Gangguan Penglihatan Pendengaran Pengecapkan Penciuman Penyakit Infeksi Khusus
Gangguan Penglihatan Pendengaran Pengecapkan Penciuman Penyakit Infeksi Khusus
GANGGUAN
PENGELIHATAN, PENDENGARAN,
PENGECAPKAN & PENCIUMAN
Disusun oleh
dr. Mayang Anggraini Naga
U-EU (Revisi 2014)
1
DESKRIPSI
2
KOMPETENSI
3
POKOK BAHASAN
Menjelaskan:
- Berbagai jenis penyakit mata dan gangguan
ketajaman pengelihatan
- Berbagai jenis penyakit telingan dan
gangguan pendengaran
- Gangguan indra pengecapkan.
- Gangguan indra penciuman
- HIPOSMIA & HIPOGEUSIA
- Cara pemeriksaan masing organ indera terkait
4
PENGELIHATAN
6
LANSIA (Lanjutan)
• Defek kongenital:
8
GANGGUAN MATA (Lanjutan-1)
9
GANGGUAN MATA (Lanjutan -2)
• Infeksi:
Conjunctivitis, gangguan terumum dan jarang
mempengaruhi vision (visus, pengelihatan).
Pada stadium akhir bila tidak terobati
(ditelantarkan) ump: trachoma
mengakibatkan gangguan visus.
10
GANGGUAN MATA (Lanjutan -3)
12
GANGGUAN MATA (Lanjutan -5)
• Tumor:
Malignant melanoma dari choroid (lapisan
tengah mata) adalah primer.
Gejala bisa timbul penurunan visus.
• Gangguan nutrisional:
Defisiensi berbagai vitamin (utamanya vit. A)
dapat menimbulkan gangguan pada mata.
Xerophthalmia, buta senja, keratomalacia ini
bisa mengakibatkan destruksi dan hilangnya
pengelihatan total.
13
GANGGUAN MATA (Lanjutan -6)
• Autoimunitas:
Uveitis (radang jaringan uvea) – (iris , choroid,
and/or ciliary body) apabila tidak disebabkan
infeksi bisa akibat dasar autoimune.
• Degeneration:
Macular degeneration of the retina: ini
umum pada manula. Bisa mengakibatkan
kehilangan pengelihatan walau bagian
ketajaman pengelihatan samping masih baik.
15
Gangguan mata (Lanjutan -8)
• Gangguan lain-2:
16
Gangguan mata (Lanjutan -9)
Pemeriksaan:
- Ophthalmoscopy slit lamp.
- Fotografi retina dan
- Fluorescein angiography.
19
Gangguan Mata (Lanjutan-8)
• Buta warna:
Biasanya adalah suatu gangguan genetik terkait-seks
yang disebabkan oleh defisiensi satu dari ketiga
fotopigmen.
Papiledema:
Pembengkakan diskus optikus empat saraf optikus
meninggalkan mata dan masuk ke otak.
Bisa terjadi pada semua keadaan yang menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial yang hebat, bisa
tumor, infeksi, atau cedera.
Papiledema merupakan penunjuk diagnostik patologi
otak yang parah.
21
INVESTIGASI MATA
25
PENDENGARAN (Lanjutan-1)
26
PENDENGARAN (Lanjutan-2)
• LANSIA:
Secara umum, ketajaman pendengaran menurun
seiring dengan usia.
Penyebabnya antara lain adalah aterosklerosis
dan penurunan aliran darah, kekakuan struktur
telinga tengah dan dalam, dan berkurangnya sel
reseptor.
Terjadi penimbunan serumen (kotoran telinga)
yang menurunkan transmisi suara.
Penyakit-penyakit sistemik penyerta yang
lain, seperti diabetes mellitus juga dapat mem-
pengaruhi pendengaran.
27
GANGGUAN TELINGA
(DISORDER OF THE EAR)
28
GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-1)
• Defek kongenital
Bayi lahir dengan saluran telinga luar sempit
(jarang terjadi), terkadang tulang-tulang kecil
telinga tengah deformasi atau absen.
Juga ditemukan pinna (daun telinga luar) tidak
tumbuh atau distorsi.
• Obstruksi:
Obstruksi saluran telinga utamanya karena kotoran
telinga yang mengeras, bisa juga akibat otitis
eksterna.
Pada kanak-kanak, sebab yang sering terjadi adalah
memasukkan benda asing ke saluran.
• Degenerasi:
Tuli pada manula akibat presbycusis, deteriorasi
rambut getar di dalam cochlea.
33
GANGGUAN TELINGA Keracunan dan Obat-Obat
34
GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-5)
Obat-Obat lain:
- quinine,
- aspirin dan
- diuretika (furosemide)
- ethacrynic acid dan
- bumetanide.
35
GANGGUAN TELINGA (Lanjutan-6)
• Gangguan-Gangguan lain:
37
INVESTIGASI TELINGA
39
GANGGUAN PENDENGARAN
KONDUKTIF
• Menurunnya pendengaran akibat hambatan
hantaran gelombang suara di telinga luar atau
tengah, dapat terjadi apabila terdapat benda
asing menyumbat di telinga, atau penimbunan
serumen atau cairan di telinga luar atau
tengah.
OM (otitis media) dapat menyebabkan
gangguan ini.
Alat bantu “hearing aid” mungkin memberi
perbaikan.
40
GANGGUAN KONDUKTIF (Lanjutan)
hilangnya pendengaran.
41
GANGGUAN PENDENGARAN (Lanjutan-1)
SENSORINEURAL
Penurunan pendengaran akibat disfungsi:
- organ Corti,
- saraf auditorius, atau
- otak.
Organ Corti rusak bisa akibat terus menerus
terpajan suara bising, atau setelah minum
obat-obat ototoksik, gentamisin, neomisin, dan
streptomisin, analgetika (aspirin) tembakau,
alkohol, juga penyakit sistemik DM dan lues.
42
GANGGUAN SENSORINEURAL (Lanjutan-2)
Kanak-kanak:
Gangguan sensorineural kongenital dapat
terjadi akibat janin:
- terpajan ke rubela atau
- obat yang dimakan/diminum bumil
(termasuk aminoglikosida).
Gangguan pendengaran sensorineural juga
dapat herediteri.
43
Gangguan Pendengaran (Lanjutan-3)
Lansia:
Pada lansia membran basilaris koklea
mengeras seiring dengan pertambahan usia,
sehingga timbul gangguan pendengaran
sensorineural yang disebut presbikusis.
Sel-sel rambut reseptor rusak dan tidak diganti.
Hilangnya reseptor-reseptor di rentang frekuensi-
tinggi terjadi.
Akibat perubahan-perubahan tersebut, pada
lansia lebih mampu mendengar suara bernada
berat dibandingkan yang melengking.
44
PENGECAPAN
45
PENGECAPAN (Lanjutan-1)
46
PENGECAPAN (Lanjutan-2)
48
PENCIUMAN (Lanjutan-1)
50
HIPOSMIA & HIPOGEUSIA
HIPOSMIA
• Penurunan sensasi bau, dapat bersifat bilateral
atau unilateral.
Kelainan ini bisa mengena semua bau-bau.
Penyebab yang sering adalah tersumbatnya
saluran hidung.
Hiposmia bau tertentu mengisyaratkan
kerusakan jaringan saraf.
Orang yang mengalami cedera lobus frontalis
sering menderita hiposmia.
51
HIPOGEUSIA
53
DESKRIPSI
54
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
55
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
& POKOK BAHASAN
Menjelaskan
- Penyakit infeksi bakterial, streptokokal, gas gangren
- Penyakit pseudomonas,
- Penyakit cytomegaloviral
- Penyakit mononucleosus
- Infeksi pengguna prothesis
- Lyme’s disease
- Infeksi CNS,
- Meningitis, abses otak, ensefalitis
& implikasi spesial bagi para fisioterapis
56
PENYAKIT INFEKSI KHUSUS
INFEKSI BAKTERIAL
• Infeksi Stafilokokal
Stafilokokus aureus adalah bakteri terumum
yang ada di kulit dan mudah masuk ke
dalam jaringan dan menimbulkan supurasi.
57
Infeksi Stafilokokal (Lanjutan-1)
59
Infeksi Stafilikokal (Lanjutan-3)
Gejala klinis:
Bergantung site terkena dan tipe infeksinya
antaranya bisa sebagai furunkul, paronychia,
felon (di telapak ujung jari
tangan), carbunkul, osteomyelitis, infeksi
luka bakar atau luka operasi, infeksi
saluran napas, bakterial arthritis, septicemia,
bakterial endokarditis, toxic shock syndrome,
keracunan makanan.
Gejala: demam menggigil serta
gangguan pada site infeksi.
60
Special Implication for The Therapist:
Terapi: kadang perlu drainage abses
antibiotika dan suportif terapi.
62
Infeksi Streptokokal (Lanjutan-1)
• Streptokokal grup B
Streptokokal agalactiae:
- Neonatal streptokokal infeksi
- Adult grup B streptokokal infeksi
• Streptokokal grup D
Streptokokal pneumoniae:
- Pneumokokal pneumonia
- Otitis media, Meningitis, Endocarditis
63
Infeksi Streptokokal (Lanjutan-1)
• Gas Gangrene:
Gangrene = jaringan mati yang umumnya
diikuti hilangnya suplei vaskuler
(nutrisi, sirkulasi arterial)
diikuti invasi bakteri dan putrefaction.
65
Infeksi Streptokokal (Lanjutan-3)
66
Special Implication for The Physical Therapist
Gas Gangrene
67
Special Implication ... (Lanjutan-1)
68
Special Impliation ... (Lanjutan-2)
70
PSEUDOMONAS (Rubin & Farber, 1994) (Lanjutan-1)
71
Pseudomonas (Rubin & Farber, 1994) (Lanjutan-2)
74
CYTOMEGALOVIRUS
• Cytomegalic inclusion disease (CID) banyak
timbul pada grup virus herpes.
76
CYTOMEGALOVIRUS (Lanjutan-2)
77
Special Implication for The Therapist
Cytomegalovirus
78
Special Implication for The Therapist
Cytomegalovirus (Lanjutan)
83
INFEKSI LAIN-LAIN
Infeksi pada pencandu obat: (Yacobs, 1994), umum terdiri
Dari: (1) infeksi kulit (higiene jelek, dan banyak tusukan
jarum) infeksi stafilokokus
(2) hepatitis (parenteral dan fecal-oral route)
(3) aspirasi pneumonia serta komplikasi: abses paru,
empyema, abses otak)
(4) emboli paru septik (venous thrombi atau
endocarditis)
(5) sexually transmitted disease (STD)
(6) >> pada AIDs bayi akan juga terinfeksi
(7) endocarditis infektif.
Osteomyelitis vertebrae, sendi sternoclavicular, dan lain-2
sering ditemukan pada pecandu obat (lewat darah),
Rasa sakit & demam sebelum perubahan Ro terjadi. 84
Infeksi pada Pengguna Prostheses
dan Implants
• 1-5% pengguna prostheses terinfeksi.
• Bioprostheses, implant saat ini jumlahnya
banyak.
• Multiple operasi menimbulkan naiknya risiko
terinfeksi
• Meningkatnya manula, banyak pemanfaatan
prostheses arhtrosplastic pinggul, lutut, bahu,
siku, pergelangan tangan, dan jari-jari.
85
Infeksi pada Pengguna Prostheses
dan Implants (Lanjutan-1)
• Faktor risiko:
- Yang sudah pernah operasi sebelumnya.
- Rheumatoid arthritis
- Terapi kortokosteroid.
- Status nutrisi jelek
- DM. obesitas, manula.
- Faktor-2 penghambat proses
penyembuhan
- Adanya infeksi superfisial (ischemic
necrosis)
86
Infeksi pada Pengguna Prostheses
dan Implants (Lanjutan-2)
87
Special Implication for The Therapist
Infections with Prostheses and Implants
89
Special ….. (Lanjutan-2)
94
LYME DISEASE (Lanjutan-1)
95
LYME DISEASE (Lanjutan-2)
Stadium kedua:
- gangguan abnormalitas saraf, dan
cardiac.
Gejala psykiatrik.
Gangguan sensasi kulit, insomnia,
gangguan tidur, kehilangan memori,
kesulitan konsentrasi, dan
pendengaran penurun.
97
Lyme Disease (Lanjutan-4)
Stadium ketiga:
99
Lyme Disease (Lanjutan-5)
• Gejala klinis:
- demam,
- sakit kepala,
- kaku kuduk dan sakit.
- Kernig’s sign dan Brudrinki’s sign (+),
kejang dan koma, tanda focal neurologik,
cerebral palsy dan tuli.
108
Meningitis (Lanjutan-3)
Gejala
- demam,
- menggigil dan
- sakit kepala dan
- tanda fokal neurologik yang
progresif.
Prognosis: causalis.
• Penyembuhan sekitar 10-50%
• Herpes simplek: moderat, mortalitas 20%
• Sequelae neurologik 50%
• Sequelae cerebral permannet banyak terjadi
pada bayi.
• Waktu penyembuhan balita perlu lebih lama dari
dewasa.
116