PPH Pasal 25
PPH Pasal 25
PENDAHULUAN
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh WP sebesar Pajak
Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajka
Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:
a. Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 & Pasal
23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22;
dan
b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
Dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak
Cara Perhitungan Besarnya PPh Pasal 25:
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh WP untuk bulan-bulan sebelum
Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan disampaikan sebelum batas waktu
penyampaian SPT Pajak Penghasilan sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan
terakhir tahun pajak yang lalu.
Contoh:
Tuan Dias menyampaikan SPT PPh 2019 pada Maret 2020. Angsuran PPh Desember 2019
adalah Rp 1.500.000. maka besarnya angsuran pph pasal 25 untuk bulan Januari dan Februari
masing-masing adalah 1.500.0000.
KETENTUAN PPh PASAL 25
Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak (SKP) untuk tahun
pajak yg lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan SKP tsb dan berlaku
mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan SKP.
Contoh:
Berdasarkan SPT PPh 2019 yang disampaikan WP pada Maret 2020, perhitungan besarnya
angsuran pajak yang harus dibayar adalah sebesar Rp 1,250,000. pada Juni 2020 diterbitkan
SKP 2019 yang menghasilkan besarnya angsuran pajak Rp 2,000,000/bulan. Maka, besarnya
angsuran pajak mulai Juli 2020 adalah sebesar Rp 2,000,000.
Penetapan besarnya pajak berdasarkan SKP tersebut bisa sama, lebih besar atau lebih kecil
dari angsuran pajak sebelumnya berdasarkan SPT
KETENTUAN PPh PASAL 25
Dirjen Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak dalam
tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu sebagai berikut:
Wajin Pajak berhak atas kompensasi kerugian;
Wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur;
SPT PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan;
WP diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT PPh;
WP membetulkan sendiri SPT PPh yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari
angsuran bulanan sebelum pembetulan;
Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan WP.
CONTOH:
Penghasilan PT. Dira th. 2018 Rp 250,000,000. sisa kerugian tahun lalu yg masih dapat dikompensasikan
adalah Rp 300,000,000. sisa kerugian yang belum dikompensasikan sebesar Rp 50,000,000.
Pada tahun 2018 PPh yang dipotong/dipungut pihak lain Rp 8,000,000 dan ada pajak yang
dibayar/terutang di LN.
Penghitungan PPh Pasal 25:
Penghasilan yg dipakai sbg dasar penghitungan angsuran PPh Pasal 25 adalah Rp 250,000,000 – Rp
50,000,000 = Rp 200,000,000
PPh Terutang:
25% x Rp 200,000,000= Rp 50,000,000
PPh dipungut/dipotong Rp 8,000,000 -
Rp 42,000,000
Besarnya angsuran pajak bulanan PT. Dira tahun 2019 adalah:
1/12 x Rp 42,000,000 = Rp 3,500,000
CONTOH:
Pada 2019 Abbas memperoleh penghasilan teratur Rp 12,000,000, sedangkan
penghasilan tidak teratur Rp 8,000,000
Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghiungan PPh Pasal 25 pada tahun
2020 Abbas adalah hanya dari PPh teratur saja, yaitu sebesar Rp 12,000,000
CONTOH
PT. Trendy yang juga bergerak di bidang konveksi dalam tahun 2019 membayar
angsuran bulanan sebesar Rp 27,000,000,-. Mulai Mei 2019 PT. Trendy
mengalami peningkatan penjualan yang sangat besar dan diperkirakan PKP-nya
akan lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Oleh karena itu, berdasarkan
Keputusan Dirjen Pajak mulai Agustus 2019 dapat disesuaikan menjadi lebih
besar daripada Rp 27,000,000,-.
ILUSTRASI
Jumlah Pajak terutang Rp 30,000,000
PPh dipotong/dipungut pihak ketiga selama th. 2019:
PPh Pasal 21 Rp 5,000,000
PPh Pasal 22 Rp 2,000,000
PPh Pasal 23 Rp 2,000,000
PPh Pasal 24 Rp 3,000,000 +
Dasar perhitungan PPh Pasal 25 Rp 18,000,000