Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN

KEPERAWATAN PADA
KLIEN BPH
PERAWAT GEDUNG A LANTAI
IV ZONA B (UROLOGI)
Pengertian BPH

BPH( Benigna Prostat Hypertropi ) adalah suatu kondisi


patologis yang paling umum pada pria diatas usia 50 tahun, dimana
kelenjar prostagmin mengalami pembesaran, memanjang keatas
kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine, dengan menutupi
orifisium uretra.
Sedangkan ahli lain mengatakan bahwa BPH adalah adalah
pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar,
memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat
aliran keluar urine, dapat menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter.
Istilah Benigna Prostat Hipertropi sebenarnya tidaklah tepat
karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau hipertropi prostat, tetapi
kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami hiperplasia(sel-selnya
bertambah banyak. Kelenjar-kelenjar prostat sendiri akan terdesak
menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical
Etiologi

 Adanya hiperplasia periuretral yang disebabkan


karena perubahan keseimbangan testosterone
dan estrogen.
 Ketidakseimbangan endokrin.
 Faktor umur / usia lanjut.
 Unknown / tidak diketahui secara pasti
Patofisiologi
Pembesaran prostat

Obstruksi mekanik pada saluran uretra dan bladder


neck

Peningkatan tahanan urine saat keluar dari bladder

Iritasi pada saat b.a.k Obstruksi bladder

Hipertropi dan hiperplasia otot-otot

Detrusor : defisit kolagen


Penebalan : trabekulasi pada bladder

Herniasi mukosa antara otot-otot detrusor : diverticula


Tanda & Gejala
1.Gejala Obstruktif yaitu :

a.    Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan
b.   Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing
c.   Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan
waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
e.   Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas.
 
2.      Gejala Iritasi yaitu :

a.   Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
b.   Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari
(Nocturia) dan pada siang hari.
c.   Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.
 
Derajat Benigne Prostat Hyperplasia

1.  Derajat satu, keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat


1 – 2 cm, sisa urine kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia,
berat + 20 gram.
2.  Derajat dua, keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia
bertambah berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah
pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba, sisa
urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20 – 40 gram.
3. Derajat tiga, gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah
tak teraba, sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm,
dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat, inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm,
ada penyulit ke ginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis.
PENGKAJIAN

 Riwayat Keperawatan
 Suspect BPH  umur > 60 tahun
 Pola urinari : frekuensi, nocturia, disuria.
 Gejala obstruksi leher buli-buli : prostatisme (Hesitansi, pancaran, melemah,
intermitensi, terminal dribbling, terasa ada sisa) Jika frekuensi dan noctoria tak disertai
gejala pembatasan aliran non Obstruktive seperti infeksi.
 BPH  hematuri
 Makanan/cairan : gejala : anoreksia, mual, muntah, tidak nyaman pada epigastrik.
Tanda : penurunan berat badan.
 Nyeri/kenyamanan : gejala nyeri supra pubis, panggul,atau punggung
 Keamanan : gejala demam
 Seksualitas : gejala : masalah tentang efek kondisi/ terapi pada kemampuan seksual, takut
inkontenensia/menetes selama hubungan intim, penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi.
 Tanda : pembesaran, nyeri tekan prostate.
 Penyuluhan/pembelajaran :
 Gejala : Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal, pengguna anti
hipertensi/antidepresan, antibiotic urinaria.
Pemeriksaan Diagnostik
 Urinalisa : Untuk mengetahui adanya infeksi, hematuria.
 Ureum dan kreatinin, Elektrolit : untuk mengetahui
apakah sudah ada penurunan fungsi ginjal.
 Prosat Spesific Antigen (PSA) : Dalam keadaan normal,
PSA dalam serum < 4,0 ng/ml. Transrectal Ultra
Sonography Prostat (TRUS P),
 Transabdominal Ultra Sonography (TAUS)
 Uroflowmetri: Mengukur pancaran urin.
 Cystoscopy
 Urodinamik : Untuk mengetahui kelainan fase
penyimpanan dan kelainan fase pengosongan bladder.
Therapi BPH adalah:
A. Watchful-waiting : Yaitu tidak dilakukan tindakan pada
pasien yang mempunyai gejala ringan.
B. Terapi obat-obatan
Pemberian obat-obatan untuk menghambat enzim 5-
alpha reduktase, seperti alpha blokers, 5-alpha
reduktase inhibitors, obat dan jenis tumbuh-tumbuhan
spt;pygeum africanum,akar echinicea purpurea dan
hypoxis rooperi.
C. Pembedahan Konvensional
1. Transurethral resection of the prostate (TUR P)
2. Transurethral incision of the prostate (TUIP).
3. Open simple prostatectomy.
ASUHAN KEPERAWATAN
 Data-data yang dapat ditemukan :
 Keluhan pasien tentang gejala iritatif maupun
obstruksii:
 Gejala obstruksi terdiri dari; hesistensi, penurunan
pancaran dan aliran urin, b.a.k tidak lampias, b.a.k
terputus-pustus, b.a.k harus mengedan, kencing
menetes pada akhir b.a.k.
 Gejala iritasi terdiri dari ; urgensi, frekuensi, nokturia.
 Demam, Nyeri.
 Pemeriksaan fisik; colok dubur teraba prostat,
mukosa lucin, kenyal, elastis. Distensi bladder
 Penurunan kekuatan saat ejakulasi.
Masalah keperawatan

a. Perubahan Eliminasi urine


b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume
cairan.
c. Resiko infeksi.
d. Gangguan rasa nyaman nyeri.
e. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual.
f. Kurang pengetahuan
Evaluasi
 Hal-hal yang perlu di evaluasi pada pasien
dengan Benigna Hiperplasia Prostat
a. Aliran urine baik / meningkat.
b. Hemeostasis / stabilisasi hemodinamik
c. Peningkatan kenyamanan
d. Komplikasi tidak terjadi
e. Prosedur / prognosis, program therapi, dan
kebutuhan rehabilitasi dipahami.
Daftar Pustaka

 Basuki B. Purnomo, (2006), Dasar- dasar urologi. Edisi kedua.


Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang.
 Brunner dan Suddarth, S, (2002), Medical Surgical Nursing.
Lippincott Company. Philadephia. Toronto.
 Donna, (1999), Medical Surgical Nursing Across The Healt Care
Continuum. W.B. Saunders Company. Philadelphia. Toronto.
 Marilynn E. Doenges, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan.
EGC. Jakarta.
 Sharon Mantik Lewis, (2000), Medical Surgical Nursing. St Louis,
Mosby. Philadelphia. Toronto.

Anda mungkin juga menyukai