DIABETES MELLITUS & Tiroid
DIABETES MELLITUS & Tiroid
1
Definisi :
Diabetes Mellitus ( DM ) merupakan suatu
penyakit endokrin metabolik yang dalam
keadaan tidak dikelola diasosiasikan dengan
kenaikan kronis kadar glukosa darah
Beberapa resiko penyakit meningkat pada DM :
Penyakit Koroner : 2-3 x lebih besar
2
EPIDEMIOLOGI DM
Di negara industri maju, prevalensi 4-6%
Di AS : DM 6,6%, Intoleransi glukosa 11,2%
individu dengan I.g. ini dalam 5 tahun
30 % berkembang menjadi DM yang nyata.
Di Jerman : biaya tahunan untuk obat berkisar 800-
1500 DM (Rp 3,5-7,5 juta), yang dapat
meningkat menjadi 20000 DM (Rp 90 juta)
bila ada komplikasi
3
KLASIFIKASI DM
Menurut laporan WHO no. 727 Th 1985, DM
dibagi berdasar ketergantungan kepada insulin :
IDDM ( Insulin Dependent DM )
4
Pembaharuan klasifikasi oleh ADA ( American Diabetes
Association ) th. 1997 yang disetujui WHO th. 1998
membagi DM berdasar mekanisme penyakit:
I. DM Tipe 1 : Kerusakan sel B atau adanya defisiensi
produksi insulin, baik karena proses autoimun
maupun idiopatik
II. DM tipe 2 : Resistensi Insulin atau adanya
defisiensi relatif insulin
III.Gestational DM
5
IV. DM Spesifik :
Defek genetik fungsi sel B : Maturity onset of
Diabetes on the Young ( MODY )
Defek Genetik kerja insulin : kelainan reseptor
Penyakit eksokrin pankreas
Endokrinopathi : sindr. Cushing, Hipertiroidi
Induksi obat/bahan kimia : pentamidin,
glukokortikoid, thiazid, asam nikotin, interferon α,
diazoxide
Infeksi : rubella, CMV, Coxsacki B, Mumps
Immune mediated : antibodi anti reseptor insulin
Sindroms genetik yang sering dikaitkan : Down’s,
Klinefelter, Turner
6
ENDOKRIN PANKREAS
Pankreas orang dewasa : 50-70 gram, bagian endokrin
hanya menempati 1-2 %, dikenal sebagai Insula
Langerhans yang tersusun dari 2 juta sel :
Sel ( B ) : 80 %, produksi : insulin
7
8
Kadar normal insulin : 30-50 mU/L, dengan waktu paruh
yang relatif pendek maka diperlukan sekresi pada orang
dewasa : 40-50 U perhari dengan puncak menjelang sore
dan paling rendah pada malam hari.
Sekresi insulin dipicu oleh :
- Glukosa, terutama bila > 70 mg %
- Arginin
- Benda keton
- Sulfonil urea
Enterohormon dapat meningkatkan sekresi insulin pada
intake melalui makanan.
Counter regulatory hormones : Glukagon, Kortisol,
Growth Hormon, Adrenalin
9
Kerja insulin
Aksi langsung insulin terutama pada hepar, otot
dan jaringan lemak, difasilitasi dengan banyaknya
reseptor di membran sel. Insulin memungkinkan
penetrasi glukosa kedalam sel dan mengatur
metabolisme seluler ( memacu anabolisme,
menghambat katabolisme ), terutama untuk
menata persediaan energi.
Inti dari DM adalah kesiapan insulin endogen
tidak adekuat dengan kebutuhan metabolisme
( dari segi cukupnya pencatuan dan kemampuan
aksi )
10
PERUBAHAN METABOLISME PADA DM
Dalam keadaan normal, insulin berperan :
Hepar :
* Sintesa protein
* Sintesa glikogen
Jaringan Lemak :
* Penyimpanan trigliserid
* Menghambat lipolisis seluler
11
Dalam keadaan defisiensi, akan terjadi :
1. Meningkatnya glikogenolisis dan
glukoneogenesis hiperglikemia
2. Berkurangnya utilisasi glukosa di organ sensitif
insulin hiperglikemia
3. Lipolisis tidak terhambat terganggunya
metabolisme trigliserid dan oksidasi glukosa
terbentuknya benda keton ( asetoasetat, hidroksi
butirat, aseton )
4. Gangguan metabolisme protein : penurunan
pengambilan asam amino kedalam sel otot,
peningkatan proteolisis dan utilisasi a.a
glikogenik untuk glukoneogenesis di hepar
balans nitrogen negatif
12
KONSEKUENSI PATOLOGIS HIPERGLIKEMIA
14
A. Produk Glikasi Awal :
Yang terkenal HbA1c dan Fruktosamin
1. HbA1c ( GlikoHb) :
Reaksi ketoamin antara glukosa dengan N Terminal a.a. pada rantai ß
molekul Hemoglobin. Kadar tergantung pada fluktuasi glukosa
dalam kurun waktu 6-8 minggu.
Normal : 5-8 %, secara teknis terganggu pada keadaan hiperglikemia
akut, uremia dan adanya HbF.
2. Fruktosamin :
Albumin yang terglikasi, merupakan tolok ukur fluktuasi glukosa
selama 2-3 minggu.
B. Produk Glikasi Lanjut ( AGE = Advanced glication
end-product )
Terjadi terutama pada protein yang berumur panjang : kolagen,
kristalin lensa mata dan mielin. AGE bertanggungjawab pada
komplikasi lanjut pada DM : Nefropati, polineuropati dan
aterosklerosis.
15
Pemeriksaan Laboratorium DM
Sangat tergantung pada sejauh mana
keadaan fungsional yang akan dipantau :
1. Glukosa darah
2. Glukosa Urin
3. HbA1c
4. Benda keton Urin
5. Mikroalbuminuria
6. Insulin & C-peptid
7. Pemeriksaan lain
16
1. Glukosa darah :
Hasil Pengukuran tergantung dari jenis bahan pemeriksaan dan
metoda yang dipakai :
a. Darah arteri/kapiler 5-10 % lebih tinggi
daripada darah vena
b. Serum/Plasma 10-15 % lebih tinggi daripada
darah utuh
c. Metode dengan deproteinasi 5% lebih tinggi
daripada metode tanpa deproteinasi.
Beberapa hal yg harus diperhatikan :
b.Pemisahan serum/plasma harus segera dilakukan ( ½ jam ) karena
adanya glikolisis dan konsumsi oleh eritrosit dan lekosit, dapat
dicegah dengan antikoagulan NaF
b.Variasi intraindividual ( Non DM:5-10% ) tergantung : ritme
sirkadian, intake makanan & kerja otot
17
c. Reaksi fase akut : pada pembedahan , trauma yang berulang, cidera
otak, infrak miokard, infeksi & stress mental dapat menstimuli
counter regulatory hormones hiperglikemia
d. Strategi pengambilan : gula darah puasa ( gdp ), gula darah 2 jam
sesudah makan ( post prandial ) gula sesaat/sewaktu
( ad random ).
Normal : gdp - < 120 mg %,
post prandial - < 140 mg %
e. Uji Pembebanan Glukosa ( Glukosa Toleransi Test=GTT):
pemeriksaan lab. yg dilakukan dengan pemberian minum 75 gram
glukosa. Dilakukan bila hasil pem. Glukosa darah meragukan.
Darah diambil pada waktu puasa, ½ jam sesudah pemberian, 1 jam
dan 2 jam. Normal seperti diatas( ad.d ) dengan puncak pada jam ½
atau 1
f. Metode rujukan : hexokinase dengan cara basah. Yang banyak
dipakai di RS : glukose oxidase ( GOD ). Untuk pemantauan
dirumah : dry chemistry dengan test carik
18
2. Glukosa Urin :
95 % glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah
> 160-180 % maka sekresi dlm urin akan naik secara
eksponensial uji dlm urin : + Nilai ambang ini akan
naik pada orang tua.
metode yang poluler : carik celup memakai GOD.
3. HbA1c :
bahan pemeriksaan berupa darah kapiler/ vena
dengan pengawet EDTA, metode yang dipakai
dengan cara kromatografi.
4. Benda keton dalam urin :
bahan pemeriksaan berupa urin yang segar, karena
asam asetoasetat cepat didekarboksilasi menjadi
aseton. Metode yang dipakai : Na-nitroprusid, 3-
hidroksibutirat tidak terdeteksi. 19
20
5. Mikroalbuminuria :
Ekskresi albumin urin dalam jumlah sedikit ( mikro ), sehingga
dengan pemeriksaan rutin tidak terdeteksi : untuk mengetahui
secara dini komplikasi DM pada ginjal.
Metode : imunologi dengan antibodi thd. Human globulin
6. Insulin dan C-peptid :
penetapan insulin tunggal tidak mempunyai makna dalam
pengelolaan DM, harus disertai dengan pengukuran ratio
insulin-glukosa. Penetapan insulin dalam cairan amnion penting
untuk pengelolaan DM kehamilan.
Penetapan C-peptid sering diperlukan pada DM tipe 1 untuk
melihat kapasitas sekresi insulin endogen dan DM tipe 2 yang
gagal dengan pengobatan sulfonilurea
Pemeriksaan dilakukan dengan metode RIA, EIA dan
imunoluminesen
21
7. Pemeriksaan Lain :
diperlukan untuk menunjang DM, seperti :
a. Fungsi ginjal : ureum, kreatinin
b. Lemak darah : kholesterol, HDL, LDL, Trigliserid
c. Fungsi hati
d. Antibodi anti sel insula Langerhans ( Islet cell
antibody )
22
23
Type 1 Type 2
History of diabetes in the family rare common
Common age of manifetation < 25 years > 40 years
Obesity rare Common (>85 %)
Kelainan Tiroid:
1. Fungsional:
– Hipertiroid
– Hipotiroidi
– Eutiroidi
2. Morfologi:
– Kelenjar membesar (goiter) / tidak ?
PREVALENSI
WHO : wanita : laki-laki = (9 - 10) :1
Indonesia : 3 - 4 : 1
Penggunaan sarana diagnotik belum memadai ?
FISIOLOGI TIROID
Hipotalamus
TRH
Hipofise
Inhibitory
feed back TSH
Tiroid
T3 T4 (1:40-80)
Metabolisme
(Konsumsi O2)
SINTESIS HORMON TIROID
Tahap I : Penangkapan Yod
Kebutuhan sehari-hari: 100 - 500 U gram
Tahap II : Organifikasi
Yod anorganik senyawa organik (MIT dan DIT)
Tahap III : Perangkaian
MIT + DIT T3 }
DIT + DIT T4 } diikat tiroglobulin (TG)
Tahap IV : Sekresi
T3 T3 aliran
T4 T4 darah
TG
TG
LABORATORIUM TIROID
V. Fungsi in vivo:
- Radioactive Iodine Uptake
- Thyroid imaging
HIPERTIROIDI
Penyebab:
1. Imunologik: Graves disease
2. Pertumbuhan jaringsn tiroid abnormal: toxic goiter
3. sebab lain:
– Hipertiroidi neonatus
– Fenomena Yod - Basedow
– Keganasan organ lain:
Gejala klinis:
berat badan menurun; nafsu baik
tidak tahan panas
nadi/ nafas meningkat defekasi meningkat
emosi labil
tremor
oligomenorrhoe/ amenorrhoe
Pemeriksaan laboratorium
3. Kimia Klinik:
– [Ca] darah: meningkat (10% pend Osteodystrofi)
– GPT; Alk.fosf; Bilirubin: meningkat.
– Albumin: menurun.
– GTT (glukosa toleransi test): respon mirip DM.
HIPOTIROIDI
3. Hipotiroidi ablatif:
Gejala Klinis: