Anda di halaman 1dari 15

Sungai Krueng

Aceh
Haddad Rahmat
1904101010081
CONTENTS OF THIS TEMPLATE
1. Definisi :
Sungai adalah aliran air di permukaan yang besar dan berbentuk memanjang yang mengalir secara terus-
menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan tempat mengalirnya air secara
gravitasi menuju ke tempat yang lebih rendah, Sungai juga merupakan salah satu wadah tempat
berkumpulnya air dari suatu kawasan. Sungai bermula dari gunung atau dataran tinggi menuju ke danau
atau lautan. Ada juga sungai yang terletak di bawah tanah, disebut sebagai "underground river“

.
01 Hidrologi Sungai Krueng
Aceh
Sungai Krueng Aceh berhulu di pegunungan Aceh Besar mengaliri
sebagian besar wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar dan bermuara di 
Selat Malaka. Krueng Aceh memiliki beberapa sub daerah aliran sungai
(DAS) yaitu Sub DAS Krueng Seulimeum, Krueng Jreu, Krueng Inong,
Krueng Keumireu dan Krueng Aceh Bagian Hilir.
02 Morfologi Lahan
Daerah Aliran Sungai (DAS) Krueng Aceh
memiliki fisiografi datar, bergelombang,
berbukit dan bergunung yang secara umum
berada di Kabupaten Aceh Besar. Wilayah
dengan topografi datar (0-8%) seluas
46.487,29 ha (23,50%) dari luas total wilayah
DAS Krueng Aceh. Selanjutnya wilayah yang
bergelombang (8-15%) seluas 26.421,16 ha
(13,35%), berbukit (15-25%) seluas 9.338,96
ha (5%) dan agak bergunung (25-40%) seluas
2.368,86 ha (1,20%) serta sisanya merupakan
wilayah yang bergunung (> 40%) seluas
113.236,06 ha (57,23%).
03 Daerah Aliran Sungai
DAS Krueng Aceh terdiri dari beberapa sub
DAS yaitu sub DAS Krueng Seulimeum, DAS
Krueng Keumireu, DAS Krueng Inong dan
DAS Krueng Jreu serta Krueng Aceh bagian
hilir. Seluruh aliran air dari sub DAS tersebut
terkonsentrasi ke sungai utamanya yakni
Sungai Krueng Aceh yang bermuara di hilir
DAS (Lampulo-Banda Aceh). Untuk
mengantisipasi banjir di Kota Banda Aceh
 maka aliran air sungai Krueng Aceh juga
dialirkan melalui aliran banjir ke Alue Naga,
Kota Banda Aceh. Dengan demikian aliran air
sungai Krueng Aceh di hilir DAS nya terbagi
ke dalam dua wilayah tersebut
04 Iklim
Berdasarkan data selama 10 (sepuluh) tahun
terakhir yaitu tahun 2000 sampai 2009 iklim di DAS
Krueng Aceh termasuk tipe curah hujan kelas B
(basah) dengan nilai Q = 0,3077 dan rata-rata curah
hujan tahunan adalah sebesar 1225,9 mm dengan
rata-rata hari hujan sebanyak 145 hari. Sejak tahun
2000 sampai 2009, jumlah curah hujan paling tinggi
terjadi pada tahun 2009 yaitu 1.772 mm/thn,
sedangkan yang paling sedikit tahun 2008 dengan
jumlah curah hujan 1.207,4 mm/thn.
Jenis
05
Tanah
Jenis tanah yang terdapat di DAS Krueng Aceh didominasi
oleh latosol,  alluvial dan regosol Distribusi jenis tanah
 menunjukkan bahwa beberapa jenis tanah seperti latosol
dan podsolik merah kuning terdapat pada daerah dengan
kelerengan yang sangat curam (>40%), demikian juga dengan
beberapa komplek tanah. Jenis tanah latosol dan podsolik
merah kuning yang berada pada kelerengan sangat curam
pada umumnya rentan terhadap terjadinya erosi dan longsor.
Kondisi ini akan menjadi lebih parah jika jenis tanah tersebut
tidak memiliki vegetasi (cover crops).
Normalisasi Krueng
Aceh
Normalisasi sungai Krueng Aceh dengan penataan Floodway Krueng Aceh.
Krueng Aceh memiliki luas Daerah Aliran Sungai (DAS) ± 1.755 Km2
dengan panjang ± 145 Km yang dapat mengalirkan debit banjir sebesar ±
1.300 m3/detik yang melintasi Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda
Aceh dan bermuara di Selat Malaka mengalir melalui Kota Banda Aceh.
Pembangunan Pengendalian Banjir Kr. Aceh selesai dibangun pada tahun
1993 dengan pola pengendaliannya dibagi dalam dua bagian yaitu, untuk
Kr. Aceh existing (L = 43 Km) yang mengalirkan debit (Q) banjir 400
m3/detik dan ke Floodway (L = 9,70 km) dengan debit banjir 900 m3/detik.
Pengendalian Banjir Sungai Kr. Aceh ini tentunya sangat memberikan dampak
positif dalam kinerjanya mengendalikan banjir di wilayah Kota Banda Aceh dan
Kabupaten Aceh Besar. Seiring dengan berjalannya waktu ± 28 tahun sampai saat
ini, kinerjanya mulai terancam terhadap keberadaan sifat / fungsinya sebagai
penyalur banjir, hal ini ditandai dengan banyaknya aktivitas kegiatan di bantaran
bahkan di tanggul kiri dan kanan sungai. Lokasi Kanal Banjir (floodway) Krueng
Aceh berada di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, sepanjang ± 9,70
Km dimulai dari Diversion Weir di Desa Bakoi Kec. Ingin Jaya sampai ke Muara
Alue Naga.
Penataan Kanal Banjir Krueng Aceh

