (dua)
bulan pengobatan dan pada akhir pengobatan
 Bila dahak tidak konversi  Rujuk.

10/10/2022
Evaluasi efek samping secara klinis
 Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal dan darah
lengkap
 Fungsi hati: SGOT, SGPT, bilirubin, fungsi ginjal: ureum, kreatinin, dan gula
darah, serta asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek samping
pengobatan
 Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid
 Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol (bila ada
keluhan)
 Pasien yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji keseimbangan dan
audiometri (bila ada keluhan)
 Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan pemeriksaan awal
tersebut. Yang paling penting adalah evaluasi klinis kemungkinan terjadi efek
samping obat. Bila pada evaluasi klinis dicurigai terdapat efek samping, maka
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikannya dan penanganan efek
samping obat sesuai pedoman.

10/10/2022
10/10/2022
Demam Typhoid
No. ICD-10:A01.0 Typhoid fever

10/10/2022
Dermatitis
1. No. ICD-10:L21 Seborrhoeic Dermatitis

Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktifan glandula sebasea, sehingga


mempunyai predileksi di daerah seborea (kulit kepala, wajah, dada dan punggung atas).

10/10/2022
Penatalaksanaan:
□Pasien diminta untuk memperhatikan faktor predisposisi terjadinya keluhan, misalnya stres emosional dan
kurang tidur. Diet juga disarankan untuk mengkonsumsi makanan rendah lemak.
□Farmakoterapi dilakukan dengan:
Topikal
o Bayi: Diberikan topikal minyak (oleum cocos) pada lokasi skuama, malam hari—esok hari, segera di
cuci dengan shampoo bayi. Gunakan kortikosteroid lemah sampai sedang, lebih baik dalam bentuk
lotion atau solusio (bila ada,) selama beberapa hari

10/10/2022
Selama pengobatan, rambut harus tetap dicuci.
o Anak dan Dewasa: pada lesi di kulit kepala, diberikan shampo selenium sulfida 1,8 atau shampo
ketokonazol 2%, zink pirition (shampo anti ketombe)
o Pada lesi di badan diberikan kortikosteroid topikal lemah sampai sedang selama maksimal 2 minggu
o Pada kasus dengan manifestasi dengan inflamasi yang lebih berat diberikan kortikosteroid kuat
misalnya betametason valerat krim 0,1%. (tidak boleh dipakai di wajah dan daerah lipatan dan pada
pasien bayi)
o Pada kasus dengan infeksi jamur, perlu dipertimbangkan pemberian ketokonazol krim 2%.
□Oral sistemik
o Antihistamin sedatif yaitu: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama 2 minggu atau setirizin 1 x
10 mg per hari selama 2 minggu, ATAU
o Antihistamin non sedatif yaitu: loratadin 1x10 mg selama maksimal 2 minggu.
□Konseling dan Edukasi
o Memberitahukan kepada orang tua untuk menjaga kebersihan bayi dan rajin merawat kulit kepala bayi
o Memberitahukan kepada orang tua bahwa kelainan ini umumnya muncul pada bulan-bulan pertama
kehidupan dan membaik seiring dengan pertambahan usia
o Memberikan informasi bahwa penyakit ini sukar disembuhkan tetapi dapat terkontrol dengan
mengontrol emosi dan psikisnya.

10/10/2022
Kriteria Rujukan:
Pasien dirujuk apabila:
1.Tidak ada perbaikan dengan pengobatan standar selama 2 minggu
2.Pasien dengan komplikasi eritroderma (l.53.9)
3.Dermatitis seboroik berat yang didasari penyakit tertentu, misalnya infeksi HIV/AIDS

10/10/2022
2. Dermatitis Numularis
No. ICD-10: L20.8 Other atopic dermatitis

Dermatitis numularis adalah dermatitis berbentuk lesi mata


uang (koin) atau lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi
berupa papulovesikel, biasanya mudah pecah
sehingga basah

10/10/2022
Penatalaksanaan
1.Pasien disarankan untuk menghindari faktor yang
mungkin memprovokasi seperti stres dan fokus infeksi di
organ lain
2. Farmakoterapi yang dapat diberikan, yaitu:
a.. Topikal (2 kali sehari) kortikosteroid topical
potensi : sedang sampai kuat selama maksimal
2 minggu
b. Pada kasus infeksi sekunder, perlu
dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal
Oral sistemik
a.Antihistamin sedatif: klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari
selama maksimal 2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari
selama maksimal 2 minggu ATAU
b.Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama
maksimal 2 minggu
c.Jika ada infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik.

10/10/2022
Kriteria Rujukan
1.Apabila kelainan tidak membaik dengan pengobatan
topikal standar selama 2 minggu
2.Apabila diduga terdapat faktor penyulit lain, misalnya
fokus
infeksi pada organ lain, maka konsultasi dan/atau disertai
rujukan kepada dokter spesialis terkait (contoh: gigi
mulut, THT, obgyn, dan lain-lain) untuk penatalaksanaan
fokus infeksi tersebut.

10/10/2022
SKABIES

10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
Penatalaksanaan
Terapi untuk Diabetes Melitus didahului dengan melakukan modifikasi gaya hidup, yang meliputi
pengaturan makan dan aktivitas fisik dan dilanjutkan dengan pemberian obat-obatan jika diperlukan.
(algoritma pengelolaan DM tipe 2)
Perencanaan Makan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:
1.Karbohidrat 45 – 65 %
2.Protein 15 – 20 % 3. Lemak 20 – 25 %
Jumlah kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari. Diusahakan
lemak
berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA = Mono Unsaturated Fatty Acid, contoh: minyak
zaitun, minyak biji bunga matahari), dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam
lemak jenuh. Jumlah kandungan serat + 25 g/hr, diutamakan serat larut.
Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-5 kali seminggu selama kurang lebih 30-60 menit
minimal 150 menit/minggu intensitas sedang). Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun, harus tetap dilakukan.

10/10/2022
Tension Type Headache
No. ICD-10: G44.2 Tension-type Headache

10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
Klasifikasi Paralisis Fasialis Berdasarkan House and Brackmann

10/10/2022
10/10/2022
10/10/2022
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai