Anda di halaman 1dari 9

“HIPERSENSITIVITAS”

KELOMPOK VI
THESA HELMALIA PUTRI 19011024
WELLA EYDIZA (19012004)
VIONY ULFI YENTRA 19011006
SRI WAHYULI 19011018
WINNIE SRI JHONNEDI 19011001
UCI MARCE SALSABILLA 19011014
WILA HARDIANTI 19011045
WAHYU EFRIANDA 19011040
VIVI WULANDARI 19011013
SUCI ANNISA 19011044
Definsi Hipersensitivitas

 Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang
menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang
umumnya non imunogenik
Etiologi
 1. Faktor Internal
a. Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam lambung, enzym-
enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik)
memudahkan penetrasi alergen makanan.
b. Genetik berperan dalam alergi makanan.
c. Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang menyebabkan penyerapan alergen
bertambah.
 2. Fakor Eksternal
a. Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau beban
latihan (lari, olah raga).
b. Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut prevalensinya: ikan
15,4%; telur 12,7%; susu 12,2%; kacang 5,3% dll.
c. Hampir semua jenis makanan dan zat tambahan pada makanan dapat menimbulkan reaksi
alergi
 3. Faktor Risiko
a. Riwayat keluarga.
Terdapat potensi menderita alergi makanan, jika banyak keluarga yang mengalami
gangguan ini.
b. Alergi makanan masa lalu.
Pada masaanak-anak mungkin seseorang dapat mengatasi gangguan alergi makanan, namun
dalam beberapa kasus, gangguan ini kembali di kemudian hari.
c. Alergi lain.
Jika sudah alergi terhadap satu makanan, mungkin mempunyai risiko alergi terhadap makanan
lainnya.
d. Usia
Alergi makanan yang paling umum terjadi pada anak-anak, terutama balita dan bayi. Ketika
bertambah tua, tubuh cenderung untuk menyerap komponen makanan atau makanan yang memicu
alergi. Untungnya, anak-anak biasanya dapat mengatasi alergi terhadap susu, gandum kedelai, dan
telur. Alergi parah dan alergi terhadap kacangkacangan dan kerang mungkin dapat diderita seumur
hidup.
e. Asma.
Asma dan alergi makanan biasanya terjadi bersama-sama. Ketika terjadi, baik alergi makanan
dan atau gejala asma, bisa menjadi lebih parah
Patofisiologi

 1. Tahap Sensitisasi
Tahap sensitisasi muncul ketika tubuh memproduksi antibodi IgE yang spesifik. Tahap
sensitisasi ini juga disebut dengan tahap induksi, merupakan kontak pertama dengan alergen
(yaitu ketika mengkonsumsi makanan penyebab alergi).

 2. Tahap Elisitasi
Fase elisitasi terjadi jika terdapat pajanan ulang. Ketika terpajan dengan makanan
(penyebab alergi) yang sama, protein akan mengikat molekul di sel mediator (sel basofil dan
sel mast).Tahap elisitasi ini menyebabkan tubuh mengeluarkan molekul yang menyebabkan
inflamasi (seperti leukotrien dan histamin).
Klasifikasi Hipersensitivitas

 Hipersensitifitas tipe I
Hipersensitifitas tipe I disebut juga sebagai hipersensitivitas langsung atau anafilaktik. Reaksi
ini berhubungan dengan kulit, mata, nasofaring, jaringan bronkopulmonari, dan saluran
gastrointestinal. Reaksi ini dapat mengakibatkan gejala yang beragam, mulai dari
ketidaknyamanan kecil hingga kematian.
 Hipersensitifitas tipe II
Hipersensitivitas tipe II diakibatkan oleh antibodi berupa imunoglobulin G (IgG) dan
imunoglobulin E (IgE) untuk melawan antigen pada permukaan sel dan matriks ekstraseluler.
Kerusakan akan terbatas atau spesifik pada sel atau jaringan yang langsung berhubungan dengan
antigen tersebut.
 Hipersensitifitas tipe III
Hipersensitivitas tipe III merupakan hipersensitivitas kompleks imun. Hal ini disebabkan adanya
pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil dan terlarut di dalam jaringan. Hal ini ditandai
dengan timbulnya inflamasi atau peradangan.
 Hipersensitifitas tipe IV
Hipersensitivitas tipe IV dikenal sebagai hipersensitivitas yang diperantarai sel atau tipe lambat
(delayed-type). Reaksi ini terjadi karena aktivitas perusakan jaringan oleh sel T dan makrofag.
Tanda dan Gejala
 1. Hives atau welts, ruam, blisters, atau masalah kulit disebut eksim. Ini adalah yang
paling umum gejala alergi obat
2. Batuk, Hidung, dan kesulitan bernapas
 3. demam
 4. Kulit melepuh dan mengelupas. Masalah ini disebut racun berhubung dengan kulit
necrolysis, dan dapat membawa maut jika tidak dirawat.
 5. Anaphylaxis, yang merupakan reaksi paling berbahaya. Dapat membawa maut, dan
Anda akan memerlukan perawatan darurat. Gejala, seperti hives dan kesulitan bernapas,
biasanya muncul dalam waktu 1 jam setelah minum obat, reaksi cepat tanpa perawatan,
Anda dapat masuk ke shock.
Terapi Hipersensitivitas
 Penanganan gangguan alergi berlandaskan pada empat dasar:
1. Menghindari allergen
2. Terapi farmakologis
a. Adrenergik
b. Antihistamin
c. Kromolin Sodium
d. Kortikosteroid
3. Imunoterapi
4. Profilaksis
DAFTAR PUSTAKA

 Baratawidjaja, K. 1993. Penyakit alergi. Yayasan Penerbit IDI. Jakarta. 2.


 Fawcett, D.W. 1986. Connective tissue proper. A textbook of Histology. In: Bloom, W. and
Fawcett, D.W. WB Saunders Co. Japan. 11 th ed : 160 – 64. 3.
 Gunawijaya, F. A. 1994. Jaringan penyambung. Buku Teks Histologi jilid I. Binarupa
Aksara. Jakarta. 169 – 70.
 Jalal, E. A. 1998. Mast cell konsep baru tentang ciri morfologik dan fungsinya. Jurnal
Kedokteran Yarsi. 6 ( 3 ): 28 – 40.
 Jeren, M. 1995. Tinjauan pustaka patogenesis dan mediator kimia pada rinitis alergi. Maj.
Kedokter Diponegoro. 1 & 2 : 119 – 27.
 Juncqueira, L. , Carneiro, J. 1980. Connective tissue. Basic Histology. Lange. Canada. 3 rd
ed : 100 – 03.
 Konthen, P. G. 1998. Pandangan baru penatalaksanaan penyakit alergi berdasarkan
imunopatogenesis. Surabaya J.Int. Med. 24 (1) : 9 – 13.
 Leeson, C. R. , Leeson, T. S., Papparo, A. A. 1981. Connective tissue. Histology. WB
Saunders Co. 4 th ed. 123 – 25. 9. Stevens, A. , Lowe, J. 1997. Blood cells. Human
Histology. Mosby Co. U K. 2 nd ed, : 105

Anda mungkin juga menyukai