Kanal Banjir (Floodway) sebagai prasarana Pengendalian Banjir Krueng Aceh mengalami penurunan fungsi terutama
pasca Tsunami, selain akibat permasalahan sedimentasi juga akibat pemanfaatan bantaran / sempadan yang dapat
mengakibatkan meluapnya air di Kanal Banjir (floodway) dan Krueng Aceh yang akan menggenangi wilayah
Aceh Besar dan Kota Banda Aceh, untuk itu sudah sangat mendesak untuk dilakukan penertiban pemanfaatan
lahan bantaran, tanggul dan sempadan, yang selanjutnya dilakukan penataan kembali. Pemanfaatan lahan Kanal
Banjir (floodway) Krueng Aceh saat ini oleh masyarakat sangat beragam diantaranya: Peternakan, Pertanian,
Perkebunan, Warung kopi / cafe, Rumah makan, Panglong kayu, Bengkel Las, Rumah tempat tinggal, dll.
Kegiatan – kegiatan yang telah berlangsung lama ini sangat beresiko dan mengancam fungsi floodway untuk
pengendalian banjir, berupa terjadinya perubahan dimensi tanggul, terhambatnya laju aliran banjir di bantaran,
adanya penambahan jumlah bangunan di bantaran dan sempadan yang sangat cepat.
Keberadaan kanal banjir (floodway) Krueng Aceh sebagai prasarana pengendalian banjir kini mulai terancam karena
mengalami degradasi fungsi akibat pemanfaatan area bantaran sungai yang tidak sesuai dengan ketentuan.
Floodway ini dibangun untuk mengendalikan banjir di Kota Banda Aceh dan Kab.
Aceh Besar, untuk itu diharapkan masyarakat ikut menjaga, tidak merusaknya,
karena manfaatnya bukan untuk satu atau dua orang saja, tetapi sebagian besar
warga Kota Banda Aceh dan Kab Aceh Besar yang terbebas dari ancaman banjir.
Bukan untuk saat ini saja, tapi bahkan sampai puluhan tahun ke depan.
Pemanfaatan sempadan sungai hanya diperbolehkan secara terbatas untuk:
- Bangunan Prasarana Sumber Daya Air
- Fasilitas Jembatan dan Dermaga
- Jalur Pipa Gas dan Air Minum
- Rentangan kabel listrik dan telekomunikasi
- Bangunan Ketenagalistrikan
- Kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu fungsi sungai, misalnya lapangan
olahraga, ruang terbuka hijau, tempat bermain (play ground), kegiatan menanam
tanaman sayur-mayur dll 
Yang tidak diperbolehkan antara lain:
- menanam tanaman selain jenis rumput / sayur mayur, yaitu berupa tanaman
keras.
- mendirikan bangunan; dan
- mengurangi dimensi tanggul
Zona I (Diversion Wear – Jembatan Cot Irie)
Peruntukan Lahan Usaha Tani Masyarakat (Tanaman Padi, Sayuran, Kacang-Kacangan dan Rumput Pakan
Ternak Umur 3-4 Bulan)
Zona II : Jembatan Cot Irie – Desa Mns. Intan
Peruntukan lahan usaha pertanian masyarakat (tanaman padi, sayuran, kacang-kacangan dan rumput pakan
ternak umur 3-4 bulan).
Zona III Desa Mns. Intan – Jembatan Limpok
- Peruntukan lahan usaha tani masyarakat untuk agro wisata (tanaman padi, sayuran, kacangkacangan dan
rumput pakan ternak umur 3-4 bulan).
- Peruntukan lahan penelitian & edukasi pertanian (tanaman padi, sayuran, kacang-kacangan dan rumput
pakan ternak umur 3-4 bulan).
ZONA IV : Jembatan Limpok – Jembatan Lamnyong
- Peruntukan lahan fasilitas olahraga air
- Peruntukan lahan parkir
- Peruntukan lahan fasilitas olahraga untuk umum
- Peruntukan lahan playground
- Peruntukan lahan ruang terbuka hijau (rth)
ZONA V : Jembatan Lamnyong – Jembatan Kr. Cut (Kota Banda Aceh)
a. Peruntukan lahan arena olah raga automotif, pacuan kuda, latihan mengemudi dll
b. Peruntukan lahan pertunjukan/hiburan rakyat yang bersifat sementara / sesaat.
c. Peruntukan lahan ruang terbuka hijau
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